Selasa, 25 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 7]

Ahn Rin Young’s
Kamis Sore- Kyung Hee University

Aku baru keluar kelas dan sedang membuka loker untuk mengambil barang-barang yang harus kubawa pulang ke flat, ketika aku menemukan secarik kertas yang kelihatannya diselipkan masuk saat aku masih di kelas tadi.

Aku membukanya; Hanya ada tulisan “I'm Sorry..” di dalamnya. Aku mengernyit, mencoba memahami apa maksudnya, dan siapa pengirimnya. Mungkin hanya salah memasukkan surat ke lokerku, pikirku.


Meskipun penasaran, aku mencoba tidak terlalu memikirkannya dan segera menuju gerbang keluar kampus. Ternyata sore itu agak gerimis. Aku tersenyum, aku suka gerimis. Namun senyumku tidak bertahan lama, karena berjarak beberapa langkah dari gerbang kampus, rintik hujan berubah menjadi guyuran yang deras. Akhirnya aku memutuskan untuk berteduh sebentar di coffee shop yang menjadi satu dengan toko buku.

Coffee shop ini merupakan salah satu tempat favoritku, Min dan Bin jika sedang suntuk.. selain Kona Beans dan Handel&Gretel, tentunya. Kafenya sedang sepi. Mungkin karena hujan, orang-orang jadi malas keluar. Aku memesan hot green tea untukku sendiri, ditambah 2 hot chocolate untuk kuberikan pada Min dan Bin di flat nanti. Sambil menunggu pesananku dibuat, aku naik ke lantai atas untuk melihat-lihat buku terbaru. Di sana, aku menemukan buku kumpulan soal matematika yang langsung mengingatkanku pada Kyuhyun. Sepertinya Kyu belum punya yang ini, pikirku.

Ia suka sekali matematika, bahkan bisa dikatakan, ia penggemar berat matematika. Entahlah, seperti tidak ada hobi lain saja^^. Jika sedang bosan, ia biasanya malah akan mencari soal yang paling sulit, dan akan kegirangan saat ia berhasil memecahkan soal itu. Beberapa kali ia memintaku untuk mencoba mengerjakan beberapa soal yang menurutnya simpel, tapi yah.. seperti inilah aku. Berulang kali aku hanya berhasil memenuhi kertas dengan coretan “keputusasaan”, bukannya dengan jawaban yang benar. Kalau sudah begini, Ia akan mulai menceramahiku—dengan manis, tentang pentingnya menguasai matematika, setidaknya, matematika dasar. Pertanyaanku,apa standardisasi kata “matematika dasar” bagi seorang peraih piala olimpiade matematika seperti Kyuhyun?

Tanpa berpikir panjang, aku membeli salah satu buku kumpulan soal itu. Sudah terbayang ekspresi senang Kyuhyun di kepalaku. Sekarang, aku hanya perlu berpikir bagaimana cara menghindar dari “todongan”nya untuk mengerjakan salah satu dari sekian banyak soal-soal itu.
Beberapa saat kemudian,setelah kulihat hujan sudah mereda, aku kembali ke coffee shop di lantai satu, langsung menuju meja kasir dan kebingungan saat kutanyakan berapa jumlah yang harus kubayar.

“Sudah lunas, nona..” kata kasir itu sambil menyerahkan tiga gelas minuman hangat yang telah disusun di dalam sebuah tas kardus kecil.
“Maaf, mungkin kau salah. Saya kan belum membayarnya tadi..”
“Benar, nona.  tadi ada seorang pria yang membayar pesanan anda. Katanya, ia teman anda. Jadi, ini memang sudah lunas”.

Seorang pria? Temanku? Aku benar-benar bingung. Seketika, aku teringat pada surat di lokerku tadi.Apa ada hubungannya dengan itu?.

“Apa ia menyebutkan namanya, atau menitipkan sesuatu?” tanyaku.
“Tidak nona. Ia hanya berkata akan melunasi pesanan anda, lalu segera pergi”.
“Seperti apa orangnya? Apa kau ingat?” aku mencoba menggali informasi.
“Maaf, yang saya tahu hanya seorang pria dengan tinggi sekitar 170 atau 175, memakai mantel hujan, masker dan kacamata hitam. Saya tidak jelas melihat wajahnya. Kelihatannya ia terburu-buru tadi. Setelah membayar langsung keluar lagi”.

Kacamata hitam di cuaca hujan seperti ini? Itu aneh.

“Baiklah, terima kasih atas bantuanmu”. Aku segera keluar untuk mencari kemungkinan pria itu masih ada di sekitar sini. Awalnya aku berpikir itu Kyuhyun. Ia memang terkadang iseng. Tapi kurasa tidak, setelah aku ingat bahwa jadwalnya hari ini sangat padat sampai malam nanti. Atau mungkin ini semacam “kejutan dari secret admirer”?  sepertinya lebih tidak mungkin; aku tidak ingin besar kepala. Lagipula, kalau memang seperti itu, mengapa tidak mengatakannya langsung saja padaku? Toh tidak ada yang tahu aku dekat dengan Kyuhyun. Jadi sebenarnya tidak ada masalah untuk mencoba berinteraksi sedekat apapun denganku.

Sepanjang perjalanan yang hanya memakan waktu 15 menit dengan bus, aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan “si pria coffee shop”. Lain kali. Mungkin lain kali aku akan tahu siapa dia.

***

Sesampainya di flat,aku segera membagikan hot chocolate tadi kepada Min dan Bin, sambil menceritakan kejadian “surat di loker” dan “pria coffee shop”. Bin menanggapinya dengan sangat antusias. Ia berkata ingin jadi detektif untuk kasus ini. Beberapa saat kemudian,seusai membahas tentang dua kejadian tadi (plus rencana Bin untuk menjadi detektif), Bin mengalihkan topik, bertanya tentang kesukaanku terhadap teh. “Kau suka sekali green tea ya? Aku kok tidak pernah melihatmu beli yang lain sih Unnie?”.

Min, yang sudah bersahabat denganku sejak lama turut berkomentar, “Unniemu itu memang lebih suka segala jenis teh, Bin”. Lalu ia menoleh padaku, “Eh, tapi seingatku dulu di Jakarta kau sering juga minum kopi, Rin?”

Aku tidak suka. Kopi mengingatkanku akan kejadian itu. Pahit. Pahit sekali.

“Yah.. itu kan dulu. Sekarang aku lebih suka teh, atau minuman lain selain kopi”. Jawabku, menutupi apa yang ku katakan di dalam hati.
Bin memandangku penasaran “Kenapa?”
Aku baru akan menjawab pertanyaan Bin, ketika terdengar suara seseorang. “Rin bilang kopi itu pahit, Bin-ah..” Kami bertiga serentak menoleh ke asal suara.
Ternyata Kyuhyun, yang tiba-tiba sudah berdiri di ujung lorong masuk, dekat meja makan.

 “Kyu? Sejak kapan kau di sana? Bukannya kau masih ada schedule?” Aku bingung, tapi  senang melihatnya pulang lebih cepat. Aku langsung bangkit dan menghampirinya.
“Memang, tapi masih ada waktu untuk pulang. Dua jam dari sekarang aku harus sudah berangkat lagi, ada meeting dengan tim Radio Star. Aigoo~ entah kenapa harus malam-malam..aku istirahat disini saja ya Rin? Aku malas kemana-mana lagi.” Tanpa menunggu jawabanku, ia menarik tanganku menuju kamar. Melihat ini, Min dan Bin berbisik- bisik sambil terkikik dengan suara pelan, lalu berteriak,

“Daebaak.. ini kejadian langka. Progress yang luarr biasaaaa. Apa kalian sudah ’resmi’ sekarang?”. Min menyebut kata resmi sambil membentuk tanda kutip dengan jarinya. Dasar nakal.  Semuapun tahu, aku dan Kyuhyun sudah sering berduaan di dalam kamar. Tapi, bukan “berduaan” yang seperti itu. Min dan Bin hanya senang menggodaku, begitupun dengan para member SJ.  Rasanya aku hampir mati bosan dengan pertanyaan “Sebenarnya bagaimana hubungan kalian?”, atau kalimat perintah seperti “kalian pacaran saja lah!”.

“Owwwww manisnyaaaa….” Rupanya Bin tidak ingin melewatkan kesempatannya menggoda kami.
“Aiissshh..berisik!! Diam kalian!!” sahut Kyuhyun dengan galak. Berusaha tidak terlalu mempedulikan godaan dua manusia iseng itu, ia memperlebar langkahnya menuju kamarku, lalu segera menutup pintunya. Kyuhyun langsung mendudukkanku di atas tempat tidur, menarik kursi ke hadapanku, lalu duduk. “Rin-ah.. kau dengar tadi kata mereka? bagaimana menurutmu?”

Topik ini lagi. Bukan sekali dua kali Kyuhyun mencoba membahas topik ini denganku,tapi bisa di katakan, aku selalu menghindar. “Kyu, apa harus membahas ini lagi sekarang?” Aku mengalihkan pandangan,benar-benar tidak sanggup menatap matanya saat ini.

“Rin-ah, tatap aku” ia menarik pelan daguku hingga menghadap wajahnya lagi. “Sebenarnya apa yang menghalangimu untuk sekedar meresmikan hubungan kita? Katakan, apa aku hanya besar kepala, mengiramu sayang padaku, hmm?”
Seketika, kilatan masa lalu terasa berdesing dengan cepat di kepalaku. Aku menggeleng, “Bukan begitu Kyu, aku—”
“—Apa kau.. sudah terikat dengan seseorang? Mungkin di Indonesia? Jujurlah Rin. Ceritakan saja kalau memang begitu..aku akan menerimanya”.

“Tidak Kyu. Bukan begitu.. aku sungguh sayang padamu..” Aku mencoba meyakinkannya.
“Lalu kenapa Rin-ah? Kenapa hubungan kita terus seperti ini? Aku sadar.. Awal kita berkenalan satu tahun lalu, kau sepertinya agak menarik diri. Tapi lama-kelamaan kita bisa akrab,kan? Dan sepanjang yang kuingat, sejak saat itu kau tidak pernah menolak segala bentuk kedekatan kita”. Ada jeda tiga detik yang terasa sangat lama bagiku sebelum akhirnya ia berkata lagi, “Rin-ah..Aku merasa nyaman denganmu, aku ingin kita selalu seperti ini. Jadi, bukankah dengan meresmikan hubungan ini, akan lebih baik untuk kita berdua?”

“Aku.. aku minta maaf Kyu.. aku hanya belum bisa.. aku butuh waktu. Aku minta maaf..” Tanpa diperintah, air mataku mulai menetes. “Maaf aku menyakitimu, Kyu.. kau boleh melepas ini semua, aku tidak ingin menjadi beban untukmu. Aku tidak ingin mempermainkanmu..” Air mata, tolong berhenti. Berhenti! Berhenti!

“Sssh… jangan bicara begitu. Aku yang minta maaf karena selalu memaksamu.. sudah, jangan menangis lagi..aku tidak bisa melihatmu seperti ini Rin..apalagi kau menangis gara-gara aku..” Ia bangkit dari tempatnya duduk di hadapanku, lalu menarikku ke dalam pelukannya. Berada di rengkuhannya membuat dadaku semakin sesak karna mencoba sekuat tenaga untuk menahan isak tangis.
“Aku akan menunggumu sampai kau siap, jangan khawatir..” Kyuhyun mengusap kepalaku dengan sayang.

Aku.. merasa sebagai orang yang sangat egois karena menahannya di sisiku, namun tidak memberikannya kepastian akan status hubungan kami. Aku masih duduk di atas tempat tidur, belum sanggup untuk berdiri. Menangis membuatku kehilangan sebagian besar tenaga. Saat ini, aku hanya bisa mempererat pelukanku di tubuhnya.

“Rin, sudah ya. uljima.. kalau Bin tahu nanti aku akan dilaporkan pada Heechul Hyung.. kau suka ya melihatku babak belur?” Kyuhyun mencoba membuatku tertawa, dan itu berhasil.
“Tidak perlu Heechul Oppa untuk membuatmu babak belur Kyu.. di ruang TV kan masih ada Min..” Jawabku, sambil menghapus sisa air mata.
“Astaga, aku benar-benar melupakannya.. Rin, aku serius, kau harus berhenti menangis sebelum terjadi kekacauan di kamarmu..” Ekpresinya saat mengatakan itu sungguh lucu. Sekarang aku tidak bisa berhenti tersenyum.

Aku memeluknya lagi.

***

Park Min Young’s
Jumat Pagi  –  Kamar Min


Aku terbangun pagi ini dengan perasaan tidak karuan. Sebagian karena rinduku pada ikan kecilku, yang tidak bisa kutemui seharian kemarin karena kesibukannya. Ah bukan, aku bahkan belum bertemu lagi dengannya sejak dia membayar supir bus untuk mengantarku pulang. Dan itu sudah terjadi dua hari yang lalu. Kemarin, Donghae syuting drama dari pagi hingga dini hari, dan melewatkan penampilan terakhir promo album Spy bersama Super Junior di acara musik M!Countdown. Aku memutuskan untuk tidak menunggu di kamarnya tadi malam karena terlalu kesepian, dan menghabiskan malam di flat berbincang dengan Bin.

Hari ini Super Junior akan rekaman untuk program musik lainnya, Music Bank, dan lagi-lagi Donghae akan melewatkannya karena harus menyelesaikan syuting dramanya. Tapi ia akan berangkat bersama-sama dengan para member lainnya yang akan rekaman untuk goodbye stage di KBS. Sebaiknya aku menemui pacarku dulu sebelum mereka berangkat, atau aku akan melewatkan pertemuan kami lagi dan harus merana seharian seperti kemarin. Cepat-cepat aku bangkit dan membuka pintu kamarku yang terletak dekat dengan dapur, berpapasan dengan Rin yang sedang mengambil minum.

“Rin, kau sudah mau pergi kemana sepagi ini?” tanyaku ketika melihatnya sudah rapi. Aku menangkap bayangan menghitam di bawah matanya yang sayu dan sembap, dan dalam hati mengutuk satu-satunya tersangka utama yang membuat sahabatku ini menangis; Kyuhyun. Aku yakin karena aku mendapati Rin bersama Kyu keluar dari kamarnya semalam, dengan mata basah, setelah sebelumnya kami dikejutkan dengan kedatangan Kyu yang tiba-tiba dan mengajak Rin masuk ke kamarnya. Aku hampir saja melompat dan menerjang Kyu saat itu karena berani membuat Rin menangis, kalau saja dua sahabatku tidak cepat-cepat menghalangiku.

“Aku mau ke lantai 11, mau memberikan sesuatu pada Kyuhyun sebelum ia berangkat pagi ini untuk recording Music Bank.” Rin melirikku sekilas. “Kau tidak mau ikut? Atau setidaknya sarapan bersama dengan para member?”
“Aku mau! Aku mau! Kalau begitu aku mandi dulu sekarang.”

“Min,” panggil Rin ketika aku bergegas menyebrangi ruang tengah menuju kamar mandi. “Sebaiknya aku ke bawah duluan ya, karena Kyu pasti belum bangun. Dia akan terlambat kalau tidak kubangunkan.”
“Oke.” Kataku, dan langsung meneruskan langkahku ke kamar mandi. Belum ada tanda-tanda Bin dimana-mana. Pasti ia masih tidur. Aku mengangkat bahu dan berniat akan membangunkannya saat selesai mandi.

***

Ahn Rin Young’s

Paginya, aku terbangun dengan kepala yang masih terasa berat. Mungkin efek menangis semalam. Selepas Kyuhyun pergi, aku masih memikirkan perkataannya, lalu menangis lagi. Kata-katanya terngiang di telingaku. Bahwa ia akan menunggu. Bahwa ia tidak akan memaksakan kehendaknya. Aku merasa sedang menjadi orang yang paling jahat di dunia dengan membiarkannya seperti itu.

Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Aku sadar betul, kejadian di masa lalu itulah yang terasa menghalang-halangiku untuk maju. Memikirkannya saja serasa mengorek luka lama di hatiku, apalagi membicarakannya. Dulu, aku selalu menginginkan seseorang untuk berbagi, untuk mendengarkanku. Namun seiring waktu, aku terbiasa menghindari rasa sakit itu dengan tidak membahasnya, dan aku merasa nyaman.
Seperti hari ini, aku yakin bisa menghindari rasa perih itu dengan beraktivitas seperti biasa. Dua sahabatku, Min dan Bin, ditambah member-member SJ membuat hari-hariku selalu ceria. Tidak dipungkiri, diceritakan atau tidak, kami pasti memiliki masalah masing-masing. Namun kebersamaan dan tindakan-tindakan bodoh yang kami jalani bersama adalah sesuatu yang tidak akan tergantikan.Priceless.

***

Hari masih pagi, bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan diri, tapi aku sudah benar-benar tidak bisa melanjutkan tidur lagi. Aku teringat buku kumpulan soal matematika yang belum sempat kuberikan pada Kyuhyun tadi malam, bahkan menceritakannya saja belum. Aku memutuskan untuk memberikan padanya pagi ini. Setelah mandi dan memberitahu Min, aku langsung turun ke lantai 11 karena Kyuhyun juga harus segera bangun untuk bersiap menjalani recording SPY performancebersama yang lain. Kalau aku tidak salah ingat, hari ini seharusnya giliran Music Bank.

Saat melintas di pintu dorm lantai 12, pintu terbuka diiringi suara berisik. Leeteuk, Donghae, Heechul, Kangin dan Yesung tampak ceria. Aku tersenyum, “Wah..wah.. ada apa ini? Ramai sekali? Tumben kalian bisa seceria ini di pagi hari, OppadeulI? apa kalian sudah mau berangkat?”

Leeteuk, yang pagi ini semangatnya mengalahkan pasukan perang, menjawab. “Rin-aaahh…  tentu saja kami bahagia, kau tahu? Penjualan album repackage kami naik dengan pesat!!” Jawaban Leeteuk tadi langsung ditanggapi dengan antusias oleh para member yang lain, tapi bukan dengan perkataan, melainkan dengan meloncat-loncat kegirangan. Tiba-tiba, seperti sudah direncanakan, mereka saling merangkul,lalu membentuk lingkaran di sekitarku. Meloncat-loncat kegirangan, berputar-putar sambil tertawa. Sedangkan Yesung, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mempraktekkan kembalioctopus dancenya di tengah lingkaran, tepat di sampingku. Aku panik, memandang ke kanan dan ke kiri.

“Omo! Oppa! Oppa! Hentikan.. kalian bisa membangunkan seisi gedung nanti, dan bisa-bisa aku yang dihajar massa, karena tidak akan ada yang tega menghajar kalian..”. Mendengar itu, bukannya berhenti, mereka malah semakin bersemangat melakukan “tarian kemenangan” itu.
Aigoo, aku benar-benar membutuhkanmu di sini,Kyu.

Akhirnya salah satu dari mereka ada yang sadar juga. “eh, eh sudah..berhenti semua. Lihat tuh, wajah Rin sudah pucat begitu.hahaha..” Ah.. sangkaanku salah, Kangin sedang tidak berpihak padaku, malah menggodaku dengan candaannya. Tapi akhirnya mereka berhenti juga. Terima kasih Tuhan!
Oppadeul.. Memangnya harus sepagi ini berangkat? Aku kaget melihat kalian sudah bersemangat pagi-pagi begini..sementara, kurasa Kyu belum bangun” kataku.

Kali ini Yesung mengambil alih untuk menjawab. “Aniyoo.. kami menyusul Wookie ke bawah. Ia bilang kami terlalu rusuh tadi, sehingga ia tidak bisa memasak di sini. Jadi kami akan sarapan di bawah dulu, baru pergi. Kau mau turun juga kan Rin-ah? Kajja, kita turun bersama”. Aku mengiyakan ajakannya. Namun belum sempat melangkah, Heechul bertanya,

“Eh, apa Bin masih tidur, Rin-ah? Sebaiknya aku kesana dulu untuk menyeretnya keluar dari selimut, sebelum aku pergi bertugas”
“Hmm? Ya, memang masih tidur.. yasudah kau bangunkan saja Oppa.. kalau Min sedang mandi tadi”.
Mendengar nama pacarnya disebut, rupanya Donghae tidak mau kalah. Ia langsung manarik-narik lengan Heechul seraya berkata, “Aku juga, aku juga.. Hyung kita kesana bersama, ya?”.
“Aisshh.. anak ini bersemangat sekali, seperti hari pertama masuk TK saja! Yasudah, kajja!” sahut Heechul sambil berjalan menuju flat trio Young.

Setelah itu, member SJ yang tersisa berteriak bersama, “BOLEH KAMI IKUUUT?”  menanggapi candaan para dongsaengnya, Heechul, yang sudah berada di depan pintu flat trio Young bersama Donghae, seketika membalikkan badannya dan hanya mengacungkan sebelah tangannya yang terkepal. Semua langsung lari berhamburan menuju lift.

Sebelum kami benar-benar sampai di depan lift, Leeteuk berteriak lagi, “Jangan lama-lama bermesraan, kita masih harus sarapan bersama di bawah, lalu segera berangkat!”  perkataannya disambut dengan tawa oleh yang lain.

***

Park Min Young’s

Normalnya, aku membutuhkan waktu dua puluh hingga tiga puluh menit untuk mandi pagi. Tapi dengan sedikit keajaiban, pagi ini aku menyelesaikan mandi dalam waktu lima belas menit. Masih jauh dari rekor mandi tercepat Shindong yang konon hanya tujuh belas detik. Aku baru sadar bahwa aku tidak membawa pakaian gantiku ataupun kimono handuk saat masuk kamar mandi tadi. Apa boleh buat, kulilitkan handuk di seputar tubuhku dan berencana menyeberangi ruang tengah menuju kamarku dengan kecepatan kilat. Tapi setelah kupikir-pikir, tidak akan ada orang di dalam flat ini kecuali Bin yang masih tidur, jadi kenapa harus buru-buru?

Aku melangkah keluar dari kamar mandi dalam lilitan handuk yang minim dan langsung membeku di tempat ketika kulihat Donghae sedang berdiri di ujung lorong pintu masuk, menatapku dengan mulut menganga. Dan yang lebih membuatku tercengang, di balik pundaknya kulihat Heechul baru melewati pintu masuk dan sedang melepaskan sepatunya. Setiap detik ia bisa saja mengangkat kepalanya dan melihatku melalui Donghae, hanya dalam balutan handuk.

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~!!!” jeritku sekuat tenaga, yang malah bisa mencuri perhatian semua orang dalam radius 5 meter.
Heechul mendongak, kaget karena jeritanku. Dan Donghae, syukurlah, tampak tersadarkan oleh jeritanku dan dalam sekejap langsung menubrukku, menyelipkan tubuhku ke dalam jaket yang sedang dipakainya. Tidak ada waktu untuk melepaskan jaketnya, jadi sekalian saja tubuhnya yang dipakai untuk menutupi tubuhku dari pandangan Heechul.

“YAA! Ada apa sih?” tanya Heechul, heran karena jeritanku, dan sepertinya tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya.
“Yaa Kim Heechul! Balikkan tubuhmu menghadap tembok sekarang juga!” perintah Donghae keras.
“Waeeeee?” tuntut Heechul.
“Aku tidak pakai baju Oppa, jadi... jadi...”
“MWO??????!!! Aisssshhh... kenapa kau...? Aishh! Ya sudah lah. Sana cepat pergi ke kamarmu!” Heechul tampak kesal ketika berbalik menghadap tembok, dan aku berterima kasih padanya.

“Jangan berani mengintip pacarku, Kim Heechul.” Ancam Donghae.
“Yaa Lee Donghae! Kau meragukan aku?”
“Tunggu ya Oppa, tidak akan lama... sebentar saja... jangan berani-berani berbalik Oppa...” Aku dan Donghae masih dalam pose berpelukan seperti tadi, melangkah pelan-pelan melintasi ruang tengah menuju kamarku. Jika ada yang melihat cara jalan kami yang bagai pinguin kujamin pasti akan mati konyol karena tertawa. Bahkan aku merasa konyol hanya dengan berbalut handuk seperti ini, mendekap Donghae dalam jaketnya sementara lengannya yang kuat memelukku dengan protektif.

Aku menghembuskan napas lega ketika memasuki kamarku, dan menutup pintunya dengan suara pelan. Kutempelkan jari telunjukku di depan bibir ke arah Donghae, menyuruhnya diam dan menunggu beberapa saat. Dan kemudian aku terkikik saat kudengar Heechul yang kubiarkan menghadap tembok lebih lama lagi, berteriak dengan kesal,

“Hey, kenapa tidak ada yang bilang padaku kalau kalian sudah di kamar??? Dasar kalian BOCAH SETAAAN!!” 

~To Be Continued ~

[PREVIEW CHAPTER 8a]

Park Min Young's
Donghae meraih kedua tanganku dan membimbingku duduk di sisi tempat tidurku. “Min-ah, aku tidak pernah menanyakan ini sebelumnya padamu. Tapi setiap kali kau bercerita mengenai keluargamu, kau selalu menyiratkan bahwa kau tidak terlalu akur dengan nenekmu, apakah aku salah?”
Aku memandangnya dengan takjub. Aku tidak pernah menyangka bahwa Donghae akan memerhatikan hal-hal seperti itu, tapi ternyata ia sangat peka. Aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaannya.

Hwang Bin Young's 
"Beb, pagi ini semua member Suju dan trio young diajak sarapan bersama di dorm lantai 11. Sepengetahuanku, mereka semua sudah berkumpul di lantai 11. Jadi saat ini hanya tinggal kita berdua yang belum hadir." Ada jeda sesaat sebelum Heechul melanjutkan kata-katanya. "Mereka juga tahu kalau aku sedang membangunkanmu. Kalau kamu tidak segera bangun, mereka pasti akan berpikir macam-macam tentang kita. Mungkin saat ini mereka telah sepakat untuk menobatkan kita sebagai pasangan porno untuk menggantikan MinHae couple." Heechul berbicara dengan ketenangan luar biasa.

Ahn Rin Young's
Aku menghela napas. “Kau main game sampai pagi lagi ya, anak nakal? Starcraft?” Ia merespon dengan mengangguk-angguk tanpa membuka mata. Aku membungkuk ke arah telinganya, “Kyu.. ayolah, yang lain sudah sarapan lho..” Aku mengelus dan merapikan rambutnya yang jatuh berantakan di dahinya. Kyuhyun membuka matanya setengah. Lalu tanpa kuduga, masih dalam posisi tidur, lengannya merangkul dan menarikku hingga aku nyaris mendarat di atas dadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar