Minggu, 30 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 8b]

Park Min Young’s
Jumat Pagi - Dorm Super Junior Lantai 11

Kami masuk ke dorm lantai 11 tepat pada saat Ryeowook dan Sungmin dibantu oleh Rin membagikan mangkuk-mangkuk bubur ke setiap member yang ramai memenuhi ruangan. Aku menghitung setiap kepala dengan cepat, kebiasaan yang berkembang secara otomatis sejak aku bergabung dengan keluarga besar ini.

Sembilan... aku menghitung semuanya sekali lagi, dan mendapati ada sembilan member Super Junior di ruangan ini, kecuali Donghae yang berdiri di sebelahku dan Heechul yang masih di atas. Sembilan?
Seketika aku menyadari bahwa ada satu member yang melengkapi angka sembilan ini dengan kehadirannya yang dinanti-nanti; duduk dengan sebelah kaki disilangkan di atas kaki lainnya, tampak sangat bergaya di tengah-tengah member lainnya.

“Siwon Oppa!!!” seruku sambil menghambur ke pelukannya. Siwon segera berdiri dan menangkapku dalam pelukannya, sambil memutar-mutar tubuhku seolah tubuhku hanya seringan bantal baginya.
“Min-ah! Kenapa kau baru datang?” tanyanya dengan antusias.
“Ya, ya, ya!! Tidak usah pakai acara peluk-pelukan segala kan!” Donghae menginterupsiku dan menarik bahuku mundur, menempel pada dadanya. Sungguh, Donghae bisa sangaaat rewel bila sedang cemburu. Aku hanya bisa tertawa kecil dan mengangkat bahu pada Siwon, memintanya memaklumi ikan kecilku ini.
“Donghae-ya, kenapa pagi-pagi kau sudah galak begitu, huh? Kau tidak kangen padaku? Kalau begitu biarkan aku memelukmu.” Sahut Siwon sambil menarik

Donghae kepelukannya dan tidak membiarkannya lepas selama beberapa saat. Tentu saja, Siwon memeluk Donghae begitu lama hanya untuk menggodanya karena Donghae tidak memperbolehkannya memelukku. Selain Donghae, Siwon adalah salah satu member yang paling suka melakukan skinship. Aku hanya bisa terpana menyaksikan pemandangan di depan mataku, dua lelaki tampan yang saling berpelukan melepas rindu. Rasanya tidak akan aneh kalau saat ini aku bisa melihat seberkas sinar memancar dari keduanya dan kelopak bunga berjatuhan tertiup angin, seperti dalam film-film drama itu.

Seperti juga semua member Super Junior, aku merindukan kehadiran Siwon dalam keseharian kami. Baru-baru ini ia menghentikan segala aktivitasnya karena jatuh sakit setelah selesai syuting drama terbarunya di Taiwan. Sungguh orang yang kelewat sibuk, Oppa yang satu ini.

“Ayo, ayo, kalian makanlah dulu, kita harus pergi satu jam lagi.” Wookie mengingatkan. Aku menghampirinya untuk menerima bubur buatannya yang tercium sangat lezat. Kubawakan juga satu mangkuk tambahan untuk Donghae. Karena meja makan sudah penuh, aku memberi isyarat pada Donghae untuk duduk di sofa di depan TV. Tapat pada saat itu, Heechul dan Bin masuk ke ruangan, membuat ruangan menjadi tambah ramai.

Bukan Heechul namanya kalau tidak masuk dengan membawa kehebohan. “Hey kalian, apa kalian tahu kalau tadi sewaktu aku dan Donghae masuk ke flat lantai 12, tepat pada saat Min keluar dari kamar mandi tanpa memakai apapun!”
Aissshh... aku memang terlalu muluk kalau berharap evil senior itu akan melupakan kejadian tadi begitu saja. Aku memejamkan mata menahan emosi.

“Mwo???!” seru Teukie sambil melirikku tajam.
“Tanpa memakai sehelai benang pun??!” Hyukjae bangkit dari kursinya, hampir saja mangkuk buburnya terguling di ke depan.
“Jinjjaa???!!” Sungmin menatap padaku dengan pandangan takut, memintaku untuk meyakinkannya bahwa yang ia dengar barusan itu tidak benar.
“Aigooo~ seandainya aku ikut tadi...” seru yang lainnya, yang tidak bisa aku identifikasikan lagi saking banyaknya komentar saling bersautan pada saat yang sama.

“Tidak!!!! Itu tidak benar! Aku pakai handuk kok! Iya kan Hae? Dan ia—” aku menunjuk ke arah Heechul, “tidak melihatku sama sekali. Ia hanya membual. Yaaa Kim Heechul! Die!!!” aku melemparkan bantal sofa padanya, yang dihindarinya dengan mulus. Tapi tidak dengan timpukan dari Bin, yang mendarat di lengannya. Aku menyeringai puas melihatnya.

“Kalian, sudah jangan main-main lagi.” Teukie menengahi. Ia menunjukkan tempat pasangan BinChul bisa mengambil bubur mereka. Aku lantas duduk dan kembali makan buburku bersama Donghae, sementara perbincangan mulai mengalir lagi di meja makan dan dalam sekejap suasana menjadi kembali bising.

 “Teukie Hyung, kau menaruh celana dalam di lantai kamarmu lagi ya?” tanya Ryeowook pada Teukie.
“Di Sukira tadi malam ada banyak sekali fans yang datang, padahal menurut ramalan cuaca...” Sungmin mulai bercerita.
“Sungmin, kau sudah mengatakan itu dua kali tadi.” Shindong protes.

“Rekaman nanti sore kita akan bergaya kayang kalau menang!” seru Kangin, mendadak.
“Mwo?” Hyukjae tersedak.
“Karena sore ini goodbye stage, jadi...”
 “Tapi apakah perlu sampai kayang?” Teukie meringis.

“Hyukjae-ah, saat kau makan ramyun kau terlihat seperti orang miskin yang kelaparan. Ternyata saat makan bubur juga kau terlihat menyedihkan..” sahut Shindong.
“Mwo yaa..” Hyukjae mencibir pada Shindong.
“Teukie Hyung! Jangan lagi menyimpan celana dalam di lantai kamarmu!”
“Kau tahu, ddangkkomi suka sekali masuk ke kamar-kamar dan bersembunyi di bawah kasur...”


Teukie menatap Yesung. “Dan apa hubungannya kura-kuramu dengan ini semua?”
Yesung mengangkat bahu. “Kalau ia berkeliaran di lantai atas, mungkin tempat favoritnya yang baru adalah kamarmu...”
Teukie membelalakkan matanya dengan ngeri, dan Kangin tampak bersimpati. “Hyung, buang dan beli saja celana dalam yang baru.”
“Hyung, aku akan memberi berdus-dus celana dalam yang bagus untuk ulang tahunmu, tahun depan.” Siwon berkata kalem.

Aku menghela napas, berusaha tidak menghiraukan percakapan tanpa arah yang berlangsung di meja makan tersebut dan menyuap sesendok penuh bubur ke mulutku. Mmm, lezat. Disebelahku, Donghae memerhatikan wajahku yang sedang menikmati sarapan lekat-lekat. Aku tahu, benaknya masih dipenuhi oleh berita kepulanganku tadi, dan ia sepertinya khawatir. Kulemparkan tatapan kenapa-melihatku-seperti-itu padanya.

Donghae menggelengkan kepalanya, lalu, “Aaaa~” sautnya dengan suara yang paling manja dan kekanakkan, sambil membuka mulutnya lebar-lebar. Aku terbatuk dan hampir saja menyemburkan bubur dari mulutku karena permintaannya yang sangat imut untuk disuapi.

“Hae baby, kalau kau selalu minta disuapi kalau ada aku, lama-lama kau akan lupa cara menyuapkan makanan dengan tanganmu sendiri.” Aku menyendokkan bubur yang kutiup terlebih dahulu sebelum kusuapi padanya.

“Mmm.. Rasanya lebih enak kalau kau yang menyuapi~” Donghae bertepuk tangan lucu disebelahku. Aku mengelus pipinya dengan gemas.
“Apa hari ini kau mau ikut ke studio KBS dengan kami Min?”
Aku menyuapkan bubur untukku dan kemudian untuknya lagi. “Tidak bisa, aku ada kuliah hari ini.”

“Yaa Hae! Aku bersumpah sebelum bertemu dengan Min kau bertingkah sedikit lebih dewasa daripada ini. Sekarang ini kau seperti kembali ke masa bayi, minta disuapi dan tidak ingin berpisah dengan Min.” Heechul menyela pembicaraan kami.
“Hyung, memangnya apa salahnya kalau aku tidak ingin jauh-jauh dari pacarku sendiri? Karena semua orang sibuk, termasuk juga aku, jadi aku tidak ingin berpisah juga dengan Min terlalu lama seperti aku terpaksa berpisah dengan kalian selama kalian menyelesaikan schedule masing-masing.” Donghae mengerjapkan matanya beberapa kali, dan hal itu tidak luput dari perhatianku.

“YAAAA KIM HEECHUL! Jangan sekali-kali kau membuat Hae menangis!!!!” semburku sembari berdiri, hampir membuat mangkuk bubur di tanganku melayang ke udara. Para member langsung menoleh pada keributan yang kubuat.

Heechul membelalakkan matanya, sementara Bin langsung menengahi sebelum aku mulai menumpahkan bubur itu ke seluruh ruangan. “Min unnie, my Chul bukan mau membuat Hae Oppa menangis. Iya kan my Chul?” Bin melempar tatapan galak pada Heechul, yang tampak salah tingkah. “Hae Oppa, jangan menangis ya. Ingat yang aku katakan tempo hari itu, waktu aku bilang tentang menerkam dan menyajikanku sebagai santap malam? Nah, kau bisa lihat sekarang kalau hal itu bukan hal yang tidak mungkin. Hae Oppa sudah jangan menangis ya, baikan ya...” Bin sebentar-sebentar menoleh padaku dan pada Donghae, yang sekarang tampak benar-benar kebingungan.

“Aku tidak menangis, Bin-ah, Min-ah. Siapa yang menangis sih sebenarnya?” Donghae gantian memandang kami dengan ekspresi polos. “Min... kenapa kau mendadak berdiri sambil memegang mangkuk bubur begitu? Ayo kita makan lagi.” Sebuah senyum yang sangat manis terbentuk di bibirnya yang indah, melumerkan semua amarahku seketika.

Aku menggeleng sambil menatapnya heran. Bocah ini, dengan kepolosan dan sifat sensitifnya hampir saja membuat pertengkaran di tengah-tengah acara sarapan. Tapi ia tidak mungkin mengetahuinya, bukan?

Aku melirik ke sekitarku, menangkap kelegaan di wajah Bin dan ekspresi geli di wajah setiap member termasuk juga Heechul. Teukie menatapku dari seberang meja, pandangan bertanya ada-apa-sih-sebenarnya. Aku mengangkat bahu sebagai balasannya, karena aku juga tidak yakin apa yang baru saja terjadi. Aku hanya tiba-tiba saja merasa sangat marah begitu melihat Donghae yang seperti akan menangis. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun membuatnya menangis. Aku melirik Heechul dan berbisik “Mian, Oppa..”

“Kau memanggilku Oppa lagi sekarang?”
“Tentu saja, Oppa.” Aku memberikan senyuman termanisku. Ugh, kalau saja aku bisa aegyo, mungkin itu bisa sedikit membantu mencairkan suasana. Tapi aku paling payah dalam ber-aegyo. Harus belajar pada Sungmin, catatku dalam hati. Aku lantas menyingkirkan pilihan untuk nekat mencoba ber-aegyo saat ini, dan akhirnya malah mengeluarkan godaan sarkastis yang sudah kukuasai betul. “Mengingat usiamu yang sudah tua. Atau, kau lebih suka aku panggil samchon? Bagaimana, Kim Heechul?”

“Aisssshh.. bocah ini!” Heechul menggertakkan giginya dan aku tertawa karenanya. Kami sudah seperti biasa lagi.

***

Hwang Bin Young’s

Sesampainya di dorm lantai 11, aku melihat dorm dipenuhi member suju. Ternyata memang ramai sekali ya suasana dorm kalau mereka berkumpul. Selain member yang tinggal di dorm, Shindong Oppa juga ikut hadir untuk sarapan bersama. OMG, ada Siwon Oppa juga. Saat aku ingin menyapa Shindong Oppa dan Siwon Oppa, Heechul menarik tanganku dan menuntunku ke tempat yang masih kosong. Entah karena ia tahu aku akan menyapa mereka dan berusaha untuk mencegahku atau karena ia sudah amat sangat lapar dan ingin buru-buru makan.

Sepertinya jawabannya yang pertama, karena ia memilih untuk membongkar aib Min unnie pagi ini kepada semua member bukannya buru-buru mengambil makanan. Benar kan, suasana dorm menjadi seperti pasar pagi. Semua orang langsung menyerang Min unnie dengan berbagai pertanyaan secara bersamaan. Heechul ini punya dendam apa sih sama Min unnie? hobinya bikin malu Min unnie di depan orang-orang. Untung Min unnie tidak membenciku.

Please Min unnie, aku selalu berusaha untuk menolongmu. Tetapi, My Chul benar-benar tidak bisa dikendalikan kalau sudah bertekad untuk mempermalukan orang lain, makanya ia dijuluki evil senior.

Aku melirik ke arah Yesung Oppa. Ia terlihat sedang menikmati sarapannya. Syukurlah, aku takut ia juga menceritakan kejadian kemarin. Walaupun aku tahu bahwa Yesung Oppa bukan orang yang seperti itu, tetap saja aku khawatir. Mungkin Yesung Oppa tidak menganggap ada yang aneh dengan kejadian kemarin. Sepertinya aku terlalu berlebihan mencemaskan kejadian kemarin. Baiklah, kalau begitu aku juga harus bersikap biasa saja, tidak ada yang perlu dicemaskan lagi.

Saat melihat menu sarapan pagi ini, Heechul langsung menatapku. Dari tatapannya aku bisa menangkap kegelisahannya.
"Menu hari ini bubur, kalau kamu tidak mau sarapan bubur, kita buat makanan lain saja ya." Heechul sudah bersiap ingin bangun dari kursi, lalu aku menarik tangannya untuk duduk kembali.
"Jangan baby, aku tidak enak sama yang lain, terutama sama Wookie Oppa dan Minnie Oppa." Aku berbisik ditelinga Heechul supaya tidak ada yang mendengarnya.

Aku bukannya tidak suka bubur, tapi aku selalu menghindari makan bubur disaat sehat. Menurutku, makan bubur itu hanya untuk orang sakit. Jadi, setiap
aku makan bubur, aku merasa seperti orang yang sedang sakit. Aku cuma mau makan bubur kalau sedang ngidam. Selain itu, aku tidak mau makan bubur. Heechul sudah tahu akan hal ini, makanya ia langsung gelisah saat tahu menu sarapan hari ini adalah bubur.
"Baiklah, kalau begitu kita sarapannya satu mangkuk berdua ya. Kamu harus makan buat mengganjal perut. Nanti di flat, kamu bisa ngemil yang lain." Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala. Lalu dengan berbaik hati, Heechul menyuapiku.

***

Ahn Rin Young’s

 

Jalmuggetsumnidaaaa..” Kami semua berkumpul di ruang makan hingga ruang TV untuk sarapan bubur yang dibuat oleh Ryeowook dan Sungmin.

“Mmm.. mashisoyo Oppaa..” Kataku pada dua “chef” internal super Junior itu setelah mencicipi bubur buatan mereka. “Kalian masih sempat memasak disela jadwal padat begini? Wah.. aku benar-benar mengidolakan kalian..” godaku. Aku lantas mengedarkan pandangan ke semua member yang sedang makan dengan khidmat. Heechul sedang menyuapi Bin. Di sudut lain ruangan, Min sedang menyuapi Donghae, sedangkan Kyuhyun, lebih suka makan satu mangkuk berdua denganku. Sementara, member lain yang tidak punya pasangan.. sepertinya kali ini mereka tidak terlalu peduli. Kulihat mereka sedang sibuk berebut menambahkan bubur dari panci ke mangkuknya masing-masing. Menyadari ini, Kyuhyun berbisik padaku,

“Lama-lama suasana di sini lebih mirip sekolah TK yang sedang istirahat makan siang ya?” aku tertawa mendengar komentarnya.
Lalu aku teringat kejadian di kampus dan coffee shop yang belum ku katakan padanya. Akhirnya aku mulai bercerita. Saat ceritaku sampai di bagian “pria coffee shop”, Kyuhyun memandangku begitu serius dengan alis berkerut. 

“Kyu, jangan memandangku seperti itu. Aku bukan soal matematika yang harus kau pecahkan..”
Ia merengut. “Bagaimana bisa aku mendengarkan dengan ekspresi yang biasa-biasa saja, Rin-ah.. aku khawatir. Apa dia melukaimu?” Kyuhyun mengatakan itu dengan cukup lantang sehingga terdengar oleh yang lain.

“Mwo? Ada yang melukaimu, Rin-ah?” Kangin langsung berdiri dari tempatnya duduk. Terlihat berapi-api.
“Ani..ani..” Kataku sambil berusaha secepatnya “memadamkan” api emosi Kangin.

Untuk menghindari kesalahpahaman, aku menceritakan ulang kejadiannya. Kali ini semua ikut mendengarkan sampai akhir.
“Jadi begitulah ceritanya.. tidak ada yang terluka, aku baik-baik saja”. Kataku setelah selesai bercerita,mencoba meyakinkan bahwa aku tidak apa-apa.
Kyuhyun, yang pada awalnya terlihat khawatir—bahkan cenderung marah— kini hanya diam. Entah apa yang ada di pikirannya.

Kangin tampak serius, “Rin-ah, sudah berapa kali kubilang, kalau ada apa-apa cepat laporkan padaku. Bin dan Min juga ingat itu,ya?” Ia menoleh kearah Bin dan Min, yang langsung merespon dengan mengangguk-angguk. Siwon tampak sama seriusnya, bahasa tubuhnya melebihi agen FBI yang sedang memecahkan sebuah kasus.

“Apa kau pernah ada masalah dengan seseorang selama tinggal di sini, Rin-ah?” tanyanya.
“Kurasa tidak, Oppa. Lagipula selama ini kan aku jarang berkegiatan di luar dorm. Biasanya sesudah kuliah aku langsung pulang.. dan seingatku,memang tidak pernah ada masalah dengan siapapun..”

Siwon mengernyit. “Hmm..kurasa hanya Tuhan yang tahu siapa orang itu. Kau banyak-banyak berdoa saja, Rin..” Aku sebenarnya agak bingung harus bereaksi apa, jadi kuputuskan untuk tersenyum saja. Kemudian, tanpa mempedulikan “siraman rohani” dari Siwon, Yesung berkata,
“Astaga, ternyata Spy benar-benar ada di dunia nyata…” Pandangannya menerawang. Yang lain langsung melempar tatapan reaksimu-sungguh-tidak-penting. 

***

Hwang Bin Young’s

Ketika semua orang sedang menikmati sarapannya, Rin unnie bercerita tentang kejadian di kampus dan coffee shop yang dialaminya kemarin. Baru juga beberapa menit keadaan cukup tenang setelah semua member menyerang Min unnie, sekarang suasana dorm kembali ramai dan menyerbu Rin unnie dengan berbagai pertanyaan. Kasian Rin unnie sampai bingung harus menanggapi siapa duluan. Hal yang lucu adalah, setelah Rin unnie menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir dan berbincang dengan para member, tetapi tidak ada satupun yang bisa memberikan solusi. Kalau aku jadi Rin unnie, akan aku cekik satu-persatu karena hanya bertanya tapi no action. Baiklah, mungkin saat ini mereka sedang tidak punya waktu karena harus bersiap-siap untuk berangkat recording Music Bank.

“Hey, kenapa wajahmu seperti itu, My Chul? Kamu terlihat sangat menyeramkan.” Aku menusuk-nusuk pipinya dengan jari telunjukku.
“Bagaimana aku tidak kesal, cerita Rin barusan bikin emosiku hampir meledak. Sebenarnya, aku jadi emosi melihat reaksi Kyu. Kenapa dia bisa setenang itu mendengar Rin diikuti pria misterius??” Heechul mulai berapi-api.

“Memangnya Kyu Oppa harus melakukan apa? Sekarang aku tanya padamu, bagaimana kalau kamu berada diposisi Kyu Oppa? Apa yang akan kamu lakukan?” Aku melipat kedua tanganku di depan dada dan menunggu jawabannya.
“Pertama, aku tidak akan ikut recording Music Bank, aku akan menemani Rin selama di kampus. Aku akan mencari keberadaan pria misterius itu. Kalau sudah aku temukan, akan aku patahkan satu-persatu bagian tubuhnya, supaya dia tidak bisa mengganggu Rin lagi.”

“Wooouuuwwww…kamu hebat beib.” Aku bertepuk tangan kegirangan. “Nah, pertanyaanku sekarang adalah bagaimana mungkin Kyu Oppa bisa kabur dari recording Music Bank? Memangnya pihak SMent akan mengizinkan Kyu Oppa untuk absen? Kalau kamu yang absen, mungkin pihak SMent mau tidak mau mengizinkan, lagian kamu juga tidak bisa dilarang. Buktinya di SS3 saja kamu paling jarang muncul.”
“Eeeeyyyy, kenapa kamu jadi membahas aku? Kita kan sedang membicarakan Kyu. Ia harus bertindak untuk melindungi Rin.”

“Aku yakin, Kyu Oppa juga sedang kacau pikirannya saat ini. Ia pasti akan melindungi Rin unnie dengan caranya sendiri. Lagian, setahuku mereka belum resmi berpacaran. Mungkin itu juga yang membuat Kyu Oppa tidak bereaksi berlebihan saat mendengar cerita Rin unnie. Percayalah, Kyu Oppa tidak akan tinggal diam, ia kan evil maknae. Hyung-nya saja tidak luput dari kejahatannya, padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Apalagi pria misterius ini yang telah berani mengganggu Rin unnie. Aku tidak sanggup membayangkan betapa ganasnya Kyu Oppa kalau berhasil menemukan pria misterius itu.”

“Aku harap dugaanmu benar. Kalau dia tidak melakukan apapun untuk melindungi Rin, akan aku hajar dia.”
“Kkkkkkk…kamu tahu nggak, dari awal aku dengar cerita Rin unnie, aku jadi penasaran. Aku sih tidak terlalu penasaran siapa pelakunya, tapi aku lebih penasaran dengan motifnya. Sepertinya ini bukan cuma kerjaan secret admirer, aku merasa kalau ada motif lain dibalik kemunculan pria misterius itu. Bolehkah aku menjadi detektif dalam kasus ini?” Aku merapatkan kedua telapak tanganku tanda memohon kepada Heechul.
Heechul tidak berkata apa-apa, ia hanya melotot ke arahku seakan-akan matanya mau keluar.

Dari tatapan matanya, aku tahu bahwa ia berusaha mengatakan Jangan – Pernah – Berpikir – Untuk – Menjerumuskan – Dirimu – Ke – Dalam – Masalah – Ini – MENGERTI!!!!

***

Ahn Rin Young’s

Setelah berbincang-bincang tanpa solusi, para member bersiap untuk berangkat. Beberapa orang langsung menghadap cermin, beberapa lainnya sikat gigi, dan sisanya, termasuk Kyuhyun, masuk kamar masing-masing untuk mengambil barang-barang yang harus dibawa. Min dan Bin, seperti biasa, tidak bisa dan mungkin memang tidak boleh jauh-jauh dari pasangannya masing-masing. Sementara itu, Siwon tetap duduk di sofa dengan aura prince­nya. Rasanya sudah lama sekali kami belum bertemu lagi.

Siwon yang memiliki sifat agak sensitif, memang sering membutuhkan teman untuk berbagi saat ada sesuatu yang mengganggunya. Biasanya, ia mendatangi atau menghubungi sang leader, Leeteuk. Namun beberapa kali ia juga berkeluh kesah padaku. Mungkin kami memang cocok. Kurasa,kemiripan sifatku yang sama tenang dengannya membuat kami nyaman berbagi satu sama lain. Aku juga kerap membicarakan masalah-masalah serius yang sedang hangat diberitakan oleh media dengan Siwon. Aku sangat mengagumi pendapat-pendapatnya yang luar biasa tentang issue-issue di dunia. Meskipun terkadang sensitif, di dirinya aku mendapatkan sosok kakak yang bijaksana.

Aku mendatanginya dan duduk di sebelahnya, “Oppa.. aku belum menyapamu dengan baik dari tadi..” Kataku sambil memeluknya sekilas. “Aku gembira kau sudah sembuh. Lain kali jaga kesehatanmu Oppa. Jangan biarkan para Elf khawatir..”
Aigoo, tidak perlu terlalu khawatir, Rin-ah. Aku sudah sehat kok. Lihat kan?” katanya sambil setengah memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri, mencoba memperlihatkan tubuhnya yang sudah fit.

“Ya..ya.. aku percaya padamu, Oppa.. pokoknya besok-besok jaga kesehatanmu..”. Aku memperhatikan dirinya. Rasanya ada yang berbeda.. “Oppa, sepertinya kulitmu sudah kembali lagi ke warna asalnya ya?”. Aku mencoba mengingat segelap apa kulitnya saat terakhir kali aku bertemu dengannya. Kulitnya memang menggelap saat syuting drama terbarunya dan sejak itu Ia dijulukicoffee.

Ia memandangi kedua lengannya. “Ini?,  aku memang sengaja. Kemarin saat bed rest, aku benar-benar tidak keluar rumah. Jadi kulitku kembali lagi..” Aku menangkap nada bangga dalam suaranya,tapi lalu ekspresinya berubah serius, “Memangnya waktu itu aku benar-benar mirip kopi ya Rin?”.
Aku tertawa, “Nah Oppa.. sifatmu yang sensitif itu ternyata belum hilang juga.. padahal kurasa seharusnya kau bangga dengan kulit gelapmu itu. Kau jadi… lebih.. aduh apa ya kata yang tepat… mmh.. jantan?”.

Siwon mengernyit sambil sedikit memajukan bibirnya. “Ey~ tapi julukan itu membuatku merasa seperti makanan saja..” Ia menghela napas lalu tersenyum, “Tapi terima kasih, Rin-ah.. Aku jadi merasa lebih baik”. Pundakku ditepuk beberapa kali, “Kau belum bosan kan jadi tempatku berkeluh kesah?” Kedua alisnya terangkat saat menunggu jawabanku.

“Lama-lama kau harus bayar, Hyung. Ilmu psikologinya kan tidak gratis..” Sahut Kyuhyun tiba-tiba dari arah belakang. “Rin kuliah bertahun-tahun hanya untuk mendengar keluhanmu setiap waktu? Huh, kurasa tidak..” Wajahnya saat mengatakan itu sangat sinis.
“Kyu.. ayolah, jangan seperti itu. Aku senang kok bisa membantu, sekaligus mempraktekkan ilmu psikologiku” Jawabku dengan tatapan memohon.
“Ya..ya. sepertinya kau tidak perlu magang lagi,nanti. Jadikan saja keluh kesah Hyung  yang satu ini sebagai tugas akhirmu dan kau akan mendapatkan laporan yang sangat tebal. Benar Rin, Sangattebal”. Ekspresinya masih sinis.

Aku mulai salah tingkah. Kalau sudah begini, Kyuhyun akan sulit dihentikan. Sementara itu, aku benar-benar khawatir, mengingat Siwon memiliki sifat yang sangat sensitif, aku takut ia akan tersinggung. Tapi rupanya aku tidak perlu khawatir terlalu lama, karena ternyata Siwon sudah cukup kebal dengan sifat evil Kyuhyun. “Ey.. anak ini..!  kau hanya cemburu kan?” Sahut Siwon, to the point.

Mendengar sahutan Hyungnya, kulihat Kyuhyun berusaha keras mengabaikannya, namun gagal, karena bahasa tubuhnya jelas-jelas menggambarkan orang yang salah tingkah. Bersamaan dengan kejadian itu, para member sudah kembali berkumpul di ruang tengah. Kurasa mereka mendengar perbincangan kami, karena tiba-tiba Sungmin berkata, “Lihat, kurasa Kyu hanya iri pada Siwon karena Rin begitu memperhatikannya.. pasti kau ingin memiliki aura bijaksana seperti Hyungmu ini kan, Kyu?”

Begitu topik tentang kelebihan Siwon diangkat, seperti biasanya, jarang ada yang mau ketinggalan. Aku berturut-turut mendengar suara para member yang saling sahut-menyahut secara acak,
“Kalau aku ingin otot perutnya Siwon..” Kata Leeteuk.
“Aku, tentu saja wajahnya..” Eunhyuk terdiam sebentar. “Maksudku, untuk tahu seperti apa rasanya jadi orang jelek.. itu saja..”
“Kalau begitu, aku ingin harta kekayaannya saja..” Yang itu, suara Yesung.

Siwon, yang baru saja berdiri dari sofa, kembali menjatuhkan diri dan bersandar sambil menutup wajahnya dengan ekspresi frustasi.

~To be continued~

PREVIEW CHAPTER 9a (we also split chapter 9 into two parts)

Park Min Young's
“Lalu ini cokelat darimana asalnya?” tanya Kyu lagi sambil mengangguk pada Bin dan Donghae yang masih rebutan cokelat.
Aku bertukar pandang dengan Rin, berkomunikasi dalam diam tentang apakah sebaiknya memberitahu yang sebenarnya atau tidak. Tapi, rupanya kami tidak perlu repot-repot memusingkan itu, karena Bin sudah berteriak-teriak pada seisi ruangan.
“Hae Oppa! Ini kan cokelat untukku dari Min unnie! Karena Min unnie tidak mau makan cokelat dari fansnya, jadi dia kasih untukku, Hae Oppa, untukku.”
“MWO???” sontak, seisi ruangan langsung menoleh padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar