Jumat, 14 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 4]

Park Min Young’s
Selasa Sore – Flat Trio Young


“Apa yang akan kau lakukan sore ini Min?” tanya Donghae dari balik kaos yang sedang diloloskannya melalui kepala.
“Uh-huh?” tanyaku terlihat tolol. Aku tidak begitu mendengar perkataannya selama satu menit terakhir ini karena terlalu terpesona memerhatikan tubuh Donghae yang baru selesai mandi dan belum berpakaian. Aku menggeser posisi dudukku ke sisi tempat tidur Donghae supaya bisa mendengarnya lebih jelas. Dan ya, melihatnya lebih dekat.

“Karena kau tidak mau ikut denganku ke acara fanmeeting sore ini, lalu apa yang akan kau lakukan disini?” ulangnya lagi. Kini ia sudah berpakaian dengan rapi, dan sedang merapikan rambutnya yang basah... dan halus serta lembut... aku tahu betul karena aku sering mengusapnya disitu, memainkan jari-jariku diantara helaian rambutnya.

Aku menggelengkan kepala dan berusaha berkonsentrasi. “Umm... aku akan jadi anak baik di rumah. Aku tidak akan kemana-mana. Lagipula masih ada tugas kuliah yang harus kutulis. Selain itu, paling-paling aku akan main dengan Rin dan juga adikmu Bin...”

Mendadak, Donghae memutar tubuhnya hingga menghadapku, dan wajahnya memancarkan binar-binar bahagia bagai seorang bayi. “Aku baru ingat, aku punya berita gembira! Aishh, bagaimana aku ini bisa lupa?” ia menepuk dahi dan mengacak rambutnya sedikit sebelum melompat-lompat ke arahku. “Kau tahu tidak Min, kalau ternyata Bin itu bukan adik tiriku?”

Aku memandangnya dengan tatapan heran sekaligus khawatir. Kalau Bin bukan adik tirinya, lalu apakah mereka bukan saudara sama sekali? Aku mencari tanda-tanda kesedihan dalam mata Donghae yang berbinar-binar, dan gagal menemukannya. “Bukan? Lalu apa?”
Donghae duduk disampingku di tempat tidurnya. “Bin itu adik kandungku! Seratus persen adik kandungku!”

“Jinjja???!! Hae, apa kau bersungguh-sungguh?” aku mencengkeram bahunya dengan penuh keterkejutan, juga antisipasi dan kebahagiaan.
“Sungguhan! Bin baru menceritakan yang sebenarnya tadi, sewaktu kau masih kuliah. Ia adalah adik perempuanku, yang saat berumur satu tahun dititipkan dan diasuh oleh sahabat Umma yang tengah menderita sakit keras dan tidak punya anak. Sahabat Umma ini adalah mama dan papa-nya Bin yang telah membesarkannya selama ini. Sebenarnya, selama ini hanya aku yang tidak tahu tentang kebenarannya dan salah paham pada Bin. Aku pikir, Umma berselingkuh dari Appa, dan aku hanya tidak sanggup... tidak sanggup membayangkannya.” Donghae menghela napas sambil menggeleng pelan. Aku bersimpati padanya karena telah salah paham dan menjalani hari-harinya dengan sebuah gagasan yang salah.

“Dan ternyata, Bin bukan adik-lain-ayah denganmu?” Aku mengusap leher dan pipinya, berusaha memberi kekuatan padanya. “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”
“Sewaktu Bin datang dan tinggal bersama kami, papanya Bin ikut mengantar dan mengobrol dengan kami semua; aku, Umma, dan Donghwa hyung. Ia lalu menitipkan Bin pada kami semua, dan mengatakan bahwa keputusan Bin untuk tinggal dekat dengan ibunya adalah keputusan terbaik. Saat itu, rasa cinta papa Bin pada anaknya itu terlihat jelas, dan aku seperti berada dalam mimpi buruk. Pada detik itu pun aku mengambil kesimpulan, yang ternyata salah, bahwa Bin adalah adik-lain-ayah-ku. Kemudian aku harus pergi di tengah-tengah perbincangan karena ada schedule dengan semua member Suju, dan aku pun pergi dengan tekad tidak ingin mengungkapkan kekecewaanku pada siapapun, terutama Umma, yang sangat menderita setelah ditinggal Appa. Aku berjanji akan menerima Bin, siapapun ia, dan tidak ingin menyalahkan Umma atau siapapun atas takdir keluarga ini. Aku sudah bertekad untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang tersayangku, dan kenyataan apapun tidak akan menggoyahkan tekadku. Maka, aku pun hidup bertahun-tahun dengan menekan segala rasa penasaranku mengenai kelahiran Bin.”

Donghae mengambil jeda dalam ceritanya untuk menarik napas panjang dan memandang langit-langit, berusaha kuat untukku. Ia tahu kalau ia menangis saat ini, maka tangisku pun akan ikut meledak bersamanya. Aku memandangnya dengan mata berkaca-kaca, merasa bangga dan berempati pada pacarku ini. Aku menunggunya dalam diam sampai ia merasa siap untuk melanjutkan ceritanya.

“Sampai siang ini, ketika aku sedang menonton film berdua dengannya di dorm, dan tiba-tiba saja kami membicarakan masalah ini. Dan Bin baru membuka semuanya padaku. Ia bilang bahwa ia benar-benar adik kandungku seratus persen, anak dari Umma dan Appa. Orangtuaku setuju untuk menitipkannya pada sahabatnya hanya karena sahabatnya tersebut sedang sakit keras dan sangat mendambakan seorang anak sebelum ia meninggal. Dan saat sahabat Umma tersebut meninggal, papa Bin pun rupanya tidak sanggup hidup sendiri, dan memohon agar Bin tetap tinggal dengannya selama beberapa waktu karena ia pun telah mencintainya seperti anaknya sendiri. Jadi, Bin tetap tinggal dan tumbuh besar dengan papanya, dan sesekali diajak bertemu dengan keluargaku. Ternyata begitulah cerita sebenarnya.”

“Oh Hae....” Aku memeluk tubuhnya yang menguarkan aroma sabun erat-erat, merasa sangat bahagia untuknya. Bahagia karena segala kesalahpahaman yang membebaninya terhapus sudah, dan juga bahagia karena ia mendapat adik sepenuhnya sekarang, yang juga merupakan sahabat baikku. Aku tidak bisa lebih emosional lagi, dan karena itu aku pun menangis bahagia.

“Sshh.. sshh.. Kenapa kau malah menangis? Ini berita gembira, Min, baby...” Donghae mengusap lembut pipiku dengan ibu jarinya.
“Aku menangis bahagia... Aku sangat bahagia untukmu, sayang..” Aku terisak lagi. Donghae membawa wajahku mendekati wajahnya dengan kedua tangannya di pipiku. Kurasakan bibirnya menghapus jejak air mata di pipiku, sambil terus mengeluarkan bisikan yang menenangkan.

“Aku juga bahagia. Dan akan lebih bahagia kalau kau tidak menangis. Aku tidak ingin melihatmu menangis karena aku... Aku menyayangimu Min-ah. Dan juga merindukanmu. Sangat. Terutama karena kemarin aku bahkan tidak bisa bertemu denganmu karena syuting sampai pagi. Begitu aku pulang, kau langsung kuliah.”
“Aku tahu, aku sangat merindukanmu kemarin. Aku kesepian saat menunggumu disini.” Aku berusaha meredakan isakanku.
“Aku juga! Kau tahu apa yang aku pikirkan selama syuting kemarin?”

Aku menggeleng, kemudian ia berdiri dan kedua tanganku ditariknya hingga aku berdiri persis di hadapannya.
“Aku berpikir untuk menciummu seperti ini,” ia pun langsung menciumku dengan lembut, memagut dan menghisap pelan bibir bawahku. “Lalu seperti ini juga,” ciumannya bertambah panas dan ganas. “Kemudian memelukmu seperti ini...” tangannya melingkari pinggang dan bertengger di punggungku dengan protektif. Kurasakan ibu jarinya mengelus punggungku yang seakan tanpa tulang, mencair karena sentuhannya. Aku bergelayut di pundaknya, meminta lebih dan lebih dan lebih lagi...
Lalu kemudian sebuah ketukan di pintu mengagetkan kami berdua dan membuyarkan segala keintiman yang tengah berlangsung sebelumnya.

***

Hwang Bin Young’s
Selasa Malam – Flat Trio Young

"Baby, kita diajak nonton Running Man di lantai 11 sama Min Unnie. Kita disuruh turun sekarang.." Aku membuka pintu kamar mandi dan mendapati pacarku yang tampan sedang menikmati berendam di bathtub yang  penuh busa.
"Aaaiiisshhh...anak itu, tadi pagi bikin keributan di dorm, sekarang gangguin orang lagi berduaan." Heechul ngedumel.
"Aku turun sekarang ya baby. Kalau menunggumu selesai mandi, pasti makin lama, urusan kita nggak akan selesai. Stok bajumu masih banyak dilemariku, jadi jangan coba-coba untuk memakai bajuku." Aku langsung melangkah keluar dari kamar mandi sebelum ia menahanku lebih lama di sana.

***

Park Min Young’s
Selasa Malam – dorm Super Junior lantai 11 

Malam itu, aku tengah bersantai sambil menonton acara favoritku, Running Man dengan Rin dan Bin di lantai 11, dan juga ditemani Shindong yang tengah bersiap berangkat untuk siaran ShimShimTaPa tengah malam nanti.  Setelah  Kangin mengetuk pintu kamar Donghae tadi siang dan memberitahu bahwa mereka harus segera berangkat, aku harus mencari kegiatan lain untuk menyibukkan pikiranku dari Donghae, dan aktivitas kami yang tertunda sebelum ia berangkat. Lalu aku pun mencari Bin di dorm lantai 11, tapi tidak bisa menemukannya selama sesorean. Rin pun sedang belanja kebutuhan dapur dan belum juga pulang. Jadi aku mengisi waktuku dengan mencurahkan isi hatiku di depan kandang kura-kura Yesung.

Baru setelah malam menjelang, Bin turun ke lantai 11 dan aku langsung menghampirinya untuk memberi pelukan hangat dan erat, memberitahunya bahwa aku sungguh sangat bahagia mendengar cerita sebenarnya. Dan kami pun bersorak dan melompat-lompat kegirangan, saling berpelukan dan melompat-lompat lagi, sampai Rin pulang setelah selesai belanja dan mendapati kami sedang melompat-lompat kegirangan sehingga kami harus menceritakan ulang keseluruhan kisahnya padanya.

Aku setengah merebahkan badan di sofa, melemaskan otot-ototku setelah sore yang emosional ini sambil sesekali mengunyah camilan keripik jagung, ketika kudengar pintu depan dibuka dan tak lama kemudian Sungmin muncul dari lorong.

“Ming oppa!” sambutku begitu melihat Sungmin dan manager oppa berjalan masuk melalui lorong ke ruang tengah. Sungmin tersenyum dengan manis ke arahku yang sedang asyik menonton tv, lalu matanya menyapu ke seluruh ruangan yang sepi, tanpa sekali pun menunjukkan keheranan terhadap kehadiran kami penghuni flat di lantai 12. Kami memang sering menginvasi dorm Super Junior, baik yang di lantai 12 maupun di lantai 11.
“Anyeong Min-ah. Mana yang lain?” katanya sambil mengambil segelas air dan langsung meminumnya sampai habis. Manager oppa melakukan hal yang sama sebelum masuk ke kamarnya, tampak kelelahan.
“Hae sedang menghadiri fanmeeting dengan Hyukjae, Kyu, dan Yesung oppa. Sebentar lagi Heechul oppa turun kesini, Bin memintanya turun dan bergabung dengan kita. Kesini, Ming oppa, ayo kita menonton bersama.”

Sungmin mengangguk dan menyeret kakinya mendekat ke sofa, setiap bagian tubuhnya menyiratkan keletihan setelah seharian melakukan latihan untuk pertunjukan musikalnya. “Aigoo~ aku letih sekaliiiiiii...” keluhnya dengan nada aegyo yang menggemaskan dan ekspresi muka yang lucu, sebelum menjatuhkan diri di sofa di sebelahku. Kepalanya disandarkan di sandaran sofa sementara kakinya menjulur ke depan.

Disaat yang sama, Heechul muncul dari lorong, langsung menuju ke sofa, melewatiku dan Sungmin, dan menempatkan diri di sebelah Bin. “Aku tidak terlambat kan? Yang lain belum datang?” yang dijawab dengan gelengan kepala kami semua.

Aku memijat-mijat lengan gempal Sungmin hingga ke pundak dan Sungmin mengeluarkan gumaman puas, sambil mengacungkan jempol dengan tangannya yang bebas. “Nikmat sekali Min, sungguh. Aku tidak tahu kau pandai memijat.”
“Aku memang tidak bisa memijat, oppa.”
“Lalu kau sebut ini apa?”
“Menjamah?” jawabku terkekeh, yang memancing tawa dari Sungmin. Sebelah tangannya terangkat untuk menutupi wajahnya saat ia tertawa.
“Aigoo, aigoo~” Heechul berdecak mendengar jawabanku. “Dasar bocah nakal...”
“Kalau begitu, Hae pasti bahagia.” Saut Sungmin jahil.
“Bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan Donghae oppa, lihat saja bagaimana setiap hari ia selalu ceria dan bermain dengan semua orang seperti anak lima tahun yang diajak ke taman bermain.” Rin menambahkan sambil mengedip padaku.

Sungmin menggeleng dan masih tersenyum sedikit ketika tangannya terjulur melewatiku untuk meraih mangkuk berisi keripik jagung.
Heechul, merasa berkepentingan untuk ikut menggodaku. “Ya, ya, ya. Donghae tidak pernah tidak tampak gembira. Sekarang aku tahu kenapa.”
“Oppa! Bukan begitu, aku dan Hae... bukan, kami hanya... tidak... seperti itu kok.” Aku merengut ke arahnya, dan menghentikan pijatanku pada lengan Sungmin. Kurasakan wajahku mulai merah padam. Sial, aku gampang sekali merona.

Sungmin terkikik melihatku merona, dan kemudian tangannya mengacak rambutku pelan. “Aku mengerti, aku mengerti. Kau tidak perlu malu, kami sangaaaaaat pengertian.”  Katanya sambil ber-aegyo. Ia masih menggodaku. Ketika dilihatnya mataku mendelik ke arahnya, ia baru menyerah. “Baiklah, aku sebaiknya mandi dulu.”

Aku mengangguk padanya ketika ia beranjak dari sofa, menuju kamar mandi. Kualihkan lagi perhatianku pada acara Running Man yang sudah setengah jalan. Sedikit mengobrol dengan Rin mengenai bagian-bagian yang kulewatkan barusan. Seperti yang sudah diketahui oleh semua orang, setiap kali menonton acara ini aku selalu berakhir dengan tertawa terpingkal-pingkal. Ini, banyak yang mengatakan, merupakan satu lagi kesamaan antara Kyuhyun dan aku, yakni sama-sama sulit mengontrol tawa kami. Sekali kami tertawa, maka susah sekali rasanya untuk berhenti. Maka ketika aku menonton Running Man seperti sekarang ini, semua orang yang menonton bersamaku akan lebih terhibur melihat upayaku untuk berhenti tertawa. Sungguh, Running Man itu acara terlucu yang pernah kusaksikan. Setiap episodenya selalu berhasil mengundang tawaku. Episode kali ini pun tidak luput membuatku tertawa terbahak-bahak.

Shindong tertawa geli melihat wajahku yang sudah merah padam dan kehabisan napas karena tertawa. “Min-ah, berhenti tertawa, atau kami harus membawamu ke rumah sakit karena kehabisan napas.”
“Percuma oppa, dia tidak akan berhenti. Bahkan ketika scene-nya sudah berubah dan topiknya sudah beganti pun dia masih akan tetap menertawakan hal yang sebelumnya.” Rin menjelaskan.
“Ya, ya. Min unnie selalu begitu.” Bin mengiyakan sambil mengambil keripik jagung dari tangan Rin. “Pernah seorang dosen sampai harus menghentikan pelajaran sebentar hanya untuk menunggu sampai Min unnie berhenti tertawa. Padahal leluconnya tidak lucu.”

Aku, disisi lain, tengah memegangi perutku yang mulai sakit karena tertawa dengan hebat. Sampai-sampai aku tidak mampu mendebat pernyataan Bin yang bilang bahwa lelucon Kim sungsangnim, dosen kami, itu tidak lucu. Oke, leluconnya memang tidak lucu, tapi karena itulah aku jadi merasa lucu, apalagi ditambah dengan usaha Kim sungsangnim untuk melucu yang bisa dibilang payah. Hari itu, aku tertawa sampai perutku kram.

Kali ini, rasanya juga seperti itu. Ketika melihat bagaimana Gwangsoo, salah satu member Running Man dibully, aku tertawa histeris hingga pada batas maksimal. Harusnya, acara ini dilarang tayang karena bisa menimbulkan kesulitan bernapas bagi penontonnya.
“Sudah, sudah Min unnie. Kyaaa, bagaimana ini supaya Min unnie berhenti tertawa?” Bin mulai panik dengan lucunya, merasa khawatir dengan kesehatan mentalku. Bin mulai melonjak-lonjak dikursinya seperti anak kecil yang gelisah.

Aku berusaha mengatur napasku yang tersengal-sengal, dan tawaku sedikit demi sedikit mulai mereda lama kemudian, ketika terdengar suara pintu depan dibuka dan paduan suara mengisi lorong yang menyambungkan pintu depan dengan ruang tengah.

I got you little runaway~ I got you little runaway~ Chimchakhan sonkkeuteul ttona pyojege kkochil tte neukkyojyo.. simjangi michin deut ttwigo morineun chagawajyo A-hey~”

Aku mengenali suara salah satunya sebagai suara pacarku, sebelum keempat member Super Junior – Donghae, Hyukjae, Yesung dan Kyu – yang baru pulang dari acara fanmeeting menghambur ke ruang tengah dengan berisik. Hae, kulihat sedang merangkul, bukan, mencekik Hyukjae sambil melompat-lompat dan menyanyikan reff lagu Spy. Kyuhyun dan Yesung dibelakangnya juga melompat-lompat mengikuti Hae.

Begitu Donghae melihatku, tangannya langsung melepaskan leher Hyukjae dan berlari menubrukku di sofa. “Min-aaaaaaaaaaaah!” teriaknya.
Kulihat beberapa member memutar bola matanya ketika melihat kami, termasuk juga Hyukjae. Aku terkikik, karena merasakan kecemburuan mereka yang tidak punya pacar dan juga karena sikap manja Donghaeku ini.

“Yaaa,kalian kan tidak perlu pamer kemesraan dimana-mana. Membuat mataku pedih saja.” sembur Hyukjae.
“Tapi mereka pasangan yang tidak bisa dipisahkan.” Sahut Rin pelan, dan langsung menarik perhatian Heechul yang paling tidak akan melewatkan kesempatan untuk—mencoba—menggoda Rin.

“Lalu, apakah kau tidak ingin seperti mereka, Rin-ah? Cepatlah resmikan hubunganmu dengan Kyu, dan kau tidak akan jadi single lady lagi.” Heechul lalu bangkit dari sofa dan menarikan koreo dari lagu ‘Single Ladies’ milik Beyonce. Dan Lady Hee-Hee pun beraksi; “Hey yo, single lady, yo single lady... Rin now put your hands up! O-o-oww, o-o-oww...

Hyukjae dan Shindong langsung berdiri dan ikut menari serta bernyanyi dengan nada dan lirik yang berantakan, membuat gerakan kombinasi menakjubkan antara pantat, leher dan kepala yang dipantulkan bergantian ke kanan dan kiri, tapi jelas sukses membuat heboh suasana dorm lantai sebelas dan membuat wajah Kyu merah padam tanpa bisa membalas apa-apa. Sedangkan Rin sudah tampak menguburkan wajahnya di bantal sofa. Baru kali ini aku melihat Rin begitu salah tingkah seperti itu. Luar biasa! Julukan ‘single lady’ itu memang sangat tepat sasaran!

Donghae dan aku tak pelak lagi tertawa terbahak-bahak sampai perut kami sakit. Donghae bahkan berusaha menyeka air mata yang sedikit menggenang di sudut matanya.
“Aigoo Hae baby~ apa yang membuatmu begitu senang?” tanyaku ketika tawanya mereda lama setelah tawaku reda.
“Aku menerima banyak lamaran hari ini Min!” jawab Donghae dengan polos.
“MWO????” aku melepaskan pelukannya seketika.
“Di acara fans meeting tadi, fans diperbolehkan menulis satu buah pertanyaan dengan pilihan ganda, dan aku mendapat banyak pertanyaan seperti ‘kau mau menikah denganku oppa? A. Malam ini; b. Pasti; c. Aku setuju; d. Segera bersiap’ seperti itu Min! Banyaaaak sekali! Dan aku tidak bisa menjawab tidak pada mereka.”

Aku mengangkat sebelah alisku, dan dengan dingin menjawab, “oh ya? Dan kenapa kau tidak bisa menolaknya? Bukankah kau berjanji untuk setia padaku?”
“Bagaimana aku menolak mereka Min, mereka kan yang membuat pertanyaannya.” Donghae berkata dengan polosnya, tidak menyadari wajahku yang mulai asam.

Disampingku, Hyukjae berdecak sambil menggeleng. “Aku mencium pertumpahan darah malam ini.”
Pada saat itu, Sungmin keluar dari kamar mandi dengan handuk di atas kepalanya yang basah. Ia hanya mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Hyukjae, namun dengan sekali lirik ke arahku dan Donghae, ia langsung tahu bahwa kami yang sedang dibicarakan. “Pertumpahan darah? Pertumpahan darah dalam arti...’pertama kali’?? Benarkah Min baru pertama kali... Yah, Donghae, memangnya apa saja yang kalian lakukan di kamar setiap malam? Main kartu?” Sungmin membelalakkan matanya padaku dan Donghae, sementara Hyukjae, Heechul, Kyu dan Shindong tampak akan mati karena tertawa. Kurasakan wajahku memanas dan berubah warna.

“Aish hyung!” Donghae langsung menghambur ke depan Sungmin dan berusaha memeluk sekaligus memblok hyungnya dari apapun yang hendak Sungmin lakukan . “Bukan seperti yang hyung pikirkan... itu.. kami... aisssssshhh!!”
“Aku tahu, aku pasti salah dengar. Tidak mungkin ini yang pertama kan? Dengan Min yang pandai menjamah, kau sekalipun tidak akan tahan kan?” ujar
Sungmin menggoda Donghae, membuat wajahku semakin merah.

Donghae tampak kebingungan mendengar komentar Sungmin. “Mwo??” katanya menoleh padaku dan Sungmin bergantian.
“Eyyy~ kau tidak perlu malu... sewaktu kau pergi tadi Min mem—”
“—memijat! Min memijat Ming oppa karena kelelahan tadi.” Rin, yang sedari tadi tidak bisa berkata apa-apa melihat drama salah paham ini, angkat bicara.
“Memijat?” Donghae membeo.
“Iya, memijat. Tapi Min bilang ia bukan orang yang pandai memijat, melainkan pandai menjamah. Kuduga pasti ia banyak menjamahmu, iya kan?” Sungmin tersenyum jahil lagi pada Donghae yang mulai mengerti situasinya. Kulihat wajah Donghae kini sama merahnya dengan wajahku.
Shindong, yang mendengarkan segalanya sejak awal merasa sangat terhibur dengan drama singkat barusan, jadi ia pun memutuskan untuk ikut menggoda Donghae. “Jadi, coba ceritakan bagaimana caranya Min memijatmu?” penekanan pada kata memijat membuat semua orang di ruangan itu tertawa.

Aku menguburkan wajahku di punggung Bin, yang berada tepat di sebelahku. Donghae tampak salah tingkah dan mengelak, namun semakin kuat ia mengelak, semakin parah godaan dari para hyungnya. Donghae sama sekali tidak mampu membela dirinya sendiri.
“Apa Min memijatmu dengan teknik khusus?”
“Seberapa sering kau dipijat oleh Min?”

Dan seterusnya, sampai-sampai aku tidak tahan mendengar mereka bertanya-tanya mengenai kehidupanku dan Donghae di dalam kamar. “Oppaaa!! Sudah hentikan!” aku merenggut lengan Donghae dan menariknya menuju pintu.
“Min-ah, kau sudah mau memijat Donghae ya? Ah, kenapa begitu cepat?” kudengar Heechul terbahak-bahak di belakangku.
Aku melemparkan tatapan tergalakku yang bisa diartikan mati-kau-ditempat pada Heechul, namun evil senior itu tampak tidak terpengaruh, kalaupun iya, ia hanya tertawa semakin keras. Sial...

***

Ahn Rin Young’s

Menjelang tengah malam, aku dan semua orang yang ada di ruangan itu di buat sakit perut menahan tawa lantaran drama-komedi yang sedang berlangsung secara Live di hadapan kami, di dorm lantai 11. Sungmin, Heechul dan Shindong sedang sibuk menggoda Min dan Donghae, meledek mereka dengan kalimat apapun yang bersinggungan dengan satu kata kunci, memijat. Wajah kedua korban ledekan sudah merah padam layaknya kepiting rebus, sampai-sampai keduanya melarikan diri ke lantai 12  karena tidak tahan dijadikan bahan tertawaan.

Setelah kami semua dapat bernafas dengan normal kembali, Shindong bangkit dari sofa dan berpamitan pada seisi ruangan untuk siaran di acara radionya, Shimshimtapa. Sebelum  menghilang di lorong, ia menoleh lagi ke arahku, teringat sesuatu. “Oh ya Rin-aah, kapan kau masak udang yang seperti waktu itu lagi?”

“Udang? Oh maksudmu, yang ku antar ke apartement baru Hyuk Oppa waktu itu?” Aku mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali Shindong memakan masakanku.
Shindong mengangguk cepat. “Iya, saat house warming party itu. Aku dan Sungminnie menghabiskannya sampai tak bersisa. Enak sekali.. udang itu sungguh akan menggagalkan dietku, nona”.  Semua member lain yang ada disana mengangguk-angguk dengan antusias, sementara Sungmin melemparkan tatapan tidak setuju, merasa Shindonglah pelaku utamanya.


Aku tertawa, selalu merasa senang ketika ada yang menyukai masakanku. “Kalau benar itu mengancam dietmu, lalu untuk apa kau menanyakan kapan aku masak udang itu lagi, Oppa?”
“Aigoo~ Rin, walaupun dietku terancam, tapi sekali-dua kali tidak apa-apa kan?” sahutnya, sambil menaikturunkan kedua alisnya. Ia lalu melanjutkan,  “Eh, Apa kau sudah nonton Star Life Theater? Di sana jelas-jelas terlihat bagaimana konsentrasi Sungmin dalam menghabiskan udang itu, sampai-sampai tidak mempedulikan kamera lagi. Sayang sekali kalian bertiga tidak mungkin datang kesana untuk menyaksikannya secara langsung”.

Tiga orang yang di maksud tentu saja adalah trio Young. Sudah pasti kami tidak bisa ikut datang, karnahouse warming party itu akan diliput oleh Star Life Theater. Dengan ruang apartement yang bisa di katakan cukup sempit untuk ukuran keluarga besar SJ, ditambah dengan kru SLT, rasanya tidak mungkin jika kami bergabung. Terlalu riskan. Maka aku memutuskan untuk memasak udang itu, lalu mengantarnya terlebih dahulu ke sana bersama Min dan Bin, sebelum ada wartawan yang datang. Lalu, setelah sejenak melepas rindu dengan keluarga besar para member yang telah datang, kamipun segera kembali ke dorm.

Mendengar perkataan Shindong, Sungmin bangun dari tempat duduknya, berkacak pinggang. “Enak saja! Di belakang kamera, kau kan malah mengambil jatahku, Hyung!!” ia protes layaknya seorang anak yang tidak dibagi jatah eskrim dengan adil.  Mendengar itu, Shindong hanya tertawa-tawa.
“Ey~ Sudahlah jangan mengganggu dongsaengmu, Oppa. Kalau kau ingin makan udang itu lagi, kabari saja aku kapan kau bisa mampir lagi kesini. Oke?” kataku, mencoba menengahi.
“Tapi benar Rin, aku sempat merekamnya sendiri dan videonya sedang dalam tahap editing. Nanti kau lihat sendiri ya.. hahaha…”.

Setelah puas menggoda Sungmin, Shindong akhirnya  berangkat menuju stasiun Radio. Member lain mulai sibuk melakukan rutinitas malamnya masing-masing, sementara Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya ke sofa di samping tempatku duduk. Kudengar suara napasnya yang agak berat.
“Eo? Kau baik-baik saja Kyu?” Aku memperhatikan dadanya yang naik turun dengan seksama, khawatir jika penyakit Pneumothorax yang di deritanya sewaktu-waktu akan kambuh.

Kyuhyun menderita penyakit ini sudah sejak lama, dan kecelakaan mobil yang dialaminya tahun 2007 lalu membuat penyakitnya ini bertambah parah. Pneumothorax adalah sebuah penyakit dimana terdapat udara di luar paru-paru, yang menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang dan mengempis seperti yang seharusnya, sehingga dapat mengganggu pernafasan. Penyakit yang cukup serius menurutku, karena kemungkinan terburuknya bisa sampai mengakibatkan seseorang gagal jantung. Efeknya, Kyuhyun harus ektra hati-hati menjaga pernafasannya, ia tidak disarankan untuk melakukan aktivitas yang membuatnya terlalu kelelahan. Ini, sudah kuperingatkan berkali-kali padanya.

“Tidak apa-apa Rin-ah, mungkin hanya terlalu banyak tertawa barusan”. Mendengar jawaban itu, aku tidak langsung percaya. Karena bukannya menunjukkan ekspresi sehat, ia malah bersandar setengah tidur ke badan sofa sambil menghela napas dengan berat.
“Kau yakin?” Aku menyentuh dahi, leher dan lengannya untuk memeriksa kemungkinan ia demam atau apa. Semua normal.
“Yakin sekali. Jangan khawatir, Rin-ah. Aku hanya.. sedikit lelah”. Jawabnya sambil masih bersandar, memejamkan mata.
“Kalau begitu ganti pakaianmu dan segera tidurlah.. Besok kau ada schedule pagi kan?” Menanggapi ucapanku, Kyuhyun membuka matanya.
“Malas bergerak, aku masih mau disini.. kau juga di sini saja dulu ya..” Jawabnya setengah berbisik, terlihat kelelahan.

“Setidaknya gantilah dulu pakaianmu Kyu..” aku membujuknya. Tiba-tiba, seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang, Kyuhyun bangun dari sandaran dan berteriak memanggil Sungmin di kamar. Aku bersumpah bisa melihat sebuah bola lampu menyala di sebelah kepalanya.
“LEE SUNGMIIIN, AMBILKAN KAUS TIDURKUUUU.…”. Lalu ia kembali bersandar,tidak memperdulikan hyung-hyungnya yang lain, yang melempar tatapan “kau-seharusnya-lebih-sopan” padanya. Ia malah memejamkan mata sambil menyeringai. Sangat khas evil maknae. 
Aku mencubit gemas lengannya. “Aigoo~ Kyu.. Kalau begini aku baru percaya kau sungguh tidak sakit..” Kyuhyun menanggapi dengan tersenyum lebar tanpa membuka matanya.

Beberapa detik kemudian, sebuah kaus tidur melayang kearah kami. Itu pasti dari sungmin Oppa…

***

Hwang Bin Young’s

Suasana di dorm lantai 11 sangat ramai. Ada MinHae, KyuRin, BinChul, Ye-Dong-Ming-Hyuk oppa. Rencana awal ingin menonton televisi bersama, malah Min unnie dan Hae oppa yang jadi pusat perhatian semuanya. Sebenarnya, Min unnie sudah menjadi pusat perhatian dari awal kedatangannya ke Korea. Aku beritahu ya, Min unnie ini memiliki tubuh yang ramping dan sexy. Pria manapun pasti tidak akan rela berkedip kalau melihatnya. Aku saja yang perempuan terpesona dibuatnya. Setelah mengenal Min unnie lebih dekat, aku tahu bahwa Min unnie tidak hanya sexy secara fisik, tetapi aura sexy itu terpancar saat Min unnie berbicara, berjalan, sekalipun sedang marah. Jadi, tidak aneh kalau Hae oppa tergila-gila dengan Min unnie.

Kembali membahas MinHae couple, mereka adalah pasangan yang sungguh menghibur, aku selalu menyarankan agar keseharian mereka dibuat reality show. Percaya padaku, mereka akan memperoleh rating yang sangat tinggi apabila kehidupan mereka disiarkan di televisi. Mereka bisa dikatakan pasangan yang tidak tahu malu, hobinya mengumbar kemesraan, tidak heran kalau member Suju suka menggoda pasangan ini. Nah, yang lebih serunya lagi, wajah Min unnie akan memerah saat malu ataupun marah, dan itu membuat member Suju semakin senang meledekknya. Sedangkan Hae oppa tidak sanggup berkata apa-apa atau melakukan sesuatu untuk melawan member Suju.

Kalau tadi aku kebingungan untuk menghentikkan Min unnie tertawa saat menonton Running Man, saat ini aku berusaha untuk menenangkan Heechul yang heboh karena kegirangan menggoda MinHae. Betul kan aku, mereka memang pasangan yang menghibur. Penonton tidak akan kecewa dan akan selalu menantikan episode-episode MinHae couple selanjutnya. Sayangnya episode kali ini hanya sebentar, karena mereka pergi meninggalkan dorm lantai 11...Walaupun kepergian mereka malah membuat semua orang berimajinasi lebih liar.

MinHae dan Shindong oppa sudah pergi, Sedangkan Rin unnie sepertinya sedang mengkhawatirkan kyuhyun oppa yang terlihat letih. Hmm, aku rasa ini saat yang tepat untuk membahas tentang KyuRin couple. Setahuku, mereka belum resmi pacaran. Tetapi kalau dilihat dari cara mereka saling memandang, memberi perhatian satu sama lain, dan aku yakin kalau mereka saling menyayangi, seharusnya tidak ada alasan untuk menunda peresmian hubungan mereka.

Kyuhyun oppa adalah Evil Maknae, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan tindak kejahatannya, ia juga tidak pandang bulu dalam mencari mangsa. Ajaibnya, setelah bertemu dan berkenalan dengan Rin unnie, ia bisa dikendalikan. Aku lebih suka mengatakan kalau Rin unnie berhasil menjinakkan Evil Maknae. Sungguh, itu di luar batas kemampuan otak manusia, bisa membuat Kyu oppa menjadi pria baik-baik. Menurutku, Kyu oppa sudah menemukan wanita idamannya. Rasanya aku yang hampir gila karena selalu memikirkan mereka yang tak kunjung meresmikan hubungannya.

"Baby...beb..." Heechul melambai-lambaikan tangannya di depan mataku untuk menyadarkanku dari lamunan. "Kamu serius banget sih ngeliatin Kyu dan Rin? Oooohhhh...kamu ngiri ya ngeliat Rin menjamah Kyu?" Heechul berbisik ditelingaku membuat sekujur tubuhku merinding. OMG, Rin unnie cuma menempelkan tangannya di kening Kyu oppa, untuk memastikan kalau semuanya baik-baik saja. Tidak seharusnya Heechul menggunakan kata-kata "menjamah". Ini gara-gara MinHae, Heechul pasti masih terbawa perbincangan MinHae dan Minnie oppa tentang "menjamah".

"OMO, kamu harus lebih sopan kalau berbicara dengan anak di bawah umur." Aku pun merendahkan suaraku supaya hanya Heechul yang mendengarnya.
"Ooohhh...baiklah aku akan menunjukkan betapa sopannya aku memperlakukan kekasihku yang masih di bawah umur." Heechul merangkul bahuku dengan tangan kirinya dan menarikku supaya duduk mendekat, matanya terus menatapku seakan-akan aku adalah mangsa yang sedang diburunya.

"My Chul..." Aku mendorong pelan tubuh Heechul dan langsung bergeser menjauh darinya, untuk menghindari hal-hal yang melanggar etika kesopanan. "Aku rasa, kita tidak perlu mengikuti jejak MinHae couple dengan mengekspos kemesraan di depan banyak orang. Lagipula cuma mereka yang pantas menyandang pasangan porno." Kali ini aku yang berbisik di dekat telinga Heechul. Masih berusaha menjaga agar percakapan kami tidak didengar, dan memberinya kecupan di pipi. Lalu aku beranjak pergi, meninggalkan Heechul di sofa.

"Baby...mau kemana?" Suaranya lantang sekali, membuat semua orang yang ada di sana memperhatikan kami, padahal aku baru beranjak beberapa meter.
"Aku cuma mau ke toilet kok, beb." Aku menoleh ke arah Heechul, menatapnya dengan ekspresi terkejut karena mendengar teriakannya. Tanpa menunggu respon darinya, aku melanjutkan langkahku ke toilet, bukan maksud untuk tidak menghormatinya, tapi aku sudah benar-benar ingin pipis.

Sebelum kembali bersantai di sofa dan bergabung dengan yang lain, aku memperhatikan diriku dicermin, depan kamar mandi. Ternyata penampilanku cukup berantakan, pasti karena aku terlalu heboh tertawa menonton Running Man dan dramanya MinHae, rambutku jadi kacau balau begini.
"Sini, biar aku yang menyisirkan rambutmu." Seseorang mengambil sisir dari tanganku dan memperhatikan penampilanku.
"Minnie oppa..." Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
"Sssstttt...biarkan aku yang merapikan rambutmu ya." Minnie oppa mulai menyisir rambutku secara perlahan.
"Oppa, kau manis sekali." Aku menatap bayangan Minnie oppa dicermin dan ia membalasnya dengan senyuman. Sebaiknya aku mulai cari bahan pembicaraan. "Minnie oppa, kapan kita shopping pink stuff? Dompetku sudah waktunya pensiun, kulitnya sudah mengelupas. Kalau aku ganti dompet berarti aku juga harus ganti pouch-pouch yang ada di tasku, supaya matching. Mmm...mau beli apa lagi ya?" Aku mengetuk-ngetukan jari dibibir.

"Aigooo...kamu ini semangat banget kalau belanja pink stuff. Aku sibuk sekali Bin-ah, belum tahu kapan ada waktu luang." Minnie oppa menghentikan kegiatan menyisir rambutku, lalu ia membalikkan tubuhku untuk menghadapnya, dan merapikan poniku. "Penampilanmu sudah cantik lagi sekarang. Coba kamu lihat dicermin." Minnie oppa mengembalikan posisiku menghadap cermin, kedua tangannya memegang bahuku. Ia memiringkan badannya ke kiri untuk menatapku dicermin.
"Omo...aku cantik ya, Minnie oppa." Aku kehabisan kata-kata, melihat Minnie oppa ada di belakangku, sambil memegang kedua bahuku, dan ia menunjukkan ekspresi aegyo-nya.

Jangan salah paham, aku tidak menyangkal kalau aku menyukai Minnie oppa. Ia adalah oppa yang baik, ramah, king of aegyo, dan kami memiliki kesamaan sebagai penggila warna pink. Min unnie, Rin unnie, dan aku sudah membuat kesepakatan bahwa Minnie oppa adalah milik bersama. Makanya Minnie oppa dekat dengan kami bertiga dan tidak canggung untuk melakukan kontak fisik.

"Kamu memang selalu cantik kok." Minnie oppa menompangkan dagunya di atas tangannya yang saat ini sedang memegang bahu kiriku.
"Terima kasih Minnie oppa atas pujiannya dan pertolongannya merapikan rambutku. Sebaiknya aku segera kembali ke hadapan My Chul sebelum dia murka." Pernyataan terakhirku pun ditanggapi dengan tawa lepas Minnie oppa.

***  

Park Min Young’s

Aku menarik Hae masuk ke dalam lift dalam diam. Rasa cemburu, frustasi, malu, semuanya bercampur dan mengancam untuk meledak dalam diriku. Dari kaca lift aku melihat ekspresi Hae tidak kalah kusutnya dengan ekspresiku, walaupun aku tidak yakin kenapa ia begitu. Bukankah aku yang meratap di dorm menunggunya pulang sementara ia menerima banyak lamaran di luar sana? Huh!

Kami keluar dari lift, melewati pintu flat tempatku tinggal di lantai 12 menuju kamarku. Aku mendengar Donghae mengikuti dan menutup pintu dibelakangnya setelah kami berdua masuk kamar. Kurasakan lenganku ditarik sehingga tubuhku berputar menghadapnya.

“Kau menjamah Sungmin hyung???!!!” semburnya padaku.
Aku tercengang, sesaat melupakan kemarahanku sendiri. Nada suaranya meninggi sementara matanya memancarkan kegalauan; ketidakpastian. Aku berusaha menjernihkan otakku agar bisa mencerna kemarahan Donghae. Apa? Apa yang sebenarnya Hae ributkan? Kupikir ia mengerti bahwa tadi kami semua sedang bercanda...

“Aku... tidak, kami hanya... kupikir tadi aku sudah bilang—” jawabku sedikit tergagap.
Mendadak, aku menyadari kecemburuannya yang keterlaluan. Ia cemburu! Ia cemburu sampai tidak lagi bisa membedakan antara informasi dan fakta. Ia cemburu sampai ia lupa bahwa Sungmin adalah salah satu hyung kesayangannya, dan bukannya orang lain yang akan sembarangan aku sentuh. Ia cemburu sampai tidak bisa menahan dirinya dari rasa kecemburuan yang tidak masuk akal.

“Kau cemburu?” aku mencoba mencari jawaban di matanya yang membara. “Pada Sungmin oppa?? Hyung-mu??” kulihat matanya mengelak menatapku. “Kau dengar kan tadi Rin bilang kalau aku memijat Ming oppa, bukan menjamah. Dan memang hanya itu yang kulakukan, Hae baby.”
“Ma-mana mungkin aku cemburu pada Sungmin hyung! Aku hanya tidak suka membayangkan kau menjamah orang lain.”

“Benarkah?” aku melepaskan tawa lega. Sekejap, amarahku, rasa cemburuku, frustasiku, hilang semua kala menyaksikan ikan kecilku ini cemburu. Betapa manisnya! Aku tidak lagi berpikir ia tidak setia dan bersenang-senang dengan menerima banyak lamaran di luar sana. “Kenapa?”
“Apanya yang kenapa? Tentu saja karena kau pacarku, kau hanya boleh.... boleh... mmm, apa istilahnya, oh, me-menjamahku.” Hae menyelesaikan kalimatnya dengan terputus-putus. Lehernya mulai dijalari warna kemerahan. Menggemaskan, ia bahkan malu menggunakan kata tersebut di depan pacarnya.

“Begitu?”  aku tersenyum penuh tantangan padanya. “Jadi kau ingin aku menjamahmu?” kurapatkan tubuhku pada tubuhnya yang bergeming, menempatkan kedua tanganku di pundaknya. “Katakan padaku Hae, baby,” —aku berjinjit dan menciumi dagunya, pipinya— “kapan kau ingin kujamah? Dan,” —kupagut bibirnya yang terbuka, sekali, merasakan manis bibir sensualnya— “dan dimana?” —aku memagut bibirnya sekali lagi, hanya sebentar, dan berhasil memancing erangan pelan dari tenggorokannya ketika aku menjauhkan bibirku dari bibirnya.

Donghae-ku yang manis dan polos, kini tampak kesulitan mengendalikan dirinya sendiri dan sangat tidak sabaran.  Kedua tangannya segera menarik kepalaku mendekat, membawa bibirku menempel pada bibirnya. Ia menciumku dalam-dalam, menguasai sekaligus menuntut. “Aku mau kau, sekarang. Di sini, di tempat ini.” Puas karena membuat Donghae menjadi agresif seperti ini, aku tergelak di sela-sela ciuman kami yang panas. Dasar bocah tidak sabaran, ia bahkan tidak memberiku waktu untuk tertawa puas dan terus menciumiku hingga lututku gemetar.

Baby... baby...” desahnya, membuatku semakin panas. Aku melingkarkan kedua tanganku dilehernya untuk menopang tubuhku sekaligus mempererat ciuman kami yang seakan tanpa akhir. Jauh di dasar pikiranku, aku merasa bahagia. Sangat bahagia. Hidupku satu tahun belakangan ini terasa lengkap. Walaupun, tentu saja, aku merindukan Papa dan Mamaku di Indonesia. Sudah beberapa hari aku belum menghubungi mereka, karena kutahu Papa sedang melakukan kunjungan negara ke Afrika dan entah kemana lagi. Tapi itu bisa menunggu sebentar. Donghae, saat ini dia yang tidak bisa menunggu.
Aku hanya berdoa Donghae tidak lupa mengunci pintu kamarku tadi, karena setelah ini, tidak satupun dari kami yang akan sempat melakukannya.

***

Hwang Bin Young’s

Malam ini Heechul berencana menginap di kamarku. Namun, aku menolaknya. Aku masih berharap papa menelponku malam ini. Kalau papa menelpon, aku tidak ingin ada satu orang pun yang berada satu ruangan denganku saat ini. Heechul tahu tentang kegiatan teleponku dengan papa, ia juga beberapa kali menemaniku. Tetapi, kali ini aku hanya ingin sendiri, dan menunggu telepon dari papa. 

Selama ini, aku menjalani sebagian besar hidupku hanya bersama papa. Betapa hancurnya perasaanku saat papa mengatakan bahwa kami harus berpisah. Ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan bisnis papa, dan mereka akan melakukan berbagai cara untuk melancarkan bisnisnya sendiri. Papa tidak ingin aku terseret dalam persaingan bisnisnya, yang kemungkinan besar akan membahayakan nyawaku.
Ada panggilan masuk ke handphone "rahasiaku". Akhirnya papa meneleponku.

"Password please..." Itu yang harus aku katakan saat mengangkat telepon dari papa. Ini bukan acara kuis, tetapi untuk meyakinkan bahwa benar-benar papa yang meneleponku.

Papa melantunkan lagu Johnny Cash – You Are My Sunshine.
"You are my sunshine, my only sunshine. You make me happy when skies are gray. You'll never know, dear, how much I love you. Please don't take my sunshine away." Aku rindu suara merdu papa saat menyanyikan lagu ini. Sungguh menyenangkan bisa mendengar suaranya. Dulu, papa sering menyanyikan lagu ini untuk mama. Setelah mama meninggal, papa masih menyanyikan lagu tersebut yang ditujukkan untukku. Lagu ini juga muncul di akhir MV Katy Perry - The One That Got Away. "I love you and I swear I still do." Papa memberi penekanan pada setiap kata-katanya. Itulah kalimat penutup dari password kami.

"I love u more, daddy." Pertahananku runtuh, suara tangisku pecah.
"Kamu menangis? Ada apa? Siapa yang menyakitimu?" Papa mulai menginterogasiku.
"Tersangka utamanya adalah papa. Kenapa papa baru menelponku setelah tiga hari tidak ada kabar. Aku merindukanmu, tidak bisa tidur karena mengkhawatirkanmu." Tangisku sudah mereda saat menjawab pertanyaannya.

Senang rasanya dapat berbicara lagi dengan papa, saling bertukar cerita, mengingat masa lalu yang lucu-lucu, dan membicarakan tentang percakapanku dengan Hae oppa. Kalau boleh jujur, aku sangat ingin bertemu papa, tetapi aku tidak pernah mengatakan kepadanya. Seandainya aku bilang hal itu kepada papa, tidak peduli ada badai menghadang, beliau akan berjuang dan melakukan berbagai cara untuk saat itu juga datang menemuiku. Aku selalu bahagia kalau papa bertingkah seperti itu, tetapi saat ini aku tidak ingin menyusahkannya. Papa sudah terlalu pusing karena bisnisnya, aku tidak mau menambah beban pikirannya.

~To be continued~ We're waiting for your comments and suggestions. Gomawo :)

[PREVIEW CHAPTER 5]

Park Min Young's
Bukan, ia bukan nenek kandungku, jeritku dalam hati. Dan tidak mungkin ia hanya sekedar ingin bertemu denganku, aku tahu ia tidak ingin pernah bertemu denganku lagi. Otakku berputar dengan cepat, seakan segala gambaran mengenai kejadian tidak menyenangkan yang dilakukan nenekku padaku semasa aku tumbuh besar saling melemparkan diri ke tumpukan paling depan, membuka luka lama. Aku mengernyit, seolah merasakan sakitnya secara fisik.

Hwang Bin Young's
Jangan pernah menyalahkanku karena telah menjulukki mereka pasangan porno. Lihat saja sendiri apa yang mereka lakukan di hadapanku pagi ini. Hae oppa topless, kemudian mereka berciuman di depanku sebelum Hae oppa kembali ke dorm. Syukurlah tadi aku mengetuk pintu terlebih dahulu dan tidak menerobos masuk. Mungkin aku akan benar-benar mendapat kejutan luar biasa dari episode MinHae couple pagi ini.

4 komentar:

  1. Annyeong.. Ini satu2nya blog fanfic yg selalu ditunggu2 ttng kelanjutan ceritanya.. Ceritanya berasa dialami sendiri.. Hehe.. Kereeeen.. Keep creative girls.. -gita-

    BalasHapus
  2. Annyeong Gita, salam kenal^^
    Gomawoo~ Authors terharu tapi bahagia sekali,,hehe *joget bareng Heebum
    Gita udah punya couple favorit blm nih? kalo ada saran&kritik boleh lho disampaikan :)

    BalasHapus
  3. Salam kenal juga.. Aku suka bin-chul, krn bias aku heechul jd aku sedikit jealous sama bin.. Hehehe.. Tp aku suka juga sama min-hae yg super duper romantis.. :)

    BalasHapus
  4. Wah~ kalo gitu jangan sampe berebut Heenim sama Bin yaa^^

    BalasHapus