Sabtu, 22 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 6]


Hwang Bin Young’s
Rabu Siang - Dorm Lantai 12
  

Setelah selesai berdiskusi tentang project membuat film bersama dengan teman-temanku, aku langsung meluncur ke halte bus. Jangan pikir kalau papa menelantarkanku dan membiarkanku naik bus setiap pulang-pergi kampus. Itu butuh proses dan perdebatan panjang sampai beliau setuju dengan keputusanku untuk belajar hidup mandiri. Walaupun aku tahu, setiap aku naik bus, ada sekitar 2 atau 3 orang suruhan papa yang mengikutiku dan memastikan aku aman sampai di tempat tujuan. Sejauh ini aku tidak keberatan diikuti pasukan papa. Aku malah senang, itu tandanya papa mengkhawatirkanku. Pengawal-pengawal itu selalu mengikutiku ketika berada di luar flat, mereka akan membuntutiku sampai aku naik lift menuju flatku.

Pintu lift terbuka di lantai 12. Saat melewati dorm suju, langkahku terhenti. Sekarang sudah hampir jam 6 sore sepertinya, bimbang antara mampir dulu ke dorm untuk melihat apakah heechul sudah pulang, atau langsung ke flat.
Tiba-tiba pintu dorm suju terbuka. "Ooorrrzzz...kau mengagetkanku, beb. Kenapa kamu mematung di depan dorm? Terjadi sesuatu saat perjalanan pulang tadi?" Heechul memegang pipiku dengan kedua tangannya.

"Aku baik-baik saja. Kalau tidak percaya, aku akan tunjukkan sesuatu kepadamu." Aku pun mulai dengan joget-joget absurd di depan Heechul.
"Okeh cukup, sepertinya kamu terlalu banyak bergaul dengan Yesung. Joget kalian pun sama anehnya." Heechul menarik tanganku dan mengarahkan masuk ke dalam dorm Suju.

"Eeeyyy...maling teriak maling. Kamu juga suka menciptakan tarian-tarian aneh. Aku belajar dari kamu. Kenapa kamu malah menyalahkan Yesung Oppa? Ooooo....bilang saja kalau kamu cemburu, supaya aku tidak dekat-dekat Yesung Oppa. Iya kan???" Aku suka menggoda Heechul kalau ia sedang cemburu.
"Kalau iya, kenapa?" Heechul menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku dengan tatapan yang menakutkan.
"Kyyyaaaa...aku jadi malu. Jangan gitu ah, beb. Memangnya selama ini aku ngapain sih sama Yesung Oppa? Aku cuma ngefans sama dance ciptaannya. Sekarang, stop cemburunya dan mari bermain bersama Heebum." Kali ini aku yang menarik tangan Heechul menuju kamarnya.

Heebum langsung menyambut kedatanganku saat masuk ke kamar Heechul. Aku langsung menggendongnya dan memberikannya kecupan hidung, hidungku bertemu hidung Heebum. Kalau diperhatikan, semakin dewasa wajah Heebum itu menjadi garang dan menyeramkan. Padahal waktu kecil sangat lucu dan menggemaskan. Seharusnya tidak ada yang aneh, setelah mengetahui orang seperti apa yang memelihara Heebum. Jadi, harap dimaklumi kalau Heebum meniru karakter appa-nya yang galak, judes, dan menyeramkan.

"YAAA...!!! Kenapa Heebum dapat kecupan sedangkan aku tidak?" Suara Heechul membuat Heebum loncat dari pelukanku.
"Aigooo...bukannya kamu tahu tradisi kecupan hidung selalu dilakukan aku dan Heebum saat bertemu? Seharusnya kamu tidak perlu berteriak seperti itu. Lihat, dia jadi kabur kan!! Mbum...sini sayang!! Jangan takut, appa-mu cuma sedikit cemburu." Aku menghampiri Heebum yang sedang duduk di sudut kamar dan membelainya.

"Han Jay Heebum, kamu sekarang pandai berakting ya di depan umma-mu. Pura-pura ketakutan, padahal kamu ini kan preman, buktinya selalu memicu pertengkaran dan berhasil mengalahkan Baengshin dan Champagne. Karena ulah barbar-mu itulah, akhirnya aku harus membawa mereka ke tempat orang tuaku. Jadi, hentikan aktingmu!!! Bin adalah umma mu, bukan kucing betina yang harus kau rebut hatinya. Mengerti…!!!" Heechul mondar-mandir di dalam kamar sambil menceramahi Heebum. Mungkin ini terdengar lucu, tetapi menurutku rasa cemburu Heechul yang tidak pandang bulu, tidak peduli apakah itu pria lain, binatang, tumbuhan ataupun benda mati, kalau ia merasa ada yang berusaha mencuri perhatianku, maka siap-siap disembur api olehnya.

"Aaaahhhh...My Chul, kamu menggemaskan deh kalau lagi cemburuan." Aku berjalan perlahan mendekati Heechul. Kali ini aku memberikan kecupan hidung untuknya dan saling berpelukan.
"Seandainya kamu melakukan ini dari awal, mungkin aku tidak perlu sampai marah-marah ke Heebum." Pernyataan Heechul membuatku tersenyum lebar.

"Oiya, aku hampir lupa. Aku punya sesuatu untukmu." Aku melepaskan pelukan Heechul dan mulai sibuk menggeledah tasku. "Nah, ini untukmu, white chocolate." Aku memberikannya satu toples berisi 30 buah cokelat putih. Heechul suka sekali dengan cokelat putih, begitupun aku. Kami pecinta cokelat putih.

"Ini untukku?" Mata Heechul berbinar-binar saat menerima toples berisi white chocolatedariku. "Thank you, baby." Sebuah kecupan manis dari Heechul mendarat di bibirku.
"Hmm…baby, aku boleh minta ya cokelatnya. Tadi aku mau beli dua toples, tapi di tokonya tinggal sisa satu. Jadi aku boleh minta ya, beb." Aku menarik-narik lengan baju Heechul.

"Kkkkkkkk...kamu nggak mau rugi. Katanya buat aku, tapi masih diminta juga. Iya, kamu boleh minta kok cokelatnya. Sebentar ya aku ambilin." Heechul membuka toples dengan hati-hati, kemudian mengambil satu buah cokelat dari dalam toples. Aku dengan singgap langsung membuka mulut dan berharap Heechul akan menyuapkan cokelat itu ke mulutku. Ternyata perkiraanku salah. "Oooohhh...bukan begitu caranya baby. Lihat aku!!!" Heechul menjepit cokelat putih itu dengan mulutnya.
“Kalau begitu caranya, dengan senang hati aku melakukannya.” Tanpa berpikir  panjang, aku langsung merebut cokelat putih dari bibirnya dengan bibirku.

***

Park Min Young’s
Rabu Sore – Lokasi Syuting Donghae

Aku mundur teratur beberapa saat kemudian dan melangkah mendekati halte bus lagi ketika proses syuting sudah dimulai di dalam sebuah cafe dan Donghae harus kembali bekerja. Aku tidak bisa melihatnya lagi, dan udara disini panas sekali, jadi aku memutuskan untuk pulang ke flat.

“Min-ah!” seru seseorang di kejauhan.
Aku berbalik dan mendapati manajer Oppa berlari ke arahku. “Oppa, ada apa?”
“Tadi Donghae memintaku secara spesifik untuk ‘memastikan kau naik ke bus yang benar sampai ke depan rumah’ begitu katanya.”
“Eyy, tidak perlu Oppa, aku tahu jalan pulang. Kau kembali saja ke sana.”
“Tidak apa-apa. Aku akan mengantarkanmu sampai naik bus. Oh iya, Donghae bilang terima kasih atas makanannya, tapi ia belum sempat memakannya. Mungkin nanti kalau ada jeda syuting baru akan ia makan.”

Aku mengangguk, kecewa tapi senang. Setidaknya Donghae sudah mendapatkan makan siang dariku. “Terima kasih Oppa karena sudah mengambilkannya tadi.”
“Tidak masalah. Itu, busnya sudah datang. Ayo.”

Aku naik ke dalam bus dengan manajer Oppa mengikutiku. Ketika aku sudah duduk dengan nyaman, manajer Oppa tampak berbicara sebentar dengan supir busnya lalu melambai padaku ketika ia turun dari bus. Aku balas melambai padanya sewaktu kurasakan bus mulai melaju.

Pikiranku mulai mengembara lagi, memikirkan nasibku sebagai pacar seorang selebriti yang harus disembunyikan oleh publik. Memang terkadang terasa berat, seperti hari ini, ketika hatiku sedang galau dan berharap untuk melihat Donghae tersenyum, tertawa bersamaku, memeluk dan menenangkanku, aku tidak bisa mendapatkannya dan harus bersabar. Juga ketika ia melihatku di depan umum, ia harus berusaha untuk tidak hanya melihatku saja, tapi juga melihat penggemarnya yang lain. Tapi aku sudah bersabar selama setahun ini, jadi aku pasti bisa terus bersabar selama mendampinginya.

Aku sudah bersiap untuk bangkit dari kursiku saat kulihat rute pemberhentianku sudah dekat. Namun bus ini sepertinya tidak melambatkan kecepatannya dan terus melaju hingga akhirnya melewati halte dimana aku seharusnya turun. Beberapa penumpang melemparkan tatapan heran satu sama lain.
“Hey ahjussi—” seruanku langsung terpotong, ketika kusadari kemana arah bus ini melaju. Mulutku seketika menganga saat sang supir akhirnya menginjak rem dan menepi di depan gedung apartemen tempatku tinggal.

“Park Min Young-ssi, silahkan. Kita telah sampai di depan gedung apartemenmu.” Ujar sang supir sambil tersenyum lebar padaku.
“Ah... aku... kenapa... te-terima kasih...” aku tergagap sambil melangkah mendekati pintu bus. Lalu sebuah pemahaman menyeruak ke dalam pikiranku. “Dia membayarmu ya?”

Si supir menyeringai semakin lebar. “Lima ratus ribu won!” serunya bahagia. “Dia pria yang sangat baik, Miss, kau sangat beruntung.” Katanya saat aku turun dari bus dengan diiringi tatapan iri, kaget, dan heran para penumpang yang lain.
‘Memastikan kau naik ke bus yang benar sampai ke depan rumah’ begitu tadi manajer Oppa memberitahuku mengenai instruksi dari Donghae. Sampai ke depan rumah. Ya ampun, tapi sampai membayar supir bus untuk...

“Min?”
Suara lembut itu mengejutkanku yang belum pulih dari rasa takjub. Aku berbalik pada sumber suara. “Rin? Sedang apa disini?”
“Aku baru pulang dari kelas yoga. Tapi yang tadi itu apa? Kenapa ada bus di depan...?”
“Itu tadi busku. Yang mengantarku hingga ke depan apartemen. Donghae yang membayarnya begitu.” Seringaianku pun muncul menggantikan rasa terkejut, ketika kulihat Rin membelalakkan matanya.

***

Hwang Bin Young’s

Aku masih berada di kamar Heechul. Setelah menghabiskan setengah toples cokelat, kami mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku sedang membaca novel sambil berebah dikasur. Heechul sedang asik bermain game online League of Legends atau yang disingkat LOL. Saat ini, pacarku sudah kecanduan game online seperti Kyu Oppa. Tiada hari tanpagame online, beberapa waktu yang lalu saat Heechul berkunjung ke kampung halamannya, ia juga menyempatkan diri untuk bermain di warnet. Kalau sudah keasikan main, tidak ada satu orang pun yang dapat menghentikannya. Mungkin aku bisa, tetapi aku tidak pernah mencobanya.

Aku tidak suka mengatur dan melarang ini itu kepada Heechul. Aku memberikannya kebebasan untuk melakukan apapun yang ia suka. Sepertinya hal ini yang membuat hubungan kami masih baik-baik saja sampai sekarang, malah semakin hari semakin mesra. Menurutku, hal utama dalam berpacaran bukan frekuensi pertemuan ataupun komunikasi, tetapi lebih mengutamakan saling percaya, menghargai, dan menyayangi. Saat aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Heechul, aku memberikan seluruh kepercayaanku kepadanya. Aku percaya bahwa Heechul bisa menjaga kepercayaan yang telah aku berikan.

Selanjutnya adalah saling menghargai. Manusia itu makhluk egois, maunya menang sendiri. Keegoisan inilah yang suka memicu pertengkaran di dalam suatu hubungan. Kalau aku ingat-ingat, sepertinya aku tidak pernah bertengkar serius dengan Heechul. Walaupun sifat Heechul yang temperamental dan sifatku yang kekanak-kanakan, tetapi kami tidak pernah bertengkar. Karena kami saling menghargai.  Aku menerima semua sifat, sikap, kepribadian, dan kebiasaan Heechul yang baik maupun yang buruk. Aku tidak pernah meminta apalagi memaksanya untuk berubah, tetapi aku hanya akan mengingatkannya atau memberikan saran yang terbaik untuknya. Setelah itu, aku akan membiarkan Heechul berpikir dan memutuskan semuanya sendiri.

Nah, hal terakhir yaitu saling menyayangi. Aku tidak perlu membahas panjang lebar tentang ini. Rasa sayang diantara aku dan Heechul tumbuh setiap detik. Tidak peduli ada badai sekalipun, kami akan terus bersama.

“Beb, kamu lagi ngapain sih?” Heechul menghampiriku yang sedang berbaring dikasur membelakanginya, mencoba untuk mengintip kegiatanku.
“Aku lagi boboan saja. Kamu sudah selesai mainnya?” Aku membalikan badan menghadap Heechul.
“Belum, aku cuma mau tahu kamu lagi ngapain. Biasanya kamu kan kalau lagi baca novel cekikikan atau jejeritan, tapi daritadi tidak ada suaranya. Eh, tidak tahunya kamu lagi tidur-tiduran.”

“Kkkkkkkk…ternyata kamu merindukan jeritanku kan? Padahal kalau aku udah mulai jerit, kamu pasti langsung cemberut karena aku lebih care sama pacar fiksi-ku.”
“Kalau pacar fiksi-mu itu nyata, akan aku cekik sampai mati karena bikin kamu jejeritan dan sedih. Oke, stop bahas pacar khayalanmu. Sekarang, kita makan.” Heechul menarikku keluar dari kamarnya.
“Memangnya ada makanan apa di sini?” Aku berlari ingin menuju dapur. Lalu, Heechul menarik bahuku dan mengarahkanku ke pintu dorm.

“Sebaiknya kamu tidak ke dapur saat ini kalau masih ingin hidup. Saat aku tiba di dorm, aku mencium ada bau yang sangat menyengat. Ternyata asalnya dari dapur, baunya seperti bubuk cabe, itu bisa membuat matamu perih. Aku sempat curiga kalau ada yang berusaha membunuh kami dengan aroma bubuk cabe yang sangat menyengat.” Mendengar pernyataan Heechul, aku langsung melotot dan mulai ketakutan. “Jangan takut beb, tadi Wookie sudah menjelaskan tentang tragedi gas air mata di dapur hari ini.”

“Tapi pas tadi aku masuk dorm, aku tidak mencium bau bubuk cabe. Kamu pulang jam berapa sih, beb?” Aku berusaha mengendus bau-bau aneh di sekitar lorong pintu masuk dorm.
“Karena tidak ada yang harus aku kerjakan lagi, jadi aku pulang saja setelah makan siang, sekitar jam satu aku tiba di dorm. Tenang beib, aku sudah minta izin kok dengan atasan. Tapi, sepertinya atasanku tidak ikhlas mengizinkan aku pulang cepat, buktinya aku malah diserang aroma bubuk cabe yang sangat menyengat saat tiba di dorm. Kamu beruntung tiba di sini sudah sore.”

“Aiiigggoooo…kasian baby-ku. Makanya kamu jangan nakal. Jadwal kamu bertugas kan dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Walaupun sudah tidak ada yang dikerjakan, bukan berarti kamu bisa pulang seenaknya, baby. Jadi, katakan padaku tentang misteri aroma bubuk cabe di dorm ini yang hampir menewaskanmu…!!!” Posisi kami masih berada di lorong menuju pintu dorm.

“Ini ulah seseorang yang awalnya punya niat baik ingin membawakan makanan untuk pacarnya. Dengan manisnya, ia belajar masak di sini. Kalau kamu mau tahu, kondisi dapur sangat mengenaskan saat ini. Mudah-mudahan, niat baiknya tidak membuat pacarnya mati keracunan.” Heechul terlihat susah payah menahan tawa saat menceritakan semuanya kepadaku.

“Siapa sih yang kamu maksud? Rin unnie nggak mungkin. OMG…!!!!! Jangan bilang kalau Min unnie???” Aku shock. Dalam hitungan detik, pertahanan Heechul runtuh, ia tertawa terpingkal-pingkal. Karena penasaran, aku berjalan menuju dapur. Memang ada sisa-sisa bau bubuk cabe, tetapi sudah tidak menyengat seperti yang Heechul katakan. Aku tidak bisa membayangkan suasana di dorm saat Min unnie masak tadi. Aku pun berharap, semoga Hae Oppa baik-baik saja saat ini. Kkkkkkk…

***

Kamis Pagi, Kamar My Chul

Di saat aku membuka mata di hari Kamis pagi, aku selalu melihat pemandangan yang menakjubkan. Seorang pria yang dianggap sebagai evil senior, ternyata bisa terlihat begitu polos dan menggemaskan saat tidur. Aku tidak pernah berhenti bersyukur karena telah dipertemukan dengan pria seperti Heechul. Dalam doa, aku berharap ia adalah jodohku. Hanya Heechul yang membuat hatiku berfungsi dengan baik. Karena Heechul, aku mengerti rasa sayang, rasa cinta, bahkan perasaan cemburu.

Aku masih memandanginya yang tertidur pulas dihadapanku. Setiap Rabu malam, aku hampir selalu menginap di kamar Heechul. Hari ini aku ada kuliah pagi dan biasanya Heechul yang akan mengantarkan aku ke kampus sebelum ia pergi bertugas. Menurut Heechul, akan lebih praktis kalau aku menginap dan bersiap-siap di sini, supaya aku tidak bangun kesiangan dan tidak kelamaan dandan. Aku diberikan lemari khusus oleh Heechul untuk menyimpan barang-barang milikku seperti pakaian, aksesoris, kosmetik, dan alat-alat kecantikan lainnya. Tenang, kunci lemari khusus itu aku yang pegang saat tidak ada di kamar Heechul. Jadi tidak perlu khawatir kalau ada syuting atau liputan mendadak di dorm.

Setelah puas memandangi Heechul, aku berjalan keluar kamar dan berniat memeriksa keadaan Hae Oppa. Pagi-pagi aku sudah membuat kegaduhan di depan kamar Hae Oppa, padahal ini baru jam setengah lima pagi. Aku menggedor-gedor kamarnya dengan sekuat tenaga.

"Bin-ah, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa pagi-pagi sudah bikin keributan?" Teuki Oppa keluar dari kamarnya dengan penampakan baru bangun tidur, sepertinya ia terbangun gara-gara aku.
"Maaf Oppa. Aku cuma mengkhawatirkan Hae Oppa." Aku menujukkan wajah panik ke Teuki Oppa.
"Mwo? Waeyo?" Teuki Oppa jadi ikutan panik.

"Kemarin aku dengar kalau Min unnie membuatkannya makanan, tapi My Chul bilang kalau Min unnie malah menyebarkan gas beracun di dorm yang berasal dari masakannya." Aku makin panik.
"Gas beracun? Di dorm ini? Kemarin aku pulang tidak mencium apa-apa. Aku pulang sudah larut malam sih." Teuki Oppa terlihat lebih panik.

"Kkkkkkkkkkk...jadi berita tentang tragedi kemarin sudah menyebar ya? Tenang saja, kalian tidak perlu panik seperti itu. Kemarin memang Min bikin kekacauan di dapur, dia memang menumpahkan bubuk cabe ke masakannya. Tapi, masakannya itu tidak diberikan ke Hae Hyung kok. Makanan yang dikirimkan untuk Hae Hyung adalah hasil masakanku." Wookie Oppa tersenyum bangga.
"Sungguh, Wookie Oppa?" Aku berlari menghampirinya dan memeluknya. "Terima kasih Wookie Oppa, kau telah menyelamatkan Hae Oppa dari keracunan yang mungkin bisa mengakibatkan kematian." Suara tawa kami pun pecah.

"Yaaaa...ada apa kalian ini? Kenapa membuat huru hara di depan kamarku?" Hae Oppa akhirnya membuka pintu kamarnya.
"Oppaaaaaaaa...senangnya melihatmu masih bisa bernapas dengan baik." Aku menarik kedua tangannya dan loncat-loncat sambil berputar-putar di depan ruang tv. "Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Walaupun aku baru ingat pagi ini, untuk memastikan keadaanmu." Aku berhenti berjingkrak dan menepuk-nepuk bahunya.

"Ooorrrrzzz...sebenarnya ada apa sih? Tadi aku mendengar kamu mengetuk pintu dengan sangat keras, aku sampai berpikir kalau pintu itu akan roboh, lalu tiba-tiba aku mendengar kamu tertawa bersama Teuki Hyung dan Wookie. Sekarang kamu malah mengajakku berputar-putar sambil loncatan-loncatan." Hae Oppa ini tidak bisa marah, tapi ia jago memperagakan reka ulang kejadian barusan dengan sangat baik. Lucu sekali tingkahnya ini.

"Bin pikir kamu keracunan setelah makan masakannya Min kemarin. Dia khawatir akan menemukanmu sekarat di tempat tidur pagi ini." Heechul berkata kepada Hae Oppa sambil menarik tanganku menuju ruang makan. Ternyata Wookie Oppa sudah menyiapkan sarapan, sedangkan Teuki Hyung sudah duduk manis di ruang makan. Wookie Oppa ini perhatian sekali, ia tahu bahwa hari ini Hae Oppa, aku, dan Heechul harus berangkat pagi-pagi sekali.

"Hey...Hyung, kenapa kamu berbicara seperti itu? Min tidak mungkin meracuniku.” Hae Oppa mengikuti kami ke ruang makan. "Bin-ah, kenapa kamu punya pikiran sejahat itu?" Hae Oppa duduk disebrangku dan menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Eeeyyy...sudah-sudah. Kita bisa bicarakan ini baik-baik sambil makan. Aku ingin menikmati American Breakfast ala Wookie. Jangan merusak suasana sarapanku." Teuki Oppa memperingatkan kami dengan ketus.

"Bwhahahahahaaha...kau terlalu serius, Jungsoo. Kalau Hae tau keseluruhan kisahnya, dia pasti mengerti kenapa pagi ini kami mengkhawatirkan keadaanya. Ditambah ada saksi plus korban yang terkena semprotan bubuk cabe." Heechul ini suka sekali mengungkit kehebohan yang dibuat Min unnie. Walaupun sekarang tidak ada Min unnie di sini, tidak membuat Heechul tutup mulut untuk membuka aib Min unnie di depan member.

"My Chul, hentikan. Kamu terlalu berlebihan mendeskripsikannya. Aku yakin Min unnie tidak bermaksud menyemprotkan bubuk cabe ke Wookie Oppa. Iya kan Wookie Oppa? Coba ceritakan kepada kami tragedi bubuk cabe dari awal sampai akhir." Akhirnya Wookie Oppa menceritakan kronologis kejadiannya secara mendetail. Kami yang berada di meja makan tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Hanya Hae Oppa yang tidak ikut tertawa, entah karena ia shock atau tidak suka pacarnya dijadikan bahan tertawaan.

"Aaaaiiissshhh...cukup tertawanya. Setidaknya kalian hargai niat baik pacarku. Dia kan sedang tahap belajar, jadi wajar saja kalau terjadi kekacauan. Aku yakin Min bisa jadi chef handal kalau dia rajin berlatih." Tidak ada amarah dalam nada suara Hae Oppa. Ia sama sepertiku, tidak tahu caranya marah. Tetapi ia membela Min unnie dengan sungguh-sungguh dihadapan kami. Sebagai adik, aku merasa bangga karena Hae Oppa sudah punya kemajuan. Kalau biasanya ia hanya diam, sekarang ia sudah bisa melakukan pembelaan, tidak dengan kekerasan atau amarah, tapi dengan kepolosannya.

Heechul sudah membuka mulut, sepertinya ia ingin melanjutkan meledek Min unnie. Tetapi dengan sigap, aku mencubit pahanya agar ia menutup mulutnya. Untungnya cara itu berhasil. Aku tidak suka kalau Heechul terus mengganggu Hae Oppa. Apalagi Hae Oppa sudah menunjukkan sikap terbaik dihadapan kami pagi ini.

Sebenarnya aku juga tidak suka kalau Heechul terus-menerus memojokkan Min unnie. Bagaimanapun juga, Min unnie adalah sahabatku, sudah kuanggap seperti saudara perempuanku, dan aku tidak suka kalau ada yang mengganggunya. Hal ini juga berlaku untuk Rin unnie, aku tidak suka kalau ada yang menyakitinya. Aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak membuat Min unnie dan Rin unnie bersedih, sakit, menderita, dan terpuruk. Karena kalau itu terjadi pada mereka, aku akan jauh lebih tersiksa berkali-kali lipat dari yang mereka rasakan. OMG, aku jadi merindukan mereka. Apalagi semalam aku tidak bertemu mereka karena menginap di kamar Heechul.

"Kenapa Min hanya membawakan makanan untukmu? Seharusnya dia juga mengantarkannya untukku." Aku, Heechul, dan Wookie Oppa langsung menatap ke arah sumber suara. Sejujurnya, suara itu pelan, hampir seperti bisikan. Tetapi di saat suasana sepi seperti tadi, suara pelan itu bisa terdengar dengan cukup jelas ke telinga kami bertiga bahkan Hae Oppa. Pemilik suara yang sedang tertunduk, tiba-tiba bingung ketika melihat kami semua sedang menatapnya. Yup, itu suara Teuki Oppa.

"Hyung, apa yang kamu katakan barusan? Kenapa kamu juga ingin dibawakan makanan oleh pacarku? Min milikku, dia hanya boleh mengantarkan makanan untukku, meskipun makanan itu bukan masakannya." Hae Oppa mungkin tidak bisa marah kalau dirinya atau pacarnya dijadikan bahan tertawaan. Tetapi, ia akan menerkam siapapun yang berusaha menarik Min unnie dari pelukannya. Hae Oppa terus mengoceh dan menegaskan ke Teuki Oppa kalau Min unnie adalah miliknya.

Wookie Oppa berdiri dari tempat duduknya. "Sebaiknya kita pergi dari sini Heechul Hyung dan Bin-ah. Situasi mulai mencekam. Kkkkkkk…" Kami bergegas pergi meninggalkan ruang makan dan membiarkan Hae Oppa dan Teuki Oppa menyelesaikan masalah mereka. Tenang, ini bukan pertengkaran serius. Hae Oppa memang selalu bereaksi berlebihan kalau ada member lain yang ingin diperhatikan oleh Min unnie.

Aku kembali ke ruang makan untuk mengingatkan Hae Oppa. “Oppa, bukannya kau ada syuting hari ini? Seingatku kau juga harus berangkat pagi-pagi
sekali. Tidak perlu berterima kasih kepadaku karena sudah membangunkanmu pagi ini.” Aku bergegas pergi sebelum dilempar sumpit oleh Hae Oppa.
“Yaaa…kau itu membuat keributan di depan kamarku, bagaiamana mungkin aku tidak terbangun?” Hae Oppa benar-benar ingin mengejarku, untung Teuki Oppa mencegahnya.

“Donghae-ah, kamu tidak perlu mengejarnya. Bin benar, kamu kan harus berangkat pagi. Sebaiknya kamu segera bersiap-siap.” Aku sempat mengintip untuk mengetahui apa yang akan Hae Oppa lakukan, ternyata ia menuruti perintah Teuki Oppa. Benar-benar anak yang baik Hae Oppa ini, selalu menuruti kata Hyungnya. Padahal barusan Hae Oppa marah-marah ke Teuki Oppa. Sepertinya ia sudah melupakan emosinya. Benar kan kataku, Hae Oppa bukan orang yang jago dalam urusan marah-marah. Kkkkkk….

Setelah sarapan dan menggoda Hae Oppa, aku dipaksa Heechul untuk segera mandi. Padahal aku masih ingin guling-gulingan di kasur. Karena aku butuh waktu berjam-jam untuk bersiap-siap ke kampus, aku tidak bisa menolak saat Heechul mendorongku masuk kamar mandi.
Selesai mandi, aku kembali masuk ke kamar Heechul. "Eh, baby lagi ngapain?" Aku menemukan Heechul sedang berdiri di depan lemariku yang terbuka.

"Nah,hari ini kamu pakai baju ini saja ya." Ia mengeluarkan dress warna pink dengan motif seperti ukiran batik dari dalam lemari khususku. "Kamu kan lagi pakai tas dan sandal dengan warna yang senada, setuju?" Heechul melirikku dan aku membalas dengan anggukan plus senyuman. Ia pun meletakkan dress itu di kasur. Heechul ini selama berpacaran denganku saja sudah merangkap menjadi babysitter-ku, sekarang ia juga menjadi stylist-ku.

"Ini pasti modus, supaya aku tidak lelet siap-siapnya. Iya kan baby? Kkkkkk. Makasih ya baby." Aku mencubit kedua pipinya. "Ya sudah, kamu mandi sana. Aku mau ganti baju dan siap-siap." Aku mendorongnya keluar kamar.
"Eeeyyy...ini kan kamarku, kenapa aku diusir dari kamarku sendiri? Dandan-nya jangan lama-lama ya, beb. Pokoknya aku beres mandi, kamu sudah siap berangkat.

"Itu terlalu berlebihan baby. Kamu selesai mandi, paling aku baru beres pakai baju. Terus aku kan harus dandan dulu, pake body lotion, terus..." Heechul menginterupsi ocehanku dengan melumat bibirku.
"Sekarang aku mandi dulu. Kamu siap-siap ya baby." Ia menarik ikatan kimonoku, kemudian berdiri di belakangku dan melepaskannya, membiarkan tubuhku hanya dililit handuk. Heechul merapatkan posisi berdirinya dibelakangku dan berbisik. "Aku pinjam kimononya ya baby." Lalu pergi keluar kamar dan berbalik sebentar menghadapku untuk memberikan tatapan jahil sebelum menutup pintu.

***

Sepanjang perjalanan ke kampus, aku dan Heechul melakukan duet maut. Kami asik bernyanyi dan berjoget di dalam mobil. Tidak peduli lagu apapun yang sedang di putar di radio, apakah itu R&B, hip hop, bahkan ballad pun bisa bikin kami joget heboh. Untung kami memiliki kadar kecacatan yang sama. Jadi tidak ada kata malu dalam kamus kami untuk menunjukkan bakat terpendam.

Saat penyiar mulai membacakan request dari pendengar, aku langsung sibuk mengambil kotak makanan yang ada di kursi belakang. Hmm...aku akan menceritakan sedikit tentang kondisi di dalam mobil ini. Heechul adalah tipe orang yang simple, tetapi aku gatal untuk menaruh berbagai barang di mobilnya. Alasannya supaya kalau Heechul butuh apa-apa, sudah tersedia di mobil.

Aku menaruh kotak makanan, ukurannya 30cm x 20cm. Aku mengisi kotak itu dengan berbagai camilan seperti permen, biskuit, kacang, cokelat dan lain-lain. Kalau Heechul kelaparan saat di jalan, ia bisa mengganjal perutnya supaya tidak sakit. Nah, untuk mencegah dan mengobati penyakit yang tiba-tiba muncul, aku menyiapkan kotak yang berisi obat-obatan. Hanya obat-obat biasa yang aku siapkan di mobilnya seperti obat pusing, maag, flu, batuk, demam, dan obat sakit perut. Aku meletakannya dibawah kursi kanan depan, ada kotak P3K juga yang diletakkan disebelah kotak obat.

Awalnya Heechul menolak ada kotak makanan dan kotak obat di mobilnya. Tetapi sekarang ia yang bawel kalau persediaan di kotak-kotak itu sudah hampir habis. Aku mengambil permen lolipop berbentuk spiral berwarna merah putih dari dalam kotak makanan. Lalu memakannya secara bergantian dengan Heechul.

"Beb, nanti selesai kuliah langsung pulang. Jangan main dulu. Makan siang di flat aja atau numpang di dorm. Naik busnya juga hati-hati. Jangan suka tidur di bus, bahaya tau, kalau kamu dirampok atau diculik gimana? Dengar tidak, baby?”
“Siap komandan!!!”
“Jangan siap-siap aja! Kemarin kamu pulang telat. Kamu juga ketiduran di bus pas perjalanan pulang, iya kan?” Heechul terus mengoceh sambil tetap fokus menyetir.

“Kemarin kan ada kerja kelompok, makanya pulangnya telat, aku kan juga sudah sms kamu, beb. Eh, kamu tadi nanya apa? Kok kamu tahu aku ketiduran di bus? Emangnya aku cerita ya kemarin? Kayanya aku tidak bilang apa-apa. Kok kamu tahu? Kamu tahu darimana???” Aku menarik-narik lengan baju Heechul.

“Tidak penting aku tahu darimana. Pokoknya kamu tidak boleh ketiduran di bus lagi. Itu bahaya baby. Walaupun selalu ada orang-orang suruhan papa yang jagain kamu, bukan berarti kamu bisa mengandalkan mereka sepenuhnya. Kamu juga harus waspada. Arraso???”
“Arraso baby. Hmm…aku jadi makin curiga. Sebenernya kamu siapa sih? Sepertinya ada sesuatu yang kamu sembunyikan.” Aku memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah sambil mengelus dagu.

Heechul yang daritadi sedang konsentrasi menyetir, jadi salah tingkah saat aku bertanya dan memperhatikan setiap inci tubuhnya. “Ma…maksud kamu apa sih, beb? Aku tidak mengerti.”

"Baiklah, akan aku bantu untuk membuatmu mengerti. Pertama, aku heran kenapa kamu dipertahankan di SMent. Kamu ini adalah orang yang tidak suka diatur, bisa dibilang pemberontak, tapi manajer dan para staff tidak ada yang protes dengan sikapmu, malah mereka yang mencoba mengerti karaktermu dan menerimanya. Begitupun perlakuanmu kepada Soo Man sungjangnim, semua orang tunduk, takut dan patuh padanya. Entah bagaimana ceritanya, menurutku Soo Man sungjangnim malah takut sama kamu. Buktinya kamu selalu dikasih kebebasan untuk melakukan apapun yang kamu suka. Aku juga pernah dengar, kalau kamu satu-satunya artist SM yang bisa bikin Soo Man sungjangnim pusing tujuh keliling karena sikapmu yang susah diatur dan semaunya sendiri."

Heechul memotong pembicaraanku. "Aku hanya mau melakukan apapun yang ingin aku lakukan. Aku juga nggak suka diatur, karena aku lebih tahu apa yang terbaik untukku dibandingkan dengan orang lain. Jelas saja SMent mempertahanku walaupun aku ini menyebalkan, bagaimanapun juga aku ini adalah Space Big Star. Aku ini sangat tampan, memiliki segudang bakat, kreatifitasku tidak diragukan lagi, dan aku selalu punya ide-ide brilliant. SMent butuh orang sepertiku untuk bisa sesukses sekarang." Heechul mengedip-ngedipkan matanya dan tersenyum bangga.

"Ya ya ya...apa yang kamu katakan barusan benar dan aku setuju dengan kemampuanmu sebagai multi talented artist. Tapi aku tetep tidak mengerti kenapa Soo Man sungjangnim tidak pernah protes dengan tingkahmu. Sebentar, aku akan membacakan artikel tentang dirimu." Aku mencari artikel yang aku simpan di note handphone.

"Mwo?? Kamu menyimpan artikel tentang diriku di handphone?" Aku hanya membalasnya dengan anggukan, karena mulutku penuh permen lolipop dan tanganku sibuk mengutak-atik handphone. "Omo...ternyata kamu segitu ngefansnya sama aku." Heechul menusuk-nusuk pinggangku dengan jari telunjuknya.
"Nah,ini dia artikelnya. Hmm...hmm...aku bacain ya. Kan kamu lagi nyetir." Aku memasukan permen lolipop ke mulut Heechul. Lalu bersiap membacakan artikelnya.

Heechul, Idola Pertama Yang Berani Menirukan Suara Lee Soo Man
 Keberanian Heechul telah membuat para staff SM terkejut. Sesaat setelah debut, Heechul menirukan suara Lee Soo Man, produser SM Entertainment, yang membuat manajernya dan para staff SM terkejut karena itu merupakan kali pertama seorang idola berani melakukannya.
Dia menjelaskan, “Dalam suatu acara, aku memang sempat menirukan suaranya sekali. Aku melakukannya untuk bersenang-senang, namun manajerku sangat terkejut dan berbicara panjang lebar dengan sang PD mengenai apakah hal tersebut dapat disiarkan atau tidak. Kemudian aku menelepon Lee Soo Man langsung dan bertanya "Ini bisa disiarkan, bukan?" Dia bilang "Tentu saja. Saya percaya Kim Heechul adalah orang yang sopan. Saya bisa saja bilang tidak, tapi hal itu hanya akan membuatmu ingin melakukannya lebih lagi, jadi biar saja disiarkan." Sejak saat itu banyak artis SM yang juga mulai melakukannya. 

"Tuh kan, Soo Man sungjangnim tidak marah dengan tindakanmu. Aku yakin, kalau orang lain yang melakukannya pasti akan terjadi bencana. Buktinya saja manajer Oppa jadi berdebat dengan PD karena ulahmu. Tapi, kamu dengan mudahnya menelpon Soo Man sungjangnim dan semua masalah selesai." Aku menunggu jawabannya dan merebut kembali permen lolipop dari mulutnya.

"Kkkkkkkk...kamu terlalu berlebihan beib. Aku merasa tidak ada yang aneh dengan sikap Soo Man sungjangnim kepadaku. Beliau memperlakukan aku dengan baik karena aku juga bersikap baik padanya. Percayalah, aku tidak mendapatkan perlakuan spesial atau dijadikan anak emas kok."
"Okeh, aku percaya. Sekarang, jelaskan kepadaku tentang kegiatan wajib militermu."
"Apa yang perlu aku jelaskan? Bukannya kamu sudah tau tentang kegiatanku selama menjalani wamil?"

"Ada yang belum kamu jelaskan, akhir-akhir ini kamu sering pulang cepat, apa itu diperbolehkan selama wamil? Aku rasa tidak. Tetapi sepertinya kamu diberikan kebebasan untuk datang dan pulang jam berapapun. Sepertinya kamu juga sering cuti, memangnya jatah cuti selama wamil itu banyak ya, beb? Kalau aku perhatikan, kamu seperti tidak sedang wamil, tapi lebih terlihat sedang cuti panjang dari SMent. Jadi, apa alasanmu kali ini?"

"Nah, sudah sampai. Kamu masuk jam 8 kan? Sekarang jam 8 kurang 15. Dari parkiran ke kelasmu saja butuh waktu 10 menit. Sebaiknya kamu segera menuju ke kelas sebelum terlambat." Heechul membuka safety belt-ku. Sebuah kecupan mendarat di dahiku, lalu merapikan rambutku dengan jari-jarinya. Lihat, sekarang ia juga ingin menjadi hair stylist-ku.

"Rrrrrrrrr...kali ini kamu bisa lolos ya, beb. Lain waktu, aku akan memaksamu untuk menjawab semua kecurigaanku. Aku pastikan kamu tidak akan bisa mengelak lagi." Aku membuka pintu mobil dan siap-siap melangkah keluar. Sedetik kemudian aku membalikan badan menghadap Heechul. "Apa kamu melupakan sesuatu?" Heechul menjawab dengan gelengan kepala. "Kenapa kamu tidak mencium bibirku? Kamu marah karena aku tanya-tanya barusan ya?"

"Hahahaha. Kamu ini lucu deh baby. Mana mungkin aku bisa marah sama kamu. Gimana aku bisa cium kamu, tadi mulut kamu penuh lolipop." Heechul menangkup pipiku dengan kedua tangannya lalu mencium bibirku dengan lembut. "Kamu pulangnya hati-hati ya nanti. Jangan lupa selalu kasih kabar ke aku. Kalau ada yang mengganggumu, langsung telepon aku. Kabarin juga kalau sudah selesai kuliah, naik bus, dan sampai di flat. Aku sayang kamu baby." Kali ini ia mencium kedua pipiku.

"Iya baby. Nanti aku kabarin, kalau aku mau ke toilet, perlu kabarin kamu juga, tidak? Kkkkk...aku juga sayang kamu baby. Hati-hati ya di jalan. Jangan kabur-kaburan lagi dari kantor. Aku masuk kelas ya." Aku memberinya serangkaian ciuman dari dahi, pipi, hidung, dan terakhir di bibirnya.

***

Dorm Lantai 11
 Jam 12 siang aku sudah tiba lagi di gedung flatku. Entah kenapa bukan lantai 12 yang aku tekan, tapi malah lantai 11. Setibanya di lantai 11, aku baru menyadari kalau aku sepertinya melakukan kesalahan. Bukannya kembali menutup lift dan memencet tombol 12, aku malah keluar dari lift dan mampir ke dorm lantai 11. Saat memasuki dorm, aku tidak mendengar ada keributan. Mungkin dorm ini sedang kosong, aku mencoba mengingat schedule Suju, tapi aku tidak ingat apa-apa. Jangankan schedule orang lain, schedule ku sendiri saja selalu terlupakan.

Dengan tegarnya aku tetap melangkahkan kaki memasuki dorm lantai 11. Aku bersenandung disepanjang lorong. Tidak, lebih tepatnya aku bernyanyi. “Matahari, bersinar terang. Seolah tersenyum senang. Walau panas, menyengat, kami tetap gembira.” Kali ini aku masih menyanyikan lagu anak-anak dari Indonesia. Lagu yang dipopulerkan oleh Sherina. Aku bernyanyi sambil celingak-celinguk di sekitar dorm, mencari-cari kehidupan.

“Gwireul makgo geudaereul deureobonda.. Du nuneul gamgo geudaereul geuryeobonda~
Geudaen heulleoganneunde geudaen jinaganneunde. Imi japhil su jochado eomneun gieok sogeseo~~”

Pemilik suara itu pasti Yesung Oppa. Aku juga tahu lagu itu. Daydream, lagu favoritku di 6jib dan ternyata Yesung Oppa juga menyukai lagu ini.Suaranya berasal dari ruang pakaian yang terletak di sebelah kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menuju ke sana dengan mengendap-ngendap untuk mengejutkannya. Sesampainya di sana,

“Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkk…” Aku menjerit keras sekali sampai-sampai aku pikir pita suaraku akan putus. Demi Dewa Neptunus, aku tidak bisa bergerak. Aku hanya menutup mata rapat-rapat, tapi sepertinya belum cukup, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.

“Aiiigggoooo…kau mengagetkanku Bin-ah. Kenapa kamu berteriak? Memangnya kamu sedang melihat hantu?” Yesung Oppa ini tidak punya perasaan malu atau bagaimana sih? Bisa-bisanya ia bersikap seakan tidak ada yang salah dengan dirinya saat ini.
“Oppa, kamu tidak sadar dengan kondisimu saat ini?” Aku masih menutup mata dan kali ini mulai membalikkan badan membelakangi Yesung Oppa.

“Kondisiku? Aku baik-baik saja, aku sehat kok. Kalau tidak percaya coba saja kamu check dahiku panas atau tidak.” Aku mendengar ada suara langkah mendekat.
“Stop…stop…stop…Yesung Oppa. Jangan mendekat, atau akan terjadi skandal.” Lagi-lagi aku hanya bisa menjerit tetapi tidak sanggup untuk bergerak.
“Kamu aneh Bin-ah. Ada apa sih?” Benar-benar orang yang tidak peka.

Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha memaparkan apa yang terjadi saat ini. “Oppa, tadi aku berniat untuk mengejutkanmu saat mendengar kamu sedang bernyanyi. Tetapi, malah aku yang dikejutkan dengan keadaanmu. Memangnya tidak sadar, kamu hanya memakai handuk sekarang.”

“Ooooohhhhhh…ini lebih baik Bin-ah. Kamu tahu kan, aku selalu lupa membawa handuk kalau mandi. Tadi pun begitu, setelah selesai mandi, aku baru sadar kalau lupa mengambil handuk. Jadi aku harus keluar dulu dari kamar mandi dan mengambil handuk dalam keadaan…”
“Oppa…please stop!! Aku tidak sanggup mendengarnya. Sekarang aku akan berjalan menuju ruang tengah. Oppa tidak boleh bergerak sebelum aku tiba di ruang tengah.” Aku berjalan miring seperti kepiting. “Oppa, aku sudah sampai. Kamu boleh bergerak menuju kamarmu sekarang.”

Aku merebahkan diri di sofa. Jantungku berdetak secara abstrak. Bukan karena aku terpesona dengan tubuhnya, lagipula yang aku lihat adalah bagian belakang. Tetapi aku terlalu shock berada dalam situasi seperti ini. Aku terlalu canggung untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Hanya Heechul yang menjadi pengecualian. OMG, sekarang aku makin panik, bagaimana kalau Heechul tahu tentang kejadian ini????

Tiba-tiba aku merasakan aura aneh di belakangku. Saat aku membalikkan badan, ternyata Yesung Oppa sudah berdiri dengan memakai pakaian lengkap. “Apa yang sedang kamu pikirkan, Bin-ah?”
“Ooohhh…tidak ada. Kamu menakutkanku, Oppa. Bisakah kamu muncul dengan lebih wajar? Ayo sini, kita nonton tv, tapi aku cari film kartun ya. Kkkkkkkk….” Aku berusaha mencairkan suasana.

“Kenapa kamu ke sini sendirian? Yang lain mana?” Yesung Oppa duduk di sebelahku.
“Aku baru pulang kuliah. Belum liat keadaan di lantai 12. Aku juga bingung kenapa aku malah ke sini.”
“Mungkin kamu merindukanku.” Ia berbicara tanpa ekspresi.
“Kkkkkkkkkk….lebih tepatnya aku merindukan jogetmu. Apa sudah punya koreo terbaru, Oppa?”

“Ada, kamu mau lihat? Hmm..tapi gimana ya, ini belum boleh dipublikasikan.” Kali ini ia menunjukkan ekspresi sok mikir.
“Oppa, aku kan sudah beli tiket yang paling mahal untuk melihat dance mu. Sekarang tunjukkan padaku dance terbarumu.” Hanya gara-gara membahas dance, aku melupakan kejadian memalukan tadi.

Kalau tadi aku berpikir bahwa masuk ke dorm lantai 11 adalah kesalahan, tetapi setelah melihat secara full tarian terbaru Yesung Oppa, aku girang setengah mati. Sungguh, tariannya amat sangat absurd. Manusia biasa tidak akan ada yang bisa meniru gerakan Yesung Oppa. Tarian-tarian yang diciptakan Yesung Oppa  hanya tercipta dan ditakdirkan untuk dirinya. Aku benar-benar fans berat Yesung Oppa. Tingkah absurd-nya ini yang membuatku terpesona.

Makanya jangan heran kalau Heechul suka cemburu dengan Yesung Oppa. Padahal tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku mencintai Heechul dengan segenap jiwa dan raga. Tidak peduli ada badai, angin topan, ataupun tsunami, aku akan tetap memilih bersamanya.

Sepanjang siang ini, aku menghabiskan waktu bersama Yesung Oppa di dorm lantai 11. Dari mulai menonton pertunjukkan dance-nya, menonton film kartun, dan bermain bersama Ddangkomi, kura-kura Yesung. Menurut member Suju, Yesung Oppa adalah member terseram dan aneh. Sedangkan menurutku predikat itu lebih cocok untuk My Chul. Yesung Oppa ini juga sangat sulit diprediksi. Ia memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan Heechul yaitu gila dan unik. Mungkin inilah yang membuat aku juga bisa dekat dengan Yesung Oppa.


~To Be Continued ~

[PREVIEW CHAPTER 7]

Ahn Rin Young's 
“Rin-ah, tatap aku” ia menarik pelan daguku hingga menghadap wajahnya lagi. “Sebenarnya apa yang menghalangimu untuk sekedar meresmikan hubungan kita? Katakan, apa aku hanya besar kepala, mengiramu sayang padaku, hmm?”
Seketika, kilatan masa lalu terasa berdesing dengan cepat di kepalaku. Aku menggeleng, “Bukan begitu Kyu, aku—”
“—Apa kau.. sudah terikat dengan seseorang? Mungkin di Indonesia? Jujurlah Rin. Ceritakan saja kalau memang begitu..aku akan menerimanya”.

Park Min Young's
“Yaa Kim Heechul! Balikkan tubuhmu menghadap tembok sekarang juga!” perintah Donghae keras.
“Waeeeee?” tuntut Heechul.
“Aku tidak pakai baju Oppa, jadi... jadi...”
“MWO??????!!! Aisssshhh... kenapa kau...? Aishh! Ya sudah lah. Sana cepat pergi ke kamarmu!” Heechul tampak kesal ketika berbalik menghadap tembok, dan aku berterima kasih padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar