Senin, 03 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 1]


WEEK # 1

Park Min Young’s POV
Selasa – dorm Super Junior lantai 12

 
Mataku masih terpejam dan jiwaku masih larut di dunia mimpi ketika sebuah beban melingkar di atas pinggangku yang menyamping. Tidurku terusik karenanya. Perlahan sebelah kelopak mataku terbuka dan disusul satunya lagi, tinggallah otakku berusaha menggapai-gapai kesadaran yang rasanya masih berada jauh dibalik alam bawah sadar. Kuintip bagian tubuhku yang tertimpa beban, bukan, ternyata sebuah tangan, yang melingkar dari belakangku sampai perutku. Tangan siapa...?


“hm?” kutengokkan kepalaku ke belakang, hanya untuk berhadapan dengan wajah polos penuh kedamaian yang menyerukkan mukanya di rambutku.
“jangan bangun...” katanya dengan mata terpejam.
“aku tidak mau bangun...” balasku. “masih pagi...”

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan keras. “Yaaa! Donghae-ya!” itu Hyukjae. Pagi-pagi sudah buat gaduh di kamar orang. “katanya mau membangunkan Min, kenapa malah ikut tidur?” dan dia pun mulai menarik-narik kaki Donghae tanpa hasil. Donghae bergeming.


Bukan, Min yang dimaksudnya itu adalah aku, bukan Sungmin. Kami biasa memanggil Sungmin dengan panggilan Ming, atau Sungminnie, atau Minnie kalau dia sedang dalam zona imutnya. Namaku Amanda, tapi nama Korea-ku Park Min Young. Dan teman-temanku serta para member memanggilku Min saja.


“ssshh..! kau berisik Hyukjae-ya. Pergi sana.” Donghae mempererat pelukannya padaku.

“aisssshh. Bukannya Min ada kuliah hari ini?” Hyukjae mengingatkan.

Mataku malah semakin rapat mendengarnya. “malas...” erangku.

“ckckck... benar-benar kalian ini...” lalu terdengar suara pintu ditutup kembali ketika Hyukjae menyerah membangunkan kami dan keluar dengan menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti ‘pasangan’ dan ‘suram’. Rasanya aku mendengarnya menggumam ‘masa depan’ juga.

“kau tidak mau bangun kan?” Donghae berbisik di dekat telingaku. Ketika dirasakannya kepalaku menggeleng pelan, ia pun bergumam, “terus saja seperti ini...”


Ya benar. Terus seperti ini terasa bagaikan surga bagiku. Siapa yang mau keluar dari surga? Tidak ada.


“MIN!!! Bangun kau!” terdengar suara teriakan bersamaan dengan didobraknya pintu kamarku. Ya, bisa dibilang seperti dobrakan, saking kencangnya suara yang ditimbulkan setan itu ketika membuka pintu. “Min bangun! Kalau tidak nanti kusiram dan kau harus bilang ‘I feel fresh’ ke arah kamera.” Saut Kyu sambil terkekeh.


Kamera? Mataku langsung terbuka dan melihat iphone Kyu tepat di depan wajahku. “YAAA CHO KYUHYUN!!!! DIE!!!!!!”


Aku berusaha merenggut iphone itu darinya, tapi gerakannya lebih cepat dan ia berhasil menghindar. Iphone-nya masih terarah padaku.


“Park Min Young, 24 tahun, yang malas kuliah, dan pacarnya, Lee Donghae yang terkenal.” Kyu bernarasi secara live dalam rekamannya. Aku melihat senyum jahilnya yang tak tertahankan itu di balik todongan iphone, dan rasanya ingin sekali menghajar kembaranku yang satu ini. Siapa yang bisa menyalahkan?


Susah rasanya mengakui kalau aku dan si setan Kyuhyun ternyata saudara kembar. Tidak ada yang tahu tentang ini, baik aku atau dia, ataupun seluaruh keluarga kami sebelum ini, kecuali dokter yang membantu persalinan Umma-ku (dan Kyuhyun) secara caesar dulu itu. Tidak ada yang tahu bahwa dokter yang sudah terlibat dalam praktek perdagangan bayi selama beberapa waktu itu membayar seseorang untuk membawa satu dari dua bayi yang dilahirkan untuk kemudian dijual dalam bentuk surat adopsi ilegal kepada keluarga kaya lain, tentunya dengan bayaran yang mahal. 

Itulah sebabnya aku tumbuh besar dalam keluarga yang kukenal sejak lahir hingga sekarang, yang berada di Indonesia, jauh dari Korea. Papaku, atau setidaknya orang yang selalu kuanggap sebagai papa sejak lahir dan membesarkanku dengan segenap cintanya, yang mengadopsiku tanpa mengetahui bahwa aku didapatkan dengan cara ilegal, kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI. Koneksi dan pengaruh Papa ini lah yang kemudian menuntunku hingga menemukan keluarga biologisku, tepatnya tiga tahun yang lalu. Padahal sebelumnya aku tidak pernah ada hubungan apapun dengan Korea, dan aku pun tidak merasa kekurangan apapun. Sampai Papa dan Mamaku disana yang menceritakan sendiri mengenai asal usulku empat tahun yang lalu, ketika dirasanya aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui. Singkat cerita, Papa baru mengetahui bahwa proses adopsiku ternyata ilegal setelah menyatakan niatnya untuk mempertemukanku dengan orangtua kandungku, dan itu menyulitkan kami untuk mencari keluarga biologisku. Butuh waktu satu tahun sebelum akhirnya Papa berhasil. Sebagai Menteri Luar Negeri, Papa lebih mudah untuk datang ke orang-orang yang tepat di Korea sampai akhirnya ia berhasil mempertemukan aku dengan kedua orangtua biologisku setahun kemudian.

Tidak, Papa tidak membuangku. Hanya sekedar memberikan hakku untuk mengetahui asal usulku. Selama dua tahun berikutnya setelah aku mengenal keluarga biologisku, aku diperbolehkan mengunjungi Korea beberapa waktu sekali untuk lebih dekat dengan Umma, Appa, dan saudara-saudara kandungku; seorang kakak perempuan dan seorang saudara kembar laki-laki. Setidaknya itulah niatan awalnya, sampai aku mengetahui bahwa aku punya keluarga lengkap yang juga menerima kehadiranku dengan hangat, dan aku bahkan punya saudara kembar yang merupakan salah satu member Super Junior, bintang hallyu yang terkenal di benua Asia, Eropa, bahkan Amerika!


Dan disinilah aku, ditengah-tengah keluargaku dan ‘keluarga’ Super Junior, serta bertemu dengan Donghae-ku tersayang... yang saat ini tetap bergeming dengan damai sambil memelukku dari belakang dan membuatku tidak bisa maksimal dalam menghajar Kyu.


“Kyu stop it. Dan jangan berani-berani menguploadnya di internet. Atau...”

“Atau apaaaaa?” Kyu menghentikan rekamannya sebelum sesuatu yang melanggar SARA terjadi dan menggagalkan ancamannya untuk menyebarkan video memalukan barusan di internet. “Ayo Min, bangun dari pelukan Donghae Hyung dan mandi. Aku juga perlu kuliah hari ini, dan jangan sampai terlambat. Atau video ini kuputar di kampus!” Kyu tertawa bagai setan.

Sial, kenapa malah aku diancam balik? Huh... menyebalkan sekali dia itu. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala menerima nasib. Bukannya aku mengeluh bersaudara dengannya. Tapi kadang rasanya semakin hari Kyuhyun samakin naik tingkat dalam ilmu evilnya. Walaupun teman-temanku dan para member menyebut kami sebagai Evil Twins karena kami berdua sangaaaaaaaaat mirip dalam membully orang lain, tapi rasanya tetap saja Kyu lebih evil daripadaku.

 “Kau tau kau tidak bisa melakukan itu Mr. Cho...” ujarku sedikit merasa menang.


Itu benar. Kyu tidak akan pernah menyebarkan video, foto, atau dokumentasi apapun yang bisa membongkar identitasku. Keberadaanku dirahasiakan karena hubunganku dengan Donghae. Ini sudah menjadi kebijakan SM Entertainment, perusahaan yang menaungi Super Junior, agar tetap menjaga idolanya sebagaimana idola yang dekat dan ‘mudah dijangkau’ para fansnya. Ini dilakukan salah satunya dengan cara menampilkan para idola selalu dalam status single (pengecualian bagi Shindong). Tentu, keselamatanku juga terancam apabila ELF (fans Super Junior) mengetahui hubunganku dengan salah satu idolanya.


Fakta bahwa aku kembaran Kyu juga dirahasiakan untuk beberapa alasan. Terutama karena aku masih anak Papa yang sah di mata publik Indonesia, tempat dimana aku akan pulang setiap ada kesempatan. Karenanya, margaku pun tidak berubah menjadi Cho dan aku tetap menggunakan nama Korea yang merupakan translasi dari nama asliku. Selain itu juga karena martabat dan kredibilitas Papa akan hancur bila diketahui terlibat dalam adopsi ilegal. Meski sebenarnya Papa juga korban dalam kasus ini, tapi tetap saja isu ini akan menghantui nama besarnya. Jadi bisa dibilang aku ini bagaikan hantu di negara ini. Ada, tapi tidak ada.


Mendengar pernyataanku, Kyu tidak gentar dan tetap memasang senyum jahilnya. “Tapi tidak terlarang untuk dikonsumsi semua orang yang mau melihatnya... ini bisa menambah koleksiku!” dan ia pun tertawa, terus tertawa sampai jatuh terduduk.


BUKKK! Aku melemparkan bantal padanya, mengingat semua dokumentasi Kyu mengenai aku yang seluruhnya bisa dibilang memalukan! Kyu tersengal-sengal tanpa bisa menghentikan tawanya dan kemudian beranjak keluar kamar sambil menghindari serangan bantalku yang kedua.


“Min-ah...” Donghae memanggilku dengan mengantuk dari sampingku. Matanya masih terpejam dan menepuk-nepuk bantalnya sendiri, mengundangku untuk kembali tidur di sampingnya.


Aku mencium pipi mulus pacarku itu, yang sama sekali tidak terusik melihat perang saudara antara aku dan Kyu. Hal itu memang sudah biasa disaksikannya dan juga semua member selama setahun terakhir ini, sejak aku memutuskan untuk mulai menetap dan kuliah di Korea. Sebenarnya aku tinggal dengan dua orang temanku di flat di sebelah dorm Super Junior lantai 12 tanpa diketahui para fans. Jadi aku bisa dengan bebas keluar masuk gedung apartemen tanpa menimbulkan kecurigaan. Tapi aku praktis bisa dibilang tinggal disini, di dorm para member, karena frekuensi kehadiranku yang lebih sering berada di kamar Donghae daripada di kamarku sendiri di flat sebelah.


“Aku harus kuliah, Hae... kalau tidak nanti Kyu melaporkan aku pada Appa...” ujarku sedih karena harus melepaskan diri dari pelukan Donghae. Aku berusaha menggeliat untuk melepaskan diri, tapi Donghae mengeratkan pelukannya sambil tersenyum. “Hae...” bujukku. Aku tidak pernah memanggilnya Oppa meski umurnya terpaut beberapa tahun dariku. Alasannya, karena aku tidak pernah bisa menganggapnya sebagai laki-laki dewasa, setidaknya yang lebih dewasa dariku.


Aku merapatkan tubuhku pada tubuhnya, mencium pipinya lagi yang sangat dekat dengan bibirnya, membuat senyum di wajahnya merekah sangat lebar dan warna merah pun menjalar di leher dan telinganya. Segera aku meloloskan diri dari pelukannya, memanfaatkan moment saat Donghae yang lugu merasa malu karena ku kecup di sekitar bibirnya. Menggemaskan!


“Min...” rengeknya karena aku berhasil meloloskan diri. Aku memutar tempat tidur hingga sampai pada sisi dimana Donghae tidur, namun tetap berhati-hati untuk menjaga jarak supaya ia tidak bisa menarikku ke tempat tidur lagi. Dengan kilat kukecup keningnya, “tidurlah sayang, kau kan baru pulang syuting hingga pagi. Aku akan pulang sebelum kau bangun.” Bujukku dengan nada berbicara dengan anak kecil. Memang seperti itulah Donghae untukku. Pacar menggemaskan layaknya masih berumur 5 tahun.


Aku sedang bergegas keluar dari kamar Donghae untuk kembali ke flat sebelah, ketika Heechul memanggil dan menggodaku karena lagi-lagi tertidur di kamar Donghae. “Bukan kah sebaiknya kau menyimpan lemari bajumu sendiri di kamar Donghae, Min-ah? Jadi tidak perlu repot-repot kembali ke flat sebelah kan?” katanya sambil terkekeh.


“oppa, jangan pikir aku tidak akan mempertimbangkannya. Kalau saja kamar Donghae masih ada tempat untuk lemari bajuku, aku pasti sudah meletakkannya disana. Apa kamar Heechul oppa masih ada tempat untuk lemari bajuku?” balasku, dan langsung disambut tawa dari Leeteuk dan Hyukjae yang berada di meja makan. Ryeowook bahkan menimpali dari tempatnya berdiri di depan kulkas, “Kamar Heechul hyung masih banyak tempat untuk menaruh satu lemari lagi!”


“aishh bocah ini!” gertak Heechul bercanda. Kami memang selalu seperti itu, berdebat satu sama lain tapi tidak pernah serius. Karena tampaknya dari sekian banyak dongsaeng yang dimilikinya hanya aku dan Kyu yang berani membalas segala perkataan Heechul, sehingga tidak heran kami dijuluki Evil Twins. Tidak, Donghae tidak masuk hitungan, karena semua orang pasti luluh padanya, mereka hanya perlu melihat wajah innocentnya, tidak terkecuali Heechul.


“Min-ah! Jangan lupa sarapanmu.” Aku masih sempat mendengar suara Leeteuk sebelum aku mencapai pintu depan.

“Nanti aku kembali lagi oppa, jangan habiskan sarapannya!”
***

Setelah selesai mandi, aku mengganti bajuku dan berdandan secepat kilat, karena Kyu pasti sudah tidak sabar menunggu. Tidak akan sempat sarapan, pikirku. Tapi mungkin aku sempat membawa makanannya dan sarapan di mobil. Kemudian aku pamit pada dua temanku yang baru bangun, Bin dan Rin. Mereka berdua adalah teman senasib dan seperjuanganku, bisa dibilang seperti itu.


Ahn Rin Young, sahabatku sekaligus pasangan-yang-belum-juga-meresmikan-hubungannya dari si maknae evil yang juga kembaranku, Cho Kyuhyun. Jangan berpikir hanya karena Kyu seperti setan, maka pasangannya pun seperti itu. Tidak, Rin justru sosok malaikat di lingkaran pertemanan kami, trio ‘Young’. Aku pun dibuat takjub dengan ketertarikan antara pasangan ‘angel and demon’ ini. Mereka seperti batangan magnet, dua sisinya saling bertolak belakang sekaligus juga saling tarik menarik. Mungkin Kyu memang butuh ‘penyembuh’ berupa aura baik dari Rin, siapa tahu. Tapi yang jelas sifat evil Kyu tidak menunjukkan adanya perbaikan dari hari ke hari. Hanya bila berada di depan Rin, Kyu baru bisa menunjukkan sikap terbaiknya. Namun betapa pun ketertarikan antara keduanya kian berkembang setiap harinya, baik Rin maupun Kyu belum juga ada yang merasa perlu untuk meresmikan hubungan tersebut sehingga bisa disebut ‘berpacaran’. Meski demikian, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa keduanya memiliki perasaan untuk satu sama lain dan memiliki hubungan tertentu yang melebihi teman biasa. Bahkan para member, terutama Hyukjae sering meledek Rin di depan Kyu dengan panggilan “single lady”, hanya untuk membuat keduanya gerah dan cepat-cepat meresmikan hubungannya.


Rin merupakan sahabatku sejak aku tinggal di Indonesia. Papa Rin juga merupakan salah satu menteri negara, yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI. Aku dan Rin bersekolah di sekolah yang sama, memiliki lingkungan pergaulan yang sama. Ketika masalah adopsiku yang ilegal muncul, Rin menunjukkan dukungannya sebagai sahabat sejati dengan menemaniku ke Korea untuk bertemu dengan keluarga biologisku pertama kalinya. Bahkan setelahnya pun, beberapa kali Rin ikut bersamaku ketika mengunjungi keluargaku di Korea. Dan saat itulah dia mengenal Cho Kyuhyun. Pada suatu titik ketika aku memutuskan untuk menetap di Korea sambil meneruskan kuliah masterku, Rin pun yang pada awalnya hanya menemaniku melewati masa transisi perpindahan ke Korea, malah membulatkan tekadnya untuk mengikuti jejakku menetap disini agar aku dan Kyu bisa selalu dekat dengannya. Keputusannya ini juga mengharuskan ia menyembunyikan hubungannya dengan Kyuhyun dari publik.


Tunggu, masih ada Hwang Bin Young, temanku satu lagi. Ia biasa disebut Bin, dan sebenarnya merupakan adik Donghae yang terpaut tiga tahun lebih muda dari Donghae, yang tidak diketahui oleh publik. Asal usulnya memang membuatnya harus merahasiakan diri, demi karir Donghae dan juga keselamatan jiwanya. Bin dan Donghae berbagi ibu yang sama, namun beda ayah. Ayah Bin menjalankan bisnis yang bisa dibilang berbahaya dan mempunyai jaringan yang luas dengan keuntungan yang luar biasa. Tidak ada politikus, pengusaha, dan penjahat sekalipun yang tidak mengenal nama ayahnya. Dan itu merupakan kerugian yang harus dibayar oleh temanku itu, karena dengan berkeliaran sambil memamerkan bahwa ia merupakan keturunan ayahnya tidak akan membawa dampak yang baik, bahkan bisa mengundang celaka. Apalagi bila hubungannya dengan Donghae diketahui publik, maka bukan hanya Bin yang terancam keselamatannya, tapi juga Donghae dan ibunya. Belum lagi kemungkinan mereka akan dikucilkan secara sosial. Tapi Bin merupakan kesayangan ayahnya, sehingga ayahnya merasa dengan menyembunyikan identitasnya dari publik dan menyuruhnya tinggal di Korea, dekat dengan ibunya, merupakan hal yang terbaik bagi semuanya.


Dari segi fisik, tidak banyak yang bisa menduga bahwa Bin dan Donghae bersaudara. Namun dari segi mental, Bin sangaaaaat mirip dengan Donghae. Jiwa keduanya tampak seperti terjebak di usia lima tahun. Baik Donghae dan Bin hidup tanpa beban seperti orang dewasa pada umumnya; mereka memiliki pikiran yang bebas. Free-minded, itulah yang pertama kali terlintas olehku ketika aku mengenal Bin. Apalagi setelah tahu bahwa minatnya bergelut di dunia teater, dan hobinya adalah berkhayal dan membuat skenario spektakuler tanpa batas. Betapa kebetulan, aku memilih sahabat dan pacar yang sama-sama berkelakuan seperti layaknya bocah berumur lima tahun.


Dan oh, Bin juga telah terikat dengan salah satu member Super Junior sepertiku juga, namun hubungan mereka telah dimulai lebih dulu dari pada aku. Ia, karena satu dan lain hal, saling tertarik dengan Heechul, yang secara ajaib menunjukkan kesetiannya pada tipe wanita imut-imut dan berkepribadian seperti anak kecil. Bin, bisa dibilang sangat cocok dengan Heechul, dan berhasil membuat semua orang yang mengenal mereka berdua takjub setiap harinya. Persamaan nasib antara Bin denganku langsung membuat kami berdua akrab sejak pertama berkenalan, lebih dari setahun yang lalu, ketika aku diperkenalkan dengannya oleh Donghae. Bin sudah menetap lama di flat di sebelah dorm Super Junior, dan menawariku serta Rin untuk tinggal dengannya.


Semenjak saat itu, ikatan antara aku, Rin, dan Bin terus menguat, ditambah hubungan kami dengan para member Super Junior, rasanya sudah seperti keluarga besar. Baik Rin maupun Bin juga sama seringnya denganku mengunjungi dorm. Para member Suju pun akan mengungsi ke flat sebelah bila sedang membutuhkan ketenangan. Tapi, siapa yang bisa menyalahkan?


Aku kembali ke flat sebelah untuk berpamitan, sambil mencari Kyu, siapa tahu dia ada disana. Tapi ternyata tidak ada. Hanya ada Heechul, Ryeowook, dan Leeteuk, yang tampak sudah bersiap-siap memulai schedule-nya. Heechul pun kuperhatikan sudah bersiap untuk pergi menjalankan tugasnya di bagian pelayanan masyarakat, tempat dia mengabdikan dirinya sebagai ganti dari kewajibannya di militer yang tidak bisa dipenuhinya karena cedera kaki. Sementara Hyukjae dan Kyu pasti sudah kembali ke habitatnya di bawah.


“Teukie oppa, sudah mau pergi?”

“Ne, kau pergi bersamaku saja.” Katanya menawarkan tumpangan. “Ini sandwichnya, bawa untuk sarapanmu.” Teukie menyodorkan kotak makan yang tampaknya seperti berisi dua buah sandwich telur.
“Buatan Ryeonggu?” tebakku, mengambil kotak makan yang disodorkannya.

Ryeowook menganggguk dari tempatnya di seberang TV, sementara Teukie bergumam, “memangnya siapa lagi yang bisa membuat sandwich seperti dia?”

“tapi hyung menyukainya kan?” goda Ryeowook sambil menyeringai.
“kalau aku bilang tidak, nanti kau akan buat lebih banyak lagi sandwich sampai aku bilang sebaliknya.” Teukie pura-pura menggeleng pasrah. “Kajja, Min.” Ajaknya.

“Tapi Kyu tadi secara tidak langsung mengajakku pergi dengannya.”

“W-w-w-we? Kau tidak mau kuantar? Kau hanya mau pergi dengan Kyunnie?” Teukie merengut padaku, dengan sorot mata penuh tuduhan.
“Aniyaaa oppa. Kenapa kau menuduhku seperti itu?” Aku pun berpamitan sambil berterimakasih pada Ryeowookie atas sandwichnya. Lalu aku memutuskan untuk menambah semangatku pagi ini dengan sedikit menggoda Heechul, membuatnya kesal sedikit sebelum pergi dengan bahasa informalku. “Yaaa, Kim Heechul, kau jangan pernah membuat Bin gundah lagi. Aku menemukannya bangun di kamar Rin pagi ini, pasti kalian bertengkar? Aku tidak suka itu!”

Nah, puas rasanya setelah melihat ekspresi syok Heechul, entah karena bahasa informalku atau karena informasi yang baru kukatakan. Ketika kulihat ia mulai pulih dari syoknya dan siap mengejarku, aku pun cepat-cepat menjadikan Teukie sebagai tameng dan menariknya menuju pintu, meninggalkannya sambil terkekeh. Aku dan Teukie kemudian bergegas menuju lift, dan aku bilang padanya untuk mampir ke lantai 11 setidaknya untuk menjemput Kyu.


“anie, anie, anie... Kyu sudah pergi tadi.” Kata Teukie mengagetkanku.

“Mwo?? Dia meninggalkanku?” dalam hati aku mengutuk Kyu sepenuh hati.
“Ada Oppa yang mengantarmu kan?” ujarnya sambil memegang tanganku. Aku mau tidak mau tersenyum balik padanya, membiarkannnya menggenggam tanganku karena... memang seperti itulah Teukie padaku. Ia sangat baik, perhatian, lucu, kadang menggoda, dan jelas peduli padaku. Aku merasa aman bersamanya, berpegangan tangan dengannya terasa wajar bagiku. Sangat alamiah.

Setibanya di basement Teukie membimbingku menuju van-nya, dimana manager dan supirnya sudah menunggu di dalam mobil. Teukie membukakan pintu van di belakang kemudi untukku, lalu ia sendiri masuk melalui pintu di sebelah kanan. Aku memperhatikan sosoknya yang kini tampak besar dengan otot-otot lengan serta dada yang terbentuk sempurna bersandar di sebelahku. Ia tampak agak sedikit lelah, setelah pulang dini hari semalam.


“Oppa, kau tampak payah.”

“Ne, aku baru pulang ke dorm jam 3 malam, kau sudah tidur di kamar Donghae kulihat.”
“Kenapa sampai larut sekali?”
“Aku bisa dibilang bermalam di gym. Tapi tidak sia-sia kan?” ujarnya sambil mengencangkan otot tangannya yang tidak tertutupi kaos model sleevelessnya.

Aku mendengus melihat seringainya, “Cih, kau pasti berpakaian seperti itu karena akan ada fans yang menunggu di luar gedung SBS kan?” aku tahu Teukie dijadwalkan syuting acaranya, Star King, hari ini di gedung SBS.


Teukie hanya terkekeh mendengar tuduhanku. “aniya, aniyaa... hari ini gerah sekali, jadi aku memakai baju tanpa lengan seperti ini. Lagipula ini summer.” Elaknya. “tapi, memangnya kau tidak suka?”


Dia menggodaku. Dia tahu dengan pasti bahwa aku suka ototnya yang baru. Tapi aku tidak suka dia banyak-banyak memamerkannya di depan umum. “Aku suka...” kataku sambil mencibir sedikit.


Teukie tertawa melihat tampangku yang asam, namun memutuskan untuk tidak memperpanjang masalahnya. Diraihnya kotak makan yang kupegang, membuka tutupnya dan mengangkat sepotong sandwich ke depan mulutku. Mulutnya membuka dan mengeluarkan suara ‘aaaaa~’ seperti sedang menyuapi anak kecil. Aku menggigit sandwichnya sekali, kemudian Teukie membawa sandwich tersebut ke mulutnya sendiri dan ikut menggigit. “Rasanya memang enak.” Gumamnya. Dan ia pun menyuapiku terus sepanjang perjalanan, sampai mobil van menepi di depan kampusku.


“Belajar yang baik dan cepat pulang, Min-ah. Aku tidak bisa menjemputmu, apa kau akan sedih karena tidak kujemput?” Teukie tertawa dengan gurauannya sendiri. “Minta yang lain untuk menjemputmu saja ya?”


“Tidak perlu Oppa. Aku bisa pulang dengan Kyu, atau pulang sendiri nanti. Sampai bertemu di dorm nanti.” Pamitku, kemudian turun dari van dengan hati-hati, jangan sampai menarik perhatian banyak orang. Aku menghembuskan napas lega setelah dengan aman masuk ke dalam kampus tanpa ada yang melihatku turun dari van seorang selebriti. Segera aku mempercepat langkahku untuk mencari si evil, berniat menyemprotnya karena meninggalkanku tadi. Aku dan Kyuhyun memang satu kampus. Appa-ku (dan Kyu) mengatur agar tempat kuliahku untuk meneruskan program master yang kupilih masih di kampus yang sama dengan Kyu sewaktu aku mengutarakan niat untuk menetap disini. Rin dan Bin juga kuliah di sini, kebetulan yang sangat menyenangkan untukku. Hanya saja hari ini mereka sedang tidak ada kelas.


Nah, akhirnya aku melihat Kyu sedang menuju kelasnya. “Yaa Cho Kyuhyun!” seruku sedikit kencang. Kyu menghentikan jalannya yang terkantuk-kantuk begitu mendengar suaraku. “Beraninya kau meninggalkanku tadi?”


“Eiii... Aku tidak meninggalkanmu, Teukie hyung yang menyuruhku pergi. Paboo...” tangannya melayang untuk menjiwil jidatku pelan. Mudah bagi tangannya untuk menjangkau kepalaku, karena tinggiku setengah kepala lebih rendah darinya.


“Mwo?? Teukie oppa...? Kau pasti bohong.”


Ia mendengus, “Kau tidak percaya padaku? Sudah kah kau tanya pada Teukie hyung? Atau tanya pada Ryeonggu dan Heechul hyung saja, mereka ada disana tadi.” Ia memasang tampang awas-kau-karena-tidak-percaya-padaku. “Sudahlah, karena kau sudah sampai dengan selamat, ayo kita masuk kelas sekarang. Nanti pulangnya kau boleh menumpang padaku.” Ujarnya santai sambil merangkul dan mendorongku masuk kelas. 

“Aku tidak mau dekat-dekat denganmu mr. Cho, nanti aku jadi sasaran kebengisan para fansmu.” Aku mengelak dari rangkulannya. Di kampus, aku harus menjaga percakapan dan interaksi kami hanya sebatas teman biasa. Jangan sampai menarik perhatian banyak orang dengan bentuk kedekatan yang tidak wajar. Begitu juga dengan Rin yang malang, ia dan Kyu berkuliah di kampus yang sama, namun harus berpura-pura sebagai teman biasa. Walaupun sampai saat ini mereka masih bisa dibilang ‘teman’.

 
~ To Be Continued




Next chapter, we will 'hear' Ahn Rin Young's and Hwang Bin Young's story.. ^^



Preview Chapter 2:



Ahn Rin Young's

Manis. Selalu seperti itu Kyuhyun padaku. Hal ini seringkali jadi bahan perdebatan para member SJ yang lain. Mereka bilang, tidak mungkin aku bisa cocok dengan Kyuhyun yang sifatnya sekejam iblis itu. Saat kubilang ia selalu manis padaku, mereka semua melongo, lalu tertawa. Katanya, membayangkan Kyuhyun bersikap manis saja sangat susah. Lalu mereka bilang, Rin-ah.. hanya kau yang bisa menjinakkannya, atau kalimat lain semacam itu. Aku tersenyum saja, nyatanya ia memang selalu bersikap manis padaku. Apa yang harus kuributkan?



Hwang Bin Young's

Aku selalu berdebar-debar ketika memasuki kamar Heechul, kamar yang tidak pernah diekspos oleh media, kamar yang selalu membuat ELF dan Petals penasaran seperti apa penampakannya, kamar yang didominasi dengan warna merah. Heechul suka sekali warna merah, sehingga aku menata kamarnya dengan berbagai barang berwarna merah. Sebenarnya aku ingin membuat kamar Heechul seperti kamarku yang semuanya berwarna pink, tidak hanya barang-barangnya tetapi juga warna cat tembok, lemari pakaian, tempat tidur, dan kasur. Aku benar-benar tidak mengizinkan warna lain ada di kamarku selain warna pink. Namun, aku tidak melakukan hal sama dengan kamar Heechul, karena kamar itu akan terlihat seperti neraka kalau semuanya merah. Walaupun aku suka kalau Heechul terlihat dan disamakan dengan iblis. Kkkkk…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar