WEEK # 1
Park Min Young’s POV
Selasa – dorm Super Junior lantai 12
Mataku masih terpejam dan jiwaku
masih larut di dunia mimpi ketika sebuah beban melingkar di atas pinggangku
yang menyamping. Tidurku terusik karenanya. Perlahan sebelah kelopak mataku
terbuka dan disusul satunya lagi, tinggallah otakku berusaha menggapai-gapai
kesadaran yang rasanya masih berada jauh dibalik alam bawah sadar. Kuintip
bagian tubuhku yang tertimpa beban, bukan, ternyata sebuah tangan, yang
melingkar dari belakangku sampai perutku. Tangan siapa...?
“hm?” kutengokkan kepalaku ke
belakang, hanya untuk berhadapan dengan wajah polos penuh kedamaian yang
menyerukkan mukanya di rambutku.
“jangan bangun...” katanya dengan
mata terpejam.
“aku tidak mau bangun...” balasku.
“masih pagi...”
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka
dengan keras. “Yaaa! Donghae-ya!” itu Hyukjae. Pagi-pagi sudah buat gaduh di
kamar orang. “katanya mau membangunkan Min, kenapa malah ikut tidur?” dan dia
pun mulai menarik-narik kaki Donghae tanpa hasil. Donghae bergeming.
Bukan, Min yang dimaksudnya itu
adalah aku, bukan Sungmin. Kami biasa memanggil Sungmin dengan panggilan Ming,
atau Sungminnie, atau Minnie kalau dia sedang dalam zona imutnya. Namaku
Amanda, tapi nama Korea-ku Park Min Young. Dan teman-temanku serta para member
memanggilku Min saja.
“ssshh..! kau berisik Hyukjae-ya.
Pergi sana.” Donghae mempererat pelukannya padaku.
“aisssshh. Bukannya Min ada kuliah
hari ini?” Hyukjae mengingatkan.
Mataku malah semakin rapat
mendengarnya. “malas...” erangku.
“ckckck... benar-benar kalian ini...”
lalu terdengar suara pintu ditutup kembali ketika Hyukjae menyerah membangunkan
kami dan keluar dengan menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti ‘pasangan’
dan ‘suram’. Rasanya aku mendengarnya menggumam ‘masa depan’ juga.
“kau tidak mau bangun kan?” Donghae
berbisik di dekat telingaku. Ketika dirasakannya kepalaku menggeleng pelan, ia
pun bergumam, “terus saja seperti ini...”
Ya benar. Terus seperti ini terasa
bagaikan surga bagiku. Siapa yang mau keluar dari surga? Tidak ada.
“MIN!!! Bangun kau!” terdengar suara
teriakan bersamaan dengan didobraknya pintu kamarku. Ya, bisa dibilang seperti
dobrakan, saking kencangnya suara yang ditimbulkan setan itu ketika membuka
pintu. “Min bangun! Kalau tidak nanti kusiram dan kau harus bilang ‘I feel
fresh’ ke arah kamera.” Saut Kyu sambil terkekeh.
Kamera? Mataku langsung terbuka dan
melihat iphone Kyu tepat di depan wajahku. “YAAA CHO KYUHYUN!!!! DIE!!!!!!”
Aku berusaha merenggut iphone itu
darinya, tapi gerakannya lebih cepat dan ia berhasil menghindar. Iphone-nya
masih terarah padaku.
“Park Min Young, 24 tahun, yang malas
kuliah, dan pacarnya, Lee Donghae yang terkenal.” Kyu bernarasi secara live
dalam rekamannya. Aku melihat senyum jahilnya yang tak tertahankan itu di balik
todongan iphone, dan rasanya ingin sekali menghajar kembaranku yang satu ini.
Siapa yang bisa menyalahkan?
Susah rasanya mengakui kalau aku dan
si setan Kyuhyun ternyata saudara kembar. Tidak ada yang tahu tentang ini, baik
aku atau dia, ataupun seluaruh keluarga kami sebelum ini, kecuali dokter yang
membantu persalinan Umma-ku (dan Kyuhyun) secara caesar dulu itu. Tidak ada
yang tahu bahwa dokter yang sudah terlibat dalam praktek perdagangan bayi
selama beberapa waktu itu membayar seseorang untuk membawa satu dari dua bayi
yang dilahirkan untuk kemudian dijual dalam bentuk surat adopsi ilegal kepada
keluarga kaya lain, tentunya dengan bayaran yang mahal.
Itulah sebabnya aku
tumbuh besar dalam keluarga yang kukenal sejak lahir hingga sekarang, yang berada
di Indonesia, jauh dari Korea. Papaku, atau setidaknya orang yang selalu
kuanggap sebagai papa sejak lahir dan membesarkanku dengan segenap cintanya,
yang mengadopsiku tanpa mengetahui bahwa aku didapatkan dengan cara ilegal,
kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI. Koneksi dan pengaruh Papa ini lah
yang kemudian menuntunku hingga menemukan keluarga biologisku, tepatnya tiga
tahun yang lalu. Padahal sebelumnya aku tidak pernah ada hubungan apapun dengan
Korea, dan aku pun tidak merasa kekurangan apapun. Sampai Papa dan Mamaku
disana yang menceritakan sendiri mengenai asal usulku empat tahun yang lalu,
ketika dirasanya aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui. Singkat cerita, Papa
baru mengetahui bahwa proses adopsiku ternyata ilegal setelah menyatakan niatnya
untuk mempertemukanku dengan orangtua kandungku, dan itu menyulitkan kami untuk
mencari keluarga biologisku. Butuh waktu satu tahun sebelum akhirnya Papa
berhasil. Sebagai Menteri Luar Negeri, Papa lebih mudah untuk datang ke
orang-orang yang tepat di Korea sampai akhirnya ia berhasil mempertemukan aku
dengan kedua orangtua biologisku setahun kemudian.
Tidak, Papa tidak
membuangku. Hanya sekedar memberikan hakku untuk mengetahui asal usulku. Selama
dua tahun berikutnya setelah aku mengenal keluarga biologisku, aku
diperbolehkan mengunjungi Korea beberapa waktu sekali untuk lebih dekat dengan
Umma, Appa, dan saudara-saudara kandungku; seorang kakak perempuan dan seorang
saudara kembar laki-laki. Setidaknya itulah niatan awalnya, sampai aku
mengetahui bahwa aku punya keluarga lengkap yang juga menerima kehadiranku
dengan hangat, dan aku bahkan punya saudara kembar yang merupakan salah satu
member Super Junior, bintang hallyu yang terkenal di benua Asia, Eropa, bahkan
Amerika!
Dan disinilah aku, ditengah-tengah
keluargaku dan ‘keluarga’ Super Junior, serta bertemu dengan Donghae-ku
tersayang... yang saat ini tetap bergeming dengan damai sambil memelukku dari
belakang dan membuatku tidak bisa maksimal dalam menghajar Kyu.
“Kyu stop it. Dan jangan berani-berani
menguploadnya di internet. Atau...”
“Atau apaaaaa?” Kyu menghentikan
rekamannya sebelum sesuatu yang melanggar SARA terjadi dan menggagalkan
ancamannya untuk menyebarkan video memalukan barusan di internet. “Ayo Min,
bangun dari pelukan Donghae Hyung dan mandi. Aku juga perlu kuliah hari ini,
dan jangan sampai terlambat. Atau video ini kuputar di kampus!” Kyu tertawa
bagai setan.
Sial, kenapa malah aku diancam balik?
Huh... menyebalkan sekali dia itu. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala menerima
nasib. Bukannya aku mengeluh bersaudara dengannya. Tapi kadang rasanya semakin
hari Kyuhyun samakin naik tingkat dalam ilmu evilnya. Walaupun teman-temanku
dan para member menyebut kami sebagai Evil Twins karena kami berdua
sangaaaaaaaaat mirip dalam membully orang lain, tapi rasanya tetap saja Kyu
lebih evil daripadaku.
“Kau tau kau tidak bisa melakukan itu
Mr. Cho...” ujarku sedikit merasa menang.
Itu benar. Kyu tidak akan pernah
menyebarkan video, foto, atau dokumentasi apapun yang bisa membongkar
identitasku. Keberadaanku dirahasiakan karena hubunganku dengan Donghae. Ini
sudah menjadi kebijakan SM Entertainment, perusahaan yang menaungi Super
Junior, agar tetap menjaga idolanya sebagaimana idola yang dekat dan ‘mudah
dijangkau’ para fansnya. Ini dilakukan salah satunya dengan cara menampilkan
para idola selalu dalam status single (pengecualian bagi Shindong). Tentu,
keselamatanku juga terancam apabila ELF (fans Super Junior) mengetahui
hubunganku dengan salah satu idolanya.
Fakta bahwa aku kembaran Kyu juga dirahasiakan
untuk beberapa alasan. Terutama karena aku masih anak Papa yang sah di mata
publik Indonesia, tempat dimana aku akan pulang setiap ada kesempatan.
Karenanya, margaku pun tidak berubah menjadi Cho dan aku tetap menggunakan nama
Korea yang merupakan translasi dari nama asliku. Selain itu juga karena
martabat dan kredibilitas Papa akan hancur bila diketahui terlibat dalam adopsi
ilegal. Meski sebenarnya Papa juga korban dalam kasus ini, tapi tetap saja isu
ini akan menghantui nama besarnya. Jadi bisa dibilang aku ini bagaikan hantu di
negara ini. Ada, tapi tidak ada.
Mendengar pernyataanku, Kyu tidak
gentar dan tetap memasang senyum jahilnya. “Tapi tidak terlarang untuk
dikonsumsi semua orang yang mau melihatnya... ini bisa menambah koleksiku!” dan
ia pun tertawa, terus tertawa sampai jatuh terduduk.
BUKKK! Aku melemparkan bantal
padanya, mengingat semua dokumentasi Kyu mengenai aku yang seluruhnya bisa
dibilang memalukan! Kyu tersengal-sengal tanpa bisa menghentikan tawanya dan
kemudian beranjak keluar kamar sambil menghindari serangan bantalku yang kedua.
“Min-ah...” Donghae memanggilku
dengan mengantuk dari sampingku. Matanya masih terpejam dan menepuk-nepuk
bantalnya sendiri, mengundangku untuk kembali tidur di sampingnya.
Aku mencium pipi mulus pacarku itu,
yang sama sekali tidak terusik melihat perang saudara antara aku dan Kyu. Hal
itu memang sudah biasa disaksikannya dan juga semua member selama setahun
terakhir ini, sejak aku memutuskan untuk mulai menetap dan kuliah di Korea.
Sebenarnya aku tinggal dengan dua orang temanku di flat di sebelah dorm Super
Junior lantai 12 tanpa diketahui para fans. Jadi aku bisa dengan bebas keluar
masuk gedung apartemen tanpa menimbulkan kecurigaan. Tapi aku praktis bisa
dibilang tinggal disini, di dorm para member, karena frekuensi kehadiranku yang
lebih sering berada di kamar Donghae daripada di kamarku sendiri di flat
sebelah.
“Aku harus kuliah, Hae... kalau tidak
nanti Kyu melaporkan aku pada Appa...” ujarku sedih karena harus melepaskan
diri dari pelukan Donghae. Aku berusaha menggeliat untuk melepaskan diri, tapi
Donghae mengeratkan pelukannya sambil tersenyum. “Hae...” bujukku. Aku tidak
pernah memanggilnya Oppa meski umurnya terpaut beberapa tahun dariku.
Alasannya, karena aku tidak pernah bisa menganggapnya sebagai laki-laki dewasa,
setidaknya yang lebih dewasa dariku.
Aku merapatkan tubuhku pada tubuhnya,
mencium pipinya lagi yang sangat dekat dengan bibirnya, membuat senyum di
wajahnya merekah sangat lebar dan warna merah pun menjalar di leher dan telinganya.
Segera aku meloloskan diri dari pelukannya, memanfaatkan moment saat Donghae
yang lugu merasa malu karena ku kecup di sekitar bibirnya. Menggemaskan!
“Min...” rengeknya karena aku
berhasil meloloskan diri. Aku memutar tempat tidur hingga sampai pada sisi
dimana Donghae tidur, namun tetap berhati-hati untuk menjaga jarak supaya ia
tidak bisa menarikku ke tempat tidur lagi. Dengan kilat kukecup keningnya,
“tidurlah sayang, kau kan baru pulang syuting hingga pagi. Aku akan pulang
sebelum kau bangun.” Bujukku dengan nada berbicara dengan anak kecil. Memang
seperti itulah Donghae untukku. Pacar menggemaskan layaknya masih berumur 5
tahun.
Aku sedang bergegas keluar dari kamar
Donghae untuk kembali ke flat sebelah, ketika Heechul memanggil dan menggodaku
karena lagi-lagi tertidur di kamar Donghae. “Bukan kah sebaiknya kau menyimpan
lemari bajumu sendiri di kamar Donghae, Min-ah? Jadi tidak perlu repot-repot
kembali ke flat sebelah kan?” katanya sambil terkekeh.
“oppa, jangan pikir aku tidak akan
mempertimbangkannya. Kalau saja kamar Donghae masih ada tempat untuk lemari
bajuku, aku pasti sudah meletakkannya disana. Apa kamar Heechul oppa masih ada
tempat untuk lemari bajuku?” balasku, dan langsung disambut tawa dari Leeteuk
dan Hyukjae yang berada di meja makan. Ryeowook bahkan menimpali dari tempatnya
berdiri di depan kulkas, “Kamar Heechul hyung masih banyak tempat untuk menaruh
satu lemari lagi!”
“aishh bocah ini!” gertak Heechul
bercanda. Kami memang selalu seperti itu, berdebat satu sama lain tapi tidak pernah
serius. Karena tampaknya dari sekian banyak dongsaeng yang dimilikinya hanya
aku dan Kyu yang berani membalas segala perkataan Heechul, sehingga tidak heran
kami dijuluki Evil Twins. Tidak, Donghae tidak masuk hitungan, karena semua orang pasti luluh padanya, mereka
hanya perlu melihat wajah innocentnya, tidak terkecuali Heechul.
“Min-ah! Jangan lupa sarapanmu.” Aku
masih sempat mendengar suara Leeteuk sebelum aku mencapai pintu depan.
“Nanti aku kembali lagi oppa, jangan
habiskan sarapannya!”
***
Setelah selesai mandi, aku mengganti
bajuku dan berdandan secepat kilat, karena Kyu pasti sudah tidak sabar
menunggu. Tidak akan sempat sarapan, pikirku. Tapi mungkin aku sempat membawa
makanannya dan sarapan di mobil. Kemudian aku pamit pada dua temanku yang baru
bangun, Bin dan Rin. Mereka berdua adalah teman senasib dan seperjuanganku,
bisa dibilang seperti itu.
Ahn Rin Young, sahabatku sekaligus
pasangan-yang-belum-juga-meresmikan-hubungannya dari si maknae evil yang juga
kembaranku, Cho Kyuhyun. Jangan berpikir hanya karena Kyu seperti setan, maka
pasangannya pun seperti itu. Tidak, Rin justru sosok malaikat di lingkaran
pertemanan kami, trio ‘Young’. Aku pun dibuat takjub dengan ketertarikan antara
pasangan ‘angel and demon’ ini. Mereka seperti batangan magnet, dua sisinya
saling bertolak belakang sekaligus juga saling tarik menarik. Mungkin Kyu
memang butuh ‘penyembuh’ berupa aura baik dari Rin, siapa tahu. Tapi yang jelas
sifat evil Kyu tidak menunjukkan adanya perbaikan dari hari ke hari. Hanya bila
berada di depan Rin, Kyu baru bisa menunjukkan sikap terbaiknya. Namun betapa
pun ketertarikan antara keduanya kian berkembang setiap harinya, baik Rin
maupun Kyu belum juga ada yang merasa perlu untuk meresmikan hubungan tersebut
sehingga bisa disebut ‘berpacaran’. Meski demikian, tidak ada yang bisa
menyangkal bahwa keduanya memiliki perasaan untuk satu sama lain dan memiliki
hubungan tertentu yang melebihi teman biasa. Bahkan para member, terutama
Hyukjae sering meledek Rin di depan Kyu dengan panggilan “single lady”, hanya
untuk membuat keduanya gerah dan cepat-cepat meresmikan hubungannya.
Rin merupakan sahabatku sejak aku
tinggal di Indonesia. Papa Rin juga merupakan salah satu menteri negara, yang
menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI. Aku dan Rin bersekolah di sekolah yang
sama, memiliki lingkungan pergaulan yang sama. Ketika masalah adopsiku yang
ilegal muncul, Rin menunjukkan dukungannya sebagai sahabat sejati dengan
menemaniku ke Korea untuk bertemu dengan keluarga biologisku pertama kalinya.
Bahkan setelahnya pun, beberapa kali Rin ikut bersamaku ketika mengunjungi
keluargaku di Korea. Dan saat itulah dia mengenal Cho Kyuhyun. Pada suatu titik
ketika aku memutuskan untuk menetap di Korea sambil meneruskan kuliah masterku,
Rin pun yang pada awalnya hanya menemaniku melewati masa transisi perpindahan
ke Korea, malah membulatkan tekadnya untuk mengikuti jejakku menetap disini
agar aku dan Kyu bisa selalu dekat dengannya. Keputusannya ini juga
mengharuskan ia menyembunyikan hubungannya dengan Kyuhyun dari publik.
Tunggu, masih ada Hwang Bin Young,
temanku satu lagi. Ia biasa disebut Bin, dan sebenarnya merupakan adik Donghae
yang terpaut tiga tahun lebih muda dari Donghae, yang tidak diketahui oleh
publik. Asal usulnya memang membuatnya harus merahasiakan diri, demi karir
Donghae dan juga keselamatan jiwanya. Bin dan Donghae berbagi ibu yang sama,
namun beda ayah. Ayah Bin menjalankan bisnis yang bisa dibilang berbahaya dan
mempunyai jaringan yang luas dengan keuntungan yang luar biasa. Tidak ada
politikus, pengusaha, dan penjahat sekalipun yang tidak mengenal nama ayahnya.
Dan itu merupakan kerugian yang harus dibayar oleh temanku itu, karena dengan
berkeliaran sambil memamerkan bahwa ia merupakan keturunan ayahnya tidak akan
membawa dampak yang baik, bahkan bisa mengundang celaka. Apalagi bila
hubungannya dengan Donghae diketahui publik, maka bukan hanya Bin yang terancam
keselamatannya, tapi juga Donghae dan ibunya. Belum lagi kemungkinan mereka
akan dikucilkan secara sosial. Tapi Bin merupakan kesayangan ayahnya, sehingga
ayahnya merasa dengan menyembunyikan identitasnya dari publik dan menyuruhnya
tinggal di Korea, dekat dengan ibunya, merupakan hal yang terbaik bagi
semuanya.
Dari segi fisik, tidak banyak yang
bisa menduga bahwa Bin dan Donghae bersaudara. Namun dari segi mental, Bin
sangaaaaat mirip dengan Donghae. Jiwa keduanya tampak seperti terjebak di usia
lima tahun. Baik Donghae dan Bin hidup tanpa beban seperti orang dewasa pada
umumnya; mereka memiliki pikiran yang bebas. Free-minded, itulah yang pertama kali terlintas olehku ketika aku
mengenal Bin. Apalagi setelah tahu bahwa minatnya bergelut di dunia teater, dan
hobinya adalah berkhayal dan membuat skenario spektakuler tanpa batas. Betapa
kebetulan, aku memilih sahabat dan pacar yang sama-sama berkelakuan seperti
layaknya bocah berumur lima tahun.
Dan oh, Bin juga telah terikat dengan
salah satu member Super Junior sepertiku juga, namun hubungan mereka telah dimulai
lebih dulu dari pada aku. Ia, karena satu dan lain hal, saling tertarik dengan
Heechul, yang secara ajaib menunjukkan kesetiannya pada tipe wanita imut-imut
dan berkepribadian seperti anak kecil. Bin, bisa dibilang sangat cocok dengan
Heechul, dan berhasil membuat semua orang yang mengenal mereka berdua takjub
setiap harinya. Persamaan nasib antara Bin denganku langsung membuat kami
berdua akrab sejak pertama berkenalan, lebih dari setahun yang lalu, ketika aku
diperkenalkan dengannya oleh Donghae. Bin sudah menetap lama di flat di sebelah
dorm Super Junior, dan menawariku serta Rin untuk tinggal dengannya.
Semenjak saat itu, ikatan antara aku,
Rin, dan Bin terus menguat, ditambah hubungan kami dengan para member Super
Junior, rasanya sudah seperti keluarga besar. Baik Rin maupun Bin juga sama
seringnya denganku mengunjungi dorm. Para member Suju pun akan mengungsi ke
flat sebelah bila sedang membutuhkan ketenangan. Tapi, siapa yang bisa
menyalahkan?
Aku kembali ke flat sebelah untuk
berpamitan, sambil mencari Kyu, siapa tahu dia ada disana. Tapi ternyata tidak
ada. Hanya ada Heechul, Ryeowook, dan Leeteuk, yang tampak sudah bersiap-siap
memulai schedule-nya. Heechul pun kuperhatikan sudah bersiap untuk pergi
menjalankan tugasnya di bagian pelayanan masyarakat, tempat dia mengabdikan
dirinya sebagai ganti dari kewajibannya di militer yang tidak bisa dipenuhinya
karena cedera kaki. Sementara Hyukjae dan Kyu pasti sudah kembali ke habitatnya
di bawah.
“Teukie oppa, sudah mau pergi?”
“Ne, kau pergi bersamaku saja.”
Katanya menawarkan tumpangan. “Ini sandwichnya, bawa untuk sarapanmu.” Teukie menyodorkan
kotak makan yang tampaknya seperti berisi dua buah sandwich telur.
“Buatan Ryeonggu?” tebakku, mengambil
kotak makan yang disodorkannya.
Ryeowook menganggguk dari tempatnya
di seberang TV, sementara Teukie bergumam, “memangnya siapa lagi yang bisa
membuat sandwich seperti dia?”
“tapi hyung menyukainya kan?” goda
Ryeowook sambil menyeringai.
“kalau aku bilang tidak, nanti kau
akan buat lebih banyak lagi sandwich sampai aku bilang sebaliknya.” Teukie
pura-pura menggeleng pasrah. “Kajja, Min.” Ajaknya.
“Tapi Kyu tadi secara tidak langsung
mengajakku pergi dengannya.”
“W-w-w-we? Kau tidak mau kuantar? Kau
hanya mau pergi dengan Kyunnie?” Teukie merengut padaku, dengan sorot mata
penuh tuduhan.
“Aniyaaa oppa. Kenapa kau menuduhku
seperti itu?” Aku pun berpamitan sambil berterimakasih pada Ryeowookie atas
sandwichnya. Lalu aku memutuskan untuk menambah semangatku pagi ini dengan
sedikit menggoda Heechul, membuatnya kesal sedikit sebelum pergi dengan bahasa
informalku. “Yaaa, Kim Heechul, kau jangan pernah membuat Bin gundah lagi. Aku
menemukannya bangun di kamar Rin pagi ini, pasti kalian bertengkar? Aku tidak
suka itu!”
Nah, puas rasanya setelah melihat
ekspresi syok Heechul, entah karena bahasa informalku atau karena informasi
yang baru kukatakan. Ketika kulihat ia mulai pulih dari syoknya dan siap
mengejarku, aku pun cepat-cepat menjadikan Teukie sebagai tameng dan menariknya
menuju pintu, meninggalkannya sambil terkekeh. Aku dan Teukie kemudian bergegas
menuju lift, dan aku bilang padanya untuk mampir ke lantai 11 setidaknya untuk
menjemput Kyu.
“anie, anie, anie... Kyu sudah pergi
tadi.” Kata Teukie mengagetkanku.
“Mwo?? Dia meninggalkanku?” dalam
hati aku mengutuk Kyu sepenuh hati.
“Ada Oppa yang mengantarmu kan?”
ujarnya sambil memegang tanganku. Aku mau tidak mau tersenyum balik padanya,
membiarkannnya menggenggam tanganku karena... memang seperti itulah Teukie
padaku. Ia sangat baik, perhatian, lucu, kadang menggoda, dan jelas peduli
padaku. Aku merasa aman bersamanya, berpegangan tangan dengannya terasa wajar
bagiku. Sangat alamiah.
Setibanya di basement Teukie
membimbingku menuju van-nya, dimana manager dan supirnya sudah menunggu di
dalam mobil. Teukie membukakan pintu van di belakang kemudi untukku, lalu ia
sendiri masuk melalui pintu di sebelah kanan. Aku memperhatikan sosoknya yang
kini tampak besar dengan otot-otot lengan serta dada yang terbentuk sempurna
bersandar di sebelahku. Ia tampak agak sedikit lelah, setelah pulang dini hari
semalam.
“Oppa, kau tampak payah.”
“Ne, aku baru pulang ke dorm jam 3
malam, kau sudah tidur di kamar Donghae kulihat.”
“Kenapa sampai larut sekali?”
“Aku bisa dibilang bermalam di gym.
Tapi tidak sia-sia kan?” ujarnya sambil mengencangkan otot tangannya yang tidak
tertutupi kaos model sleevelessnya.
Aku mendengus melihat seringainya,
“Cih, kau pasti berpakaian seperti itu karena akan ada fans yang menunggu di
luar gedung SBS kan?” aku tahu Teukie dijadwalkan syuting acaranya, Star King,
hari ini di gedung SBS.
Teukie hanya terkekeh mendengar
tuduhanku. “aniya, aniyaa... hari ini gerah sekali, jadi aku memakai baju tanpa
lengan seperti ini. Lagipula ini summer.” Elaknya. “tapi, memangnya kau tidak
suka?”
Dia menggodaku. Dia tahu dengan pasti
bahwa aku suka ototnya yang baru. Tapi aku tidak suka dia banyak-banyak memamerkannya
di depan umum. “Aku suka...” kataku sambil mencibir sedikit.
Teukie tertawa melihat tampangku yang
asam, namun memutuskan untuk tidak memperpanjang masalahnya. Diraihnya kotak
makan yang kupegang, membuka tutupnya dan mengangkat sepotong sandwich ke depan
mulutku. Mulutnya membuka dan mengeluarkan suara ‘aaaaa~’ seperti sedang
menyuapi anak kecil. Aku menggigit sandwichnya sekali, kemudian Teukie membawa
sandwich tersebut ke mulutnya sendiri dan ikut menggigit. “Rasanya memang
enak.” Gumamnya. Dan ia pun menyuapiku terus sepanjang perjalanan, sampai mobil
van menepi di depan kampusku.
“Belajar yang baik dan cepat pulang,
Min-ah. Aku tidak bisa menjemputmu, apa kau akan sedih karena tidak kujemput?”
Teukie tertawa dengan gurauannya sendiri. “Minta yang lain untuk menjemputmu
saja ya?”
“Tidak perlu Oppa. Aku bisa pulang
dengan Kyu, atau pulang sendiri nanti. Sampai bertemu di dorm nanti.” Pamitku,
kemudian turun dari van dengan hati-hati, jangan sampai menarik perhatian
banyak orang. Aku menghembuskan napas lega setelah dengan aman masuk ke dalam
kampus tanpa ada yang melihatku turun dari van seorang selebriti. Segera aku
mempercepat langkahku untuk mencari si evil, berniat menyemprotnya karena
meninggalkanku tadi. Aku dan Kyuhyun memang satu kampus. Appa-ku (dan Kyu)
mengatur agar tempat kuliahku untuk meneruskan program master yang kupilih
masih di kampus yang sama dengan Kyu sewaktu aku mengutarakan niat untuk
menetap disini. Rin dan Bin juga kuliah di sini, kebetulan yang sangat
menyenangkan untukku. Hanya saja hari ini mereka sedang tidak ada kelas.
Nah, akhirnya aku melihat Kyu sedang
menuju kelasnya. “Yaa Cho Kyuhyun!” seruku sedikit kencang. Kyu menghentikan
jalannya yang terkantuk-kantuk begitu mendengar suaraku. “Beraninya kau
meninggalkanku tadi?”
“Eiii... Aku tidak meninggalkanmu,
Teukie hyung yang menyuruhku pergi. Paboo...” tangannya melayang untuk menjiwil
jidatku pelan. Mudah bagi tangannya untuk menjangkau kepalaku, karena tinggiku
setengah kepala lebih rendah darinya.
“Mwo?? Teukie oppa...? Kau pasti
bohong.”
Ia mendengus, “Kau tidak percaya
padaku? Sudah kah kau tanya pada Teukie hyung? Atau tanya pada Ryeonggu dan
Heechul hyung saja, mereka ada disana tadi.” Ia memasang tampang
awas-kau-karena-tidak-percaya-padaku. “Sudahlah, karena kau sudah sampai dengan
selamat, ayo kita masuk kelas sekarang. Nanti pulangnya kau boleh menumpang
padaku.” Ujarnya santai sambil merangkul dan mendorongku masuk kelas.
“Aku tidak mau dekat-dekat denganmu
mr. Cho, nanti aku jadi sasaran kebengisan para fansmu.” Aku mengelak dari
rangkulannya. Di kampus, aku harus menjaga percakapan dan interaksi kami hanya
sebatas teman biasa. Jangan sampai menarik perhatian banyak orang dengan bentuk
kedekatan yang tidak wajar. Begitu juga dengan Rin yang malang, ia dan Kyu berkuliah
di kampus yang sama, namun harus berpura-pura sebagai teman biasa. Walaupun
sampai saat ini mereka masih bisa dibilang ‘teman’.
~
To Be Continued
Next chapter, we will 'hear' Ahn Rin Young's and
Hwang Bin Young's story.. ^^
Preview Chapter 2:
Ahn Rin Young's
Manis. Selalu seperti itu Kyuhyun padaku. Hal ini seringkali
jadi bahan perdebatan para member SJ yang lain. Mereka bilang, tidak mungkin
aku bisa cocok dengan Kyuhyun yang sifatnya sekejam iblis itu. Saat kubilang ia
selalu manis padaku, mereka semua melongo, lalu tertawa. Katanya, membayangkan
Kyuhyun bersikap manis saja sangat susah. Lalu mereka bilang, Rin-ah.. hanya kau yang bisa menjinakkannya, atau
kalimat lain semacam itu. Aku
tersenyum saja, nyatanya ia memang selalu bersikap manis padaku. Apa yang harus
kuributkan?
Hwang Bin Young's
Aku selalu berdebar-debar ketika memasuki kamar Heechul, kamar
yang tidak pernah diekspos oleh media, kamar yang selalu membuat ELF dan Petals
penasaran seperti apa penampakannya, kamar yang didominasi dengan warna merah.
Heechul suka sekali warna merah, sehingga aku menata kamarnya dengan berbagai
barang berwarna merah. Sebenarnya aku ingin membuat kamar Heechul seperti
kamarku yang semuanya berwarna pink, tidak hanya barang-barangnya tetapi juga
warna cat tembok, lemari pakaian, tempat tidur, dan kasur. Aku benar-benar
tidak mengizinkan warna lain ada di kamarku selain warna pink. Namun, aku tidak
melakukan hal sama dengan kamar Heechul, karena kamar itu akan terlihat seperti
neraka kalau semuanya merah. Walaupun aku suka kalau Heechul terlihat dan
disamakan dengan iblis. Kkkkk…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar