Sabtu, 29 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 8a]

Ahn Rin Young’s
Jumat Pagi - Dorm Super Junior lantai 11

Para member mempersilahkanku untuk masuk paling awal. Dorm lantai 11, seperti biasanya, selalu menghembuskan aura ruangan yang menenangkan, sangat berbeda dengan Dorm lantai 12 yang penuh dengan keributan. Saat melepaskan alas kaki, kami sudah bisa mencium aroma bubur yang nikmat. Aku bermaksud langsung menuju dapur untuk membantu Ryeowook, ketika kulihat seseorang yang tidak asing sedang membaca koran di sofa. Ada segelas kopi yang masih mengepulkan uap panas di meja sebelahnya, sedangkan di kedua telinganya terpasang earphone. Kuduga itu musik Jazz.

“Siwon Oppa?? Aku mengerjap-ngerjap tidak percaya. Ini pemandangan yang sangat langka. Siwon ada disini. Di dorm Super Junior!
“Siwonnieeeeee….” Teriak Leeteuk, Yesung dan Kangin hampir berbarengan. Memang sudah cukup lama  para member tidak bertemu “pangeran” yang satu ini. Jangankan di dorm, Siwon juga tidak hadir di beberapa acara yang dihadiri Super Junior karena sakit. Mendengar teriakan para member, ia mendongak dengan tenang, melepas earphone dari telinganya, lalu mengangkat tiga jarinya sambil berkata,

“Pagi..”. Hanya satu kata. Tapi aku yakin, dengan ekspresinya yang seperti itu, dapat meruntuhkan pertahanan ratusan wanita hanya dalam sekali senyum. Oppa yang satu ini, segala gerak geriknya selalu terlihat seperti sebuah iklan sebuah produk eksklusif bagiku. Min dan Bin juga sependapat dengan itu. Tanpa perlu berusaha keras, seorang Siwon akan dengan mudah terlihat begitu menawan. Namun ketenangannya tidak dapat bertahan lama. Yah..apa lagi kalau bukan gara-gara serbuan para Hyungnya..

“Kau sudah baikan, Oppa?” tanyaku pada Siwon yang masih dipeluk, ditepuk-tepuk pundaknya, bahkan ditindih oleh Hyung-Hyungnya.
“Baik, Rin-ah.. Aku—aakh.. merasa fit hari ini. Makanya aku memutuskan kesini agar..—akkh,sakit Hyung! nanti bisa berangkat bersama yang lain. Aku.. entah bagaimana, rindu suasana ribut disini—aakkhh Hyung, hentikan!!”.  Ia tersenyum padaku sambil sesekali meringis menahan sakit akibat “serangan” Hyung-Hyungnya.

“Baguslah Oppa,aku senang kau sudah sehat. Kurasa yang lain sudah butuh asupan kebijaksanaan darimu. dan.. senang juga melihatmu disini, Oppa.. jadi ada pemandangan lain..” Aku tersenyum penuh arti.
“Eyy~ apa maksudnya itu? Jadi kau bosan dengan kami?” Yesung seketika menghentikan “serangan”nya terhadap Siwon. Aku memasang ekspresi polos.
“Apa? apa sih? Memang aku bicara apa tadi?” Lalu secepatnya melarikan diri ke dapur sebelum dihujani protes oleh yang lain, sambil masih berusaha menahan tawa.

Ternyata, selain ada Ryeowook, Sungmin juga ada di dapur. Dan satu lagi kejutan untukku pagi ini, ternyata Shindong juga ada disini! Aku menyebut kejadian ini sebagai full-team, hal yang sangat jarang terjadi. Tapi ternyata masakannya sudah selesai, jadi mereka bertiga sepakat menyuruhku membangunkan Kyuhyun saja. Dengan senang hati, Oppa!

***

Park Min Young’s
Flat Trio Young

Aku begitu gembira bertemu dengan Donghae, sampai-sampai tidak peduli bahwa aku baru bertemu dengannya dengan keadaan tubuhku hanya dililit handuk. Ia menceramahiku panjang lebar karena kecerobohanku yang bisa saja menyebabkan tereksposnya tubuhku di hadapan orang lain. Aku menerima saja omelannya tanpa benar-benar memasukannya dalam otakku. Fokus utamaku pagi ini adalah memeluk Donghaeku erat-erat, dan itu sudah kami lakukan, dengan cara dan kostum yang tidak biasa pula. Bisa dipeluk seerat itu oleh Donghae, aku tidak akan menolaknya dalam keadaan apapun. Jadi aku tidak akan repot-repot menyesali kelalaianku karena tidak membawa baju ganti saat mandi.

Aku masih tersenyum gembira saat selesai memakai pakaianku dan merapikan rambutku meski diiringi oleh serangkaian gerutuan Donghae. Kuputuskan untuk mengecup pipinya secara diam-diam, saat ia sedang sibuk menceramahiku sambil berjalan bolak balik di kamarku. Chu~

Donghae berhenti mondar-mandir. Wajahnya mulai bersemu merah ketika aku melanjutkan dengan mengecup bibirnya sekilas. “Ini untuk terimakasihku dua hari yang lalu. Kau memang pahlawanku, pangeranku, ikan kecilku...” rayuku.
“Dua hari yang lalu?”
“Kau membayar supir bus untuk mengantarku pulang.” Aku mengingatkannya.
“Ah iya. Aku sangat kaget menemukanmu disana, diantara kerumunan fans. Tidak biasanya kau tiba-tiba datang tanpa memberitahuku sebelumnya. Tapi aku berterima kasih juga untuk makan siangnya yang luar biasa. Kurasa bukan buatanmu sendiri?” Donghae menarikku ke dalam pelukannya sambil menaikkan sebelah alis matanya.

Aku tergelak. “Ya Tuhan, tentu saja bukan. Yah, memang aku berusaha untuk membuatnya sendiri, tapi lalu menimbulkan insiden kecil sehingga membuat Hyukjae, Ryeowook dan ahjumma batuk-batuk karena aroma bubuk cabe. Lalu Hyukjae, si ikan teri itu, melarangku untuk menyentuh masakan untukmu, dan akhirnya Ryeowook dan ahjumma yang menyelesaikannya berdua.”

“Hmm, insiden ‘kecil’ ya? Sepertinya bukan begitu saat Hyukjae kemarin menyebut-nyebut tentang bubuk cabe dan matanya yang memerah. Ditambah, Heechul Hyung menceritakannya seolah-olah terjadi ledakan gas air mata di dorm. Meskipun demikian, aku berterima kasih... dan kalau kau mengucapkan terima kasih dengan kecupan, bagaimana kau ingin aku berterima kasih padamu?”
Aku menyipitkan mata menatapnya, pura-pura berpikir. “Mungkin dengan cara—”

Donghae menciumku,melumat bibirku tanpa ampun, menghentikan apapun yang tadinya akan kukatakan. Sekarang, segalanya telah kulupakan. Yang kutahu hanya rasa bibirnya di bibirku, rasa telapak tangannya mengusap lembut kedua pipiku, dan rasa otot bisepnya yang berada di bawah telapak tanganku. Ya Tuhan...

“Hae... kita masih harus... berkumpul di lantai... mmmh, lantai mana yah itu...” ujarku sedih sambil mencoba menarik diri dari ciumannya.
“Tapi aku sudah sangat merindukanmu...” rengeknya. “Biarkan saja mereka menunggu.”
“Aku juga... tapi kalau kita tidak segera kesana, mereka yang akan menerobos masuk kesini.”
Donghae menyandarkan dahinya di pundakku, mengatur napasnya. Aku mengusap tengkuknya dengan lembut. “Baiklah... kajja.” Katanya dengan nada menyerah.

Aku menarik tangannya sesaat kemudian, tepat sebelum ia meraih pintu kamarku. Donghae berbalik dan memandangku dengan pandangan bertanya. “Aku, umm... ada alasan tertentu yang mendorongku untuk pergi menemuimu siang itu. Aku... akan pulang ke Indonesia.”
Donghae menyerap kata-kataku dengan perlahan. “Mwo? Kapan?”

“Sekitar bulan depan.”
“Kenapa mendadak kau ingin pulang?”
“Umm, nenekku ulang tahun bulan depan. Dan aku diminta untuk hadir.”
Ada jeda yang cukup panjang sebelum Donghae merespon pernyataanku. “Untuk berapa lama?”
“Aku... belum tahu.”

Donghae meraih kedua tanganku dan membimbingku duduk di sisi tempat tidurku. “Min-ah, aku tidak pernah menanyakan ini sebelumnya padamu. Tapi setiap kali kau bercerita mengenai keluargamu, kau selalu menyiratkan bahwa kau tidak terlalu akur dengan nenekmu, apakah aku salah?”
Aku memandangnya dengan takjub. Aku tidak pernah menyangka bahwa Donghae akan memerhatikan hal-hal seperti itu, tapi ternyata ia sangat peka. Aku menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaannya.

“Lalu, kenapa kau tidak berterus terang sebelumnya? Ada apa sebenarnya antara kau dan nenekmu?”
“Hae, aku rasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk—”
“Lalu kapan waktu yang tepat?” nada suara Donghae agak meninggi sedikit.

Aku menggigit bibir bawahku, memikirkan apa yang sebaiknya aku katakan supaya Donghae tidak salah paham. “Begini, Hae baby, hubunganku dengan nenekku agak sedikit... kompleks. Nenekku tidak pernah sayang padaku, sejak kecil, jauh sebelum aku mengetahui bahwa aku bukan cucu kandungnya Ia selalu memandangku dengan sebelah mata, menyingkirkanku dan mencintai sepupuku, cucu kandungnya. Aku tidak pernah tahu bahwa ia sangat mengagungkan keturunannya sendiri, menganggapku hanya sebagai orang lain, pengganggu dalam garis keturunannya. Dan itu melukaiku, lebih dalam dari yang aku bayangkan.” Aku mengernyit menahan sakit hatiku. Tidak mudah meringkas semua kenangan pahit ini dalam beberapa kalimat sederhana, karena rasa sakitnya tidak sesederhana itu. Tapi aku tidak melihat ada gunanya membeberkan semua kejadian yang kuterima akibat perbuatan nenekku pada Donghae saat ini. Hal itu hanya akan merusak mood kami berdua sepanjang hari.

“Kenapa kau tidak berterus terang padaku?”
“Karena aku pikir kami sudah tidak ada hubungan lagi. Aku sudah mengetahui garis keturunanku sendiri, dan keluarga biologisku menerimaku dan mencintaiku. Aku tidak mau dekat-dekat dengannya lagi.”
“Lalu kenapa ia memintamu untuk hadir...?”

“Untuk itulah aku pulang, aku ingin tahu apa maunya. Karena aku yakin, ia bukan sekedar menginginkan aku untuk hadir di acara ulang tahunnya. Kalau aku tidak pulang, ia hanya akan menggangguku lagi di lain waktu.” Aku menghela napas. “Apa kau akan baik-baik saja kalau kutinggal sementara waktu?”
Donghae menggeleng seperti anak kecil yang merajuk. “Aku akan merindukanmu.”

“Aku juga, pasti. Tapi kepulanganku kan masih lama. Tidak usah dipikirkan dari sekarang.”
“Apa kau akan baik-baik saja kembali bertemu dengan nenekmu lagi?” Donghae menatapku dengan cemas.
“Hmm. Aku akan menguatkan diriku. Kau jangan mengkhawatirkan aku ya.” Aku mencium pipinya, bangkit sambil menariknya keluar kamar dan mendapati pasangan BinChul belum juga keluar dari kamar. Akhirnya atas informasi dari Donghae mengenai keberadaan para member, aku dan Donghae memutuskan untuk turun ke lantai 11 lebih dulu dan meninggalkan pasangan itu.

***

Hwang Bin Young’s
Kamar Bin

Hari ini aku berniat untuk bangun siang. Kemarin aku menghabiskan waktu bergosip dengan Min unnie. Kemudian, aku begadang sampai pagi karena harus mengerjakan tugas kuliah. Lumayan, setelah konsultasi dengan Min unnie, aku jadi mendapat pencerahan, makanya semalam aku semangat mengerjakan tugas sampai selesai. Padahal deadlinenya masih minggu depan.

Aku tidak menyadari ada yang masuk ke kamarku disaat aku sedang tertidur pulas. Tiba-tiba aku merasakan ada sentuhan lembut dipipiku dan ketika aku membuka mata, Heechul sedang membelai pipiku dengan punggung jari telunjuknya.

"Selamat pagi baby." Ia tersenyum kemudian mulai menciumiku dari dahi, ke mataku, hidungku, lalu pipiku, daguku, dan terakhir di bibirku.
"Pagi baby." Aku hanya membalasnya dengan senyuman lalu sedetik kemudian sudah kembali terlelap. Strategi pertama Heechul gagal.
"Bangun beb, kamu ada kuliah kan nanti?" Aku tidak sanggup menjawabnya karena masih mengantuk. "Ooorrzz...apa yang harus aku lakukan untuk membangunkanmu??? Berpikir Heechul...ayo berpikir...!!!" Heechul berjalan mondar-mandir di kamarku. "Baby, ada film Up!. Kamu nggak mau nonton? Yah, udah mau selesai tuh filmnya." Strategi Heechul yang kedua.

"Jangan bohong deh beb, aku sudah check jadwal dari semalam, hari ini tidak ada film kartun." Lumayan, strategi kedua Heechul bisa bikin aku bersuara. Walaupun setelah itu aku tidur lagi dan mengubah posisi tidurku membelakanginya.
Beberapa menit kemudian, Heechul berbaring di kasurku. Ia merapatkan tubuhnya ke tubuhku lalu memelukku dari belakang. Aku merasakan hembusan hangat napasnya mengenai tengkuk leherku. Pelukannya, hembusan napasnya, aroma tubuhnya, membuatku semakin nyaman. Siapapun yang diperlakukan seperti ini oleh pasangannya, bisa dipastikan tidak akan rela bangun dari tempat tidur.

Heechul mempererat pelukannya di tubuhku dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menopang kepalanya. Ia pun mulai membisikkan sesuatu ditelingaku. "Beb, pagi ini semua member Suju dan trio young diajak sarapan bersama di dorm lantai 11. Sepengetahuanku, mereka semua sudah berkumpul di lantai 11. Jadi saat ini hanya tinggal kita berdua yang belum hadir." Ada jeda sesaat sebelum Heechul melanjutkan kata-katanya. "Mereka juga tahu kalau aku sedang membangunkanmu. Kalau kamu tidak segera bangun, mereka pasti akan berpikir macam-macam tentang kita. Mungkin saat ini mereka telah sepakat untuk menobatkan kita sebagai pasangan porno untuk menggantikan MinHae couple." Heechul berbicara dengan ketenangan luar biasa.

Aku langsung tersadar dari tidurku saat mendengar istilah "pasangan porno". Entah kenapa, kata-kata itu terdengar nyaring ditelingaku. Padahal Heechul berbicara dengan sangat lembut, walaupun aku tahu itu kelembutan palsu. Anehnya, dari banyak kata yang Heechul ucapkan, hanya ada dua kata yang masuk ke telingaku yaitu "pasangan porno".

"Lihat, aku berhasil kan membuatmu sadar seratus persen!" Wajahnya terlihat puas saat posisiku menghadapnya.
"Uuuuhhhh...baby, jadi kamu cuma ngerjain aku aja ya?"
"Aku nggak ngerjain kamu kok beiby, kita beneran sudah ditunggu di dorm lantai 11. Sekarang kamu mandi ya. Tapi kalau kamu ingin menyandang gelar baru untuk kita...." Heechul menaikan alisnya sambil tersenyum jahil.

"Aaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk...aku tidak mau image anak-anakku ternoda. Okeh...okeh...aku mandi sekarang. Tapi gendong...!!!" Aku mengulurkan kedua tanganku ke hadapan Heechul.
"Sudah kuduga kamu akan minta digendong." Heechul turun dari kasur dan berdiri menghadapku. Aku juga langsung berdiri di atas kasur menghadapnya.
"Oiya, aku belum membalas ucapan selamat pagi untukmu dengan baik tadi." Aku masih berada di atas kasur dengan posisi berdiri sambil menghadapnya. "Selamat pagi baby." Aku merangkulkan kedua tanganku dilehernya, merapatkan tubuhku ke tubuhnya, kemudian melingkarkan kedua kakiku di pinggangnya, yang dilanjutkan dengan serangkaian ciuman di wajahnya.

"Sekarang waktunya kamu mandi." Aku masih menikmati berada digendongannya, rasanya seperti kembali ke masa anak-anak kalau digendong begini. Sampai di depan kamar mandi, aku makin mempererat pelukanku dan menyandarkan kepalaku dibahunya. "Kamu mandi dulu ya baby. Nanti aku pilihin baju untuk kamu, soalnya kamu milih baju saja bisa dua jam sendiri." Ucapannya diakhiri dengan ciuman dibahuku.
"Aaaaaahhhhh...Aku masih pengen digendong." Rengekku.
"Aku janji akan lebih sering melakukannya." Aku turun dari gendongannya dan melangkah masuk ke kamar mandi. Heechul masih menungguku di depan kamar mandi untuk memastikan pintunya terkunci.

***

Ahn Rin Young’s
Dorm Super Junior Lantai 11

Suasana kamar masih gelap dan Kyuhyun masih terbungkus selimut sampai ke dagunya. Dadanya naik turun dengan teratur. Lihat, polos sekali dia. Kalau melihatnya seperti ini, akupun sulit percaya kalau kelakuannya bisa sekejam iblis pada semua Hyungnya.  Banyak yang mengira jika gaya tidur Kyuhyun adalah gaya yang berantakan, yah.. memang terkadang begitu. Namun inilah yang terjadi jika ia sedang sangat kelelahan, tidurnya jadi tenang.
Aku memutuskan untuk terlebih dahulu membuka tirai dan mematikan AC. Merasakan ada cahaya yang mengganggu matanya, Kyuhyun mengerang. Aku duduk di sisi tempat tidurnya.

“Kyu..” Aku mengusap pipinya dengan ibu jariku, mencoba membangunkannya dengan perlahan.
“Hmmm?” Ia tidak membuka matanya.
“Ayo bangun, kalian kan ada recording pagi ini. Yang lain sudah berkumpul di luar..”
“Nggghh…” ia menggeliat, masih tidak membuka mata.

Aku menghela napas. “Kau main game sampai pagi lagi ya, anak nakal? Starcraft?” Ia merespon dengan mengangguk-angguk tanpa membuka mata. Aku membungkuk ke arah telinganya, “Kyu.. ayolah, yang lain sudah sarapan lho..” Aku mengelus dan merapikan rambutnya yang jatuh berantakan di dahinya. Kyuhyun membuka matanya setengah. Lalu tanpa kuduga, masih dalam posisi tidur, lengannya merangkul dan menarikku hingga aku nyaris mendarat di atas dadanya.

DEG!  

Terlalu dekat! Aku mencoba mengatasi debar di jantungku sendiri.
Harus. Segera. Menjauh.

“Sebentar lagi yaa..” katanya memohon. Masih menahanku pada posisi itu, Ia kembali terpejam sambil tersenyum lebar.
Baiklah. Aku harus mengingatkan diriku sendiri untuk terus bernapas.  Aku melepaskan diri dari rangkulannya dengan satu sentakan kecil, lalu membawa buku kumpulan soal matematika ke hadapannya. “Kyu..lihat, aku bawakan apa untukmu?” Kataku, masih sambil berusaha mengatur napas.

“Hmm? Apa?” Akhirnya ia membuka mata secara utuh dan saat menyadari apa yang kubawa, Ia langsung bangun, mengubah posisi menjadi duduk. “Waa, aku belum punya yang ini!” dari yang kulihat, ia menatap dan membolak-balik buku itu dengan mata berbinar -meskipun masih mengantuk- bagaikan menang lotere. “Gomawo, Rin-aaah. Jeongmal gomawo! Kau perhatian sekali”.

Aku tidak tahu orang bisa sebahagia ini hanya karna buku matematika. Tapi aku senang melihatnya gembira seperti itu. “Cheomaneyo.. aku langsung teringat padamu saat melihat buku itu. Tapi jangan suruh aku mengerjakan lagi ya Kyuu?” Pintaku dengan memelas.
Ia tertawa dengan mengantuk.  “hmm.. Kata kuncinya?”

“Kata kunci apa?” Sahutku bingung.
“Sebutkan kata kuncinya agar aku tidak memaksamu mengerjakan ini”. Katanya sambil mengangkat buku matematika tadi.
“Hm? Je..bal?” Jawabku asal. Aku benar-benar tidak tahu. “Permainan” ini belum pernah kami lakukan sebelumnya.
“Yah..itu boleh. Tapi belum tepat..”
“Lalu apa dong?” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Kyuhyun tersenyum penuh arti. “Saranghae... Ia mengacak rambutku sambil tersenyum, langsung berdiri dan menuju kamar mandi.

Kata kuncinya..Saranghae? Aku sungguh tidak bisa untuk tidak tersenyum. Itu tadi kali pertama ia mengatakannya padaku secara lugas dan aku yakin, yang tadi itu bukan sekedar candaannya. Lalu aku tersadar, karena tidak ingin memaksaku menjawab apapun, ia langsung pergi setelah mengatakannya. Manis sekali.

Dan sekali lagi, Aku merasa sangat jahat padanya.

***

Hwang Bin Young’s
Flat Trio Youngs

Setelah aku selesai berpakaian, Heechul menceritakan tentang kehebohan pagi tadi di flat Trio Young. Tidak lain dan tidak bukan pelakunya adalah Min unnie. Menurut cerita Heechul, Min unnie sepertinya baru selesai mandi dan sedang menuju ke kamarnya saat Hae Oppa dan Heechul datang ke flat. Lalu saat Heechul sedang melepaskan sepatu, tiba-tiba ia mendengar jeritan Min unnie. Ketika ingin melihat apa yang terjadi, Hae Oppa melarangnya. Singkat cerita, Min unnie keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk dan itu hampir dilihat oleh Heechul.

Awalnya aku terkejut dan hampir marah. Tidak, aku tidak marah dengan Min unnie. Itu bukan salahnya. Ini kan flat Trio Young, jadi ia bebas melakukan
apapun. Tetapi, aku kesal dengan Heechul, walaupun tidak tahu kenapa aku malah kesal dengannya. Heechul kan juga tidak bisa disalahkan, mana ia tahu kalau akan ada kejadian seperti itu di flat tadi.

Namun, aku teringat kejadian kemarin. Saat aku menemukan Yesung Oppa hanya memakai handuk. Malah aku melihatnya walaupun hanya dari belakang. Rasanya tidak adil kalau aku marah pada Heechul yang dari ceritanya ia tidak melihat Min unnie sama sekali. Sedangkan aku yang melihat Yesung Oppa, sampai detik ini masih menutup rapat mulutku untuk tidak memberi tahunya. Anggap saja skor aku dan Heechul sama saat ini. Jadi aku tidak boleh protes apalagi marah.

Sekarang tinggal bagaimana caranya membuat Heechul tutup mulut. Ketika kami sampai di dorm lantai 11, Heechul pasti akan mengungkit tragedi tadi pagi di depan semua member. Ia akan melebih-lebihkan ceritanya supaya terdengar menarik dan menyebabkan keributan di sana. Kalau sampai cerita ini membuat Yesung Oppa menceritakan kejadian kemarin, Heechul pasti akan malu. Karena ia bermaksud meledek Min unnie, tapi pacarnya berada di situasi yang lebih parah. Atau Heechul akan murka karena aku menemukan Yesung Oppa yang hanya memakai handuk.

"Baby, kamu sudah siap kan? Ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar." Heechul menggeretku keluar flat.
Aku hanya bisa pasrah..

~To be continued~

PREVIEW CHAPTER 8b

Park Min Young's
“Yaa Hae! Aku bersumpah sebelum bertemu dengan Min kau bertingkah sedikit lebih dewasa daripada ini. Sekarang ini kau seperti kembali ke masa bayi, minta disuapi dan tidak ingin berpisah dengan Min.” Heechul menyela pembicaraan kami.

Hwang Bin Young's
“Hey, kenapa wajahmu seperti itu, My Chul? Kamu terlihat sangat menyeramkan.” Aku menusuk-nusuk pipinya dengan jari telunjukku.
“Bagaimana aku tidak kesal, cerita Rin barusan bikin emosiku hampir meledak. Sebenarnya, aku jadi emosi melihat reaksi Kyu. Kenapa dia bisa setenang itu mendengar Rin diikuti pria misterius??” Heechul mulai berapi-api.

Ahn Rin Young's
“Oppa, sepertinya kulitmu sudah kembali lagi ke warna asalnya ya?”. Aku mencoba mengingat segelap apa kulitnya saat terakhir kali aku bertemu dengannya. Kulit Siwon memang menggelap saat syuting drama terbarunya dan sejak itu Ia dijuluki coffee.
Ia memandangi kedua lengannya. “Ini?,  aku memang sengaja. Kemarin saat bed rest, aku benar-benar tidak keluar rumah. Jadi kulitku kembali lagi..” Aku menangkap nada bangga dalam suaranya,tapi lalu ekspresinya berubah serius, “Memangnya waktu itu aku benar-benar mirip kopi ya Rin?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar