Sabtu, 08 Desember 2012

Sexy Free and Single [CHAPTER 2]


Ahn Rin Young’s

Selasa pagi – Flat Trio Young

 

Aku terbangun karena suara ‘gedebuk’ dan ‘aww’ yang sudah sangat ku kenal.  Pasti Minyoung lagi, pikirku sambil perlahan membuka mata dan melakukan gerakan stretching untuk melemaskan otot-otot yang kaku seusai tidur. Aku melirik jam dinding bergambar manusia paprika hijau pemberian Kyuhyun; jam delapan lewat tiga puluh menit. Aku yakin, Min -sapaan akrab Minyoung-, sedang terburu-buru berangkat kuliah. Kalau sudah bermalam dikamar Donghae –pacarnya-, Min pasti terlalu malas beranjak dari tempat tidur dan berakhir dengan serentetan kerusuhan-pagi-hari di flat kami.

Aku mengambil agenda harian di laci sebelah tempat tidur, memastikan kegiatan hari ini. hmm kelas sore ini dibatalkan sampai lusa. Hanya ada janji dengan Ryeowook untuk belajar sebuah resep yang telah ia janjikan. Mungkin sebaiknya aku pergi belanja kebutuhan dapur nanti sore. Stoknya mulai menipis. Aku menambahkan kalimat “Belanja Kebutuhan Dapur” di agenda.

Nama Koreaku Ahn Rin Young, tapi panggil saja aku Rin. Sudah setahun aku dan Min bergabung dengan Hwang Bin Young, atau Bin, di flat lantai 12 sebelah dorm Super Junior. Kami langsung cocok satu sama lain, dan merupakan kebetulan yang menyenangkan, karena kami bertiga memiliki nama yang sangat mirip, meskipun namaku dan Min hanya merupakan hasil translasi dari nama Indonesia kami. Ahn Rin Young, Park Min Young dan Hwang Bin Young. Kami menyebutnya Trio Young.

Aku mengenal Min sudah lebih dari 10 tahun, sejak kami duduk di bangku SMP. Selama itulah aku tahu ia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tuanya, yang belakangan kami tahu ternyata hanya orang tua angkatnya. Tiga tahun yang lalu, kami dikejutkan dengan berita bahwa Min memiliki saudara kembar yang merupakan salah satu member Super Junior, Cho Kyuhyun. Kau tahu? Bintang pop terkenal dari Korea! Sejak saat itu, aku beberapa kali menemani Min untuk mengunjungi keluarga biologisnya. Disanalah aku mengenal para member Super Junior yang ternyata, sangat ramah dan kekeluargaan.

Setelah Min membulatkan tekad untuk pindah dan melanjutkan pendidikan masternya ke Korea -dekat dengan keluarga biologisnya-, akupun memutuskan untuk kembali menemaninya melalui masa transisi selama awal kepindahannya, karena Min tidak pernah benar-benar jauh dari orang tua yang selama ini membesarkannya. Waktu itu, kami baru saja selesai  kuliah, meraih gelar sarjana dan sedang mengurus bisnis kami yang bergerak di bidang PR consultant. Setelah merasa bisnis ini sudah cukup stabil dan bisa diserahkan kepada pemegang saham yang lain, Min-pun merasa saat itu adalah waktu yang tepat untuk melanjutkan kuliahnya.

Kamipun akhirnya berangkat setahun lalu dari Indonesia dengan perasaan yang luar biasa excited. Meskipun, jauh di dasar hati aku menyimpan sebuah perasaan lain. Sebuah beban yang rasanya harus segera kulepaskan dari atas pundakku. Pada saat itu, Aku hanya ingin secepatnya meninggalkan Indonesia. Beruntung, di sini kami bertemu Bin, adik lain ayah dari Donghae yang juga merupakan pacar salah satu member SJ, Heechul. Bin menawari kami untuk tinggal bersama di flatnya. Tentu saja tawaran ini kami sambut dengan suka cita. Dengan ini kami bisa berinteraksi dengan para member SJ dengan tenang,jauh dari pantauan fans-fans fanatiknya. Selain itu, kami memang harus sangat hati-hati menjaga cerita-cerita yang tidak seharusnya menjadi santapan publik.

Lalu, entah bagaimana, aku yang pada awalnya tidak memiliki kepentingan apa-apa dengan segala urusan super junior ini, menjadi sangat betah tinggal di Korea. Bahkan,akhirnya akupun memutuskan untuk  menetap disini, termasuk mentranslasi  namaku ke nama Korea agar mempermudah komunikasi, sekaligus mendapatkan kehidupan baru disini. Bukan hanya karena sambutan hangat dari keluarga besar Super Junior yang membuatku merasa memiliki hubungan darah dengan mereka, namun juga untuk membantuku melupakan masa lalu, yang rasanya tidak perlu kuingat lagi. Ini semua jauh dari khayalan tergilaku sekalipun. Namun nyatanya, jalan hidup benar-benar membawa kami untuk menikmati kedekatan dengan bintang besar sekelas Super Junior!

Pertemuan Min dengan keluarga biologisnya juga membawa perubahan besar di hidupku. Saat ini, bisa dikatakan bahwa aku memiliki kedekatan khusus dengan Cho Kyuhyun, si Evil-Maknae di Super Junior, kembaran Min. Siapa yang menyangka? Akupun tidak. Kedekatan kami mengalir dengan sangat natural. Aku, yang saat itu tidak berpikir sama sekali soal membangun hubungan dengan pria manapun, tiba-tiba merasa nyaman dan aman jika berada di dekatnya.

Anyway, baik kedua sahabatku, maupun para member Super Junior sebetulnya tidak perlu repot-repot menyebut kami sebagai “pasangan berpacaran alaangel and demon”, karna toh memang tidak, atau setidaknya belum? Entahlah, hubungan kami memang seperti itu. Aku memilih untuk menjalaninya seperti ini saja, untuk satu alasan yang tidak pernah kuungkapkan pada siapapun.

Sejak aku dan Kyuhyun saling mengenal, semua member SJ -tidak terkecuali kedua sahabatku- mengaku dibuat takjub melihat kami berdua bisa sangat cocok, karena karakter kami yang sangat jauh berbeda. Perlu diulang sekali lagi? ya, angel and demon. Malaikat dan iblis. Tidak perlu kujelaskan lebih lanjut,kan? Yang jelas kami tidak berpacaran. Mungkin, persahabatanku dengan Min yang karakternya persis Kyuhyun, sudah memberiku banyak pengalaman. Jika aku bisa bersahabat dengan Min sejak lama, maka rasanya tidak aneh kalau akupun bisa merasa cocok dengan evil kembarannya itu.

***

Tepat pada saat Iphoneku mengeluarkan bunyi beep, pintu kamar dibuka dengan terburu-buru.

“Miss Ahn Rin Young, Rin-ah, baby, aku berangkat dulu ya. Aduh, buru-buru nih. Pacarmu si Kyuhyun itu sudah marah-marah dari tadi menyuruhku cepat-cepat”. Ucap Min seraya meresleting tas kuliahnya. Belum sempat aku protes dengan kata “pacaran” yang diucapkan Min, tiba-tiba Bin keluar dari selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

“Astaga Min Unnie.. berisik sekalii… aku masih ngantuuuuk…” Rengek Bin dengan aegyonya. Melihat adegan tadi, Min kaget. Tidak menyangka Bin tidur di sebelahku.

“Lho, kau tidur dikamar sini? Bin-ah, mianhaee.. aku tidak tahu. Aku pikir kau di kamarmu. Tadinya aku memang tidak ingin mengganggumu makanya aku langsung ke kamar Rin. Yasudah, aku berangkat ya.. annyeong!”

Annyeong!” jawabku dan Bin serempak. Min lalu bergegas menutup pintu dan pergi kuliah.

Bin mengernyit kearah jam dinding, mencoba fokus melihat angka yang ditunjuk kedua jarum jam. “Rin Unnie, kau sudah berjanji menemani aku nonton Barbie di tv  pagi ini. Nanti bangunkan aku lagi jam 9 kurang 5 ya. Filmnya mulai jam 9. Aku mau tidur sebentar lagi saja”.

Aku tersenyum maklum melihat kelakuannya yang seperti anak kecil. Anak ini hanya satu tahun lebih muda dariku dan Min, tapi kelakuannya tidak lebih dewasa dari bocah lima tahun. Persis seperti kakaknya, Donghae. “Nee,tapi tidak bisa lama. Wookie janji padaku akan mengajarkan sebuah  resep. Aku harus cepat sebelum  ia berangkat syuting”. Bin hanya mengangguk mendengar jawabanku. Tidak butuh waktu lama sampai ia kembali tertidur pulas.

Teringat sms masuk yang belum sempat kubaca, aku mengambil Iphone-ku meja sebelah tempat tidur. Dari Kyuhyun.

Rin-ah.. aku harus segera berangkat ke kampus. Maaf tidak berpamitan langsung denganmu. Aku malas..tunggu, jangan salah paham
dulu! Hubunganku dengan Min sedang buruk,jadi aku malas bertemu lagi denganya diatas. kekeke~ *bercanda* Teuk Hyung menyuruhku segera berangkat. Katanya nanti dia yang akan mengantar Min. Baiklah, aku akan langsung ke flatmu sepulang kuliah nanti. Aku rindu… masakanmu.. :p Sukses ya belajar resepnya, hati-hati dengan jarimu yang terkena pisau kemarin. Ganti plesternya dengan plester yang ada obatnya saja, sudah kusiapkan di kamarku. Sampai jumpa~^^ 

Manis. Selalu seperti itu Kyuhyun padaku. Hal ini seringkali jadi bahan perdebatan para member SJ yang lain. Mereka bilang, tidak mungkin aku bisa cocok dengan Kyuhyun yang sifatnya sekejam iblis itu. Saat kubilang ia selalu manis padaku, mereka semua melongo, lalu tertawa. Katanya, membayangkan Kyuhyun bersikap manis saja sangat susah. Lalu mereka bilang, Rin-ah.. hanya kau yang bisa menjinakkannya, atau kalimat lain semacam itu. Aku tersenyum saja, nyatanya ia memang selalu bersikap manis padaku. Apa yang harus kuributkan?

Namun ada satu orang yang sama sekali tidak terima jika Kyuhyun diakui sebagai “pria manis”. Siapa lagi kalau bukan Heechul, Evil Senior kami. Bin mengatakan padaku, pacarnya itu tidak terima jika “kaki tangannya” di dunia per-iblis-an bisa bersikap manis. Katanya, Heechul merasa gagal mendidik Kyuhyun menjadi kaki tangan iblis. Ada-ada saja.

Aku menekan tombol Reply dan membalas pesan dari Kyuhyun.

Kau merindukan masakanku, K? Baiklah kalau begitu nanti aku masak yang banyak dan kusimpan di dorm lantai 11 saja agar kau tidak perlu mampir ke flatku, kau kan hanya merindukan masakanku, kkk~ :p Kau juga hati-hati, jangan sampai lupa lagi meminum suplemennya. Soal jariku, sudah jauh lebih baik, Terima kasih sudah menyiapkan plester,aku akan mengambilnya nanti :)

Tidak sampai 1 menit berselang, Kyuhyun membalas lagi,

Jangan begitu.. kau pasti tahu, bukan hanya masakanmu yang kurindukan ;) Arasso, Miss Ahn Rin Young. Suplemen sudah ada di tasku. Byebyee~^^

 ***

Setelah mandi dan memenuhi janjiku untuk menemani Bin menonton Barbie sambil sarapan, akupun segera berpamitan padanya, “Bin.. baby, aku harus segera ke sebelah, kau tidak mau ikut? Wookie pasti senang kau ajak nonton bersama”

“Aduh Unnie, yang kutahu Wookie Oppa sudah nonton film Barbie yang ini beberapa kali, hmm sama sih, aku juga sudah menonton setidaknya 7 kali.hehehe.. Lagipula dia akan sibuk mengajarimu dan My Chul juga sudah pergi bertugas, baru saja dia mengirim pesan padaku. Aku malas ah.. disana pasti ramai, aku perlu konsentrasi menonton”.

Ah, tentu Heechul sudah berangkat pagi-pagi begini, ia kan sedang dalam masa wajib militer. Meski hanya golongan 4, tetap saja merupakan tugas yang tidak boleh disepelekan. Namun beruntung bagi Bin, karena Heechul tetap tinggal di dorm, maka mereka masih dapat bertemu setiap hari.

Aku tertawa. “Wah, apa kau sudah mulai tertular Heechul Oppa, tidak suka tempat-tempat crowded?”
“Yah.. mungkin saja. Tapi kalau Disneyland, seramai apapun aku akan tetap kesana. Hehehe.. My Chul mau tidak ya kuajak ke Disneyland? Ah, iklannya sudah selesai!” Bin langsung mengembalikan fokusnya pada televisi.

Aku hanya geleng-geleng melihat kelakuannya. “Yasudah aku ke sebelah dulu ya, nanti setelah nonton dan mandi, kau kesana saja, Bin. Bye bye..”
Arasso, Unnie..” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari TV.

***

Hwang Bin Young’s

Selasa Pagi ~ Flat Trio Young

Aku merasakan sinar matahari menerpa wajahku. Rasanya sudah berjuta-juta tahun lamanya aku tidak merasakan sinar matahari di kamarku. Sedetik kemudian, aku terlonjak dan bangun dari tempat tidur, sepertinya ada yang aneh. Aku tidak pernah membiarkan sinar matahari masuk ke kamarku sebelumnya. Saat melihat kesekeliling, aku baru menyadari kalau ini kamar Rin unnie. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, sampai-sampai aku memutuskan untuk tidur di kamar Rin unnie.

* flashback

Jam 12 malam, saat yang selalu aku nantikan setiap harinya. Mungkin ini mirip dengan kisah Cinderella yang harus pulang sebelum jam 12 malam, kalau tidak ia akan berubah menjadi upik abu dihadapan banyak orang. Begitupun aku, harus tiba di flat sebelum jam 12 malam atau aku akan kehilangan kesempatan untuk berbincang dengannya. Saat ini sudah pukul 2 dini hari, namun sepertinya belum ada panggilan untukku. Aku berusaha untuk menghilangkan prasangka buruk dengan mencoba tidur dengan berbagai cara dan posisi, tapi gagal. Tidak tahu harus melakukan apa, hari sudah sangat larut, Min unnie dan Rin unnie pasti sudah tidur. Aku menarik selimut dan mendekap guling dengan erat, berharap ia baik-baik saja.
           
Bosan karena tidak bisa tidur, dengan berat hati aku mengembalikkan handphone “rahasiaku” ke dalam saku kemeja yang tergantung rapi di lemari baju. Handphone “rahasiaku”, hanya ada satu nomor yang terdaftar di kontak, nomor papa. Aku tidak bisa menghubunginya setiap waktu, karena aku harus merahasiakan keberadaanya. Itu sebabnya aku memiliki handphone khusus untuk berkomunikasi dengannya. Beliau membuat kesepakatan akan meneleponku setiap jam 12 malam, tanpa ada nada dering, aku harus sudah siap memegang handphone sebelum tepat jam 12 malam. Aku rasa, ini pengaturan yang disengaja, agar aku tidak pergi sampai larut malam.

Papa sangat menyayangiku malah bisa dikatakan terlalu memanjakanku, mungkin itu sebabnya aku selalu berpikir dan bertingkah seperti anak-anak. Papa juga selalu menganggap diriku sebagai gadis kecil, jadi di dalam lubuk hati dan pikiranku tertanam bahwa aku akan selalu menjadi gadis kecilnya, dan tidak berusaha untuk menjadi dewasa.

“Papa, kau sedang apa? Kenapa tidak meneleponku? Sudah 3 hari tidak ada kabar, aku sungguh mengkhawatirkanmu. Jaga kesehatan ya, papa. Saranghae…!!” Sebuah kecupan manis mendarat digulingku. Memeluk guling seakan-akan itu papa.

Aku benar-benar tidak tahan menanggung semuanya sendiri. Aku jarang menceritakan tentang papaku kepada Rin unnie dan Min unnie. Bukan karena aku tidak mempercayai mereka untuk mengetahui semuanya, tetapi aku lebih suka membuat sosok papa menjadi misterius. Mungkin terdengar konyol kalau dilihat dari tujuanku menyembunyikan identitasnya, tapi sungguh aku menyukai hal ini. Papa adalah pengusaha sukses, jangan ditanya jumlah kekayaannya, aku pun tidak sanggup membayangkannya, namun jenis usahanya inilah yang menjadi masalah.

Aku mengetuk pintu kamar Min unnie, tidak ada jawaban. Aku mencoba membukanya perlahan, ternyata dia tidak ada di kamarnya. Tidak perlu ditanya, aku tahu jawabannya kalau ia pasti menginap di kamar Donghae Oppa. Aku menutup pintu kamar Min unnie sambil menghela napas dan beralih ke kamar Rin unnie. Aku malas mengetuk pintu, jadi aku masuk dengan perlahan. Syukurlah, dia ada di kamarnya dan tertidur pulas. Dengan hati-hati aku berjalan kekasur Rin unnie, meringkuk di sampingnya.

"Ooohhh…Bin, kamu ngapain? Kok tiba-tiba ada di sini?” Rin unnie berbicara dengan setengah sadar dan suara bantal yang sexy.
"Aku mau bobo di sini, boleh ya Rin unnie?” Pasang ekspresi aegyo.
"Iya boleh, tapi kenapa? Kamu lagi berantem sama heechul oppa?” Matanya mulai menyelidik.
 "Aniyo unnie, aku baik-baik saja kok sama MChul. Besok pagi ada Barbie di tv. Aku tidak mau ketinggalan, unnie bangunin aku ya besok. Kita nonton bareng?”

Maaf Rin unnie, aku membohongimu. Aku ingin tidur di sini karena perasaanku sedang kacau, aku merindukan papa.

 "Aaiiissshhh…kamu ini kalau ada film anak-anak saja minta dibangunin, tapi kalau ada kuliah pagi….” Aku buru-buru peluk Rin unnie sebelum ia menasehatiku tentang pola tidurku yang tidak beraturan dan membuatku sulit bangun di pagi hari.

Sekarang aku mengingat semuanya, termasuk keributan yang dibuat oleh Min unnie tadi pagi. Aku juga ingat, pagi ini ada film Barbie. Sepertinya Rin unnie juga sudah berusaha membangunkan aku daritadi. Sebaiknya aku segera mandi dan bersiap di depan televisi.

***

Ahn Rin Young’s

Aku menekan beberapa angka password di pintu dorm SJ lantai 11, memutuskan untuk terlebih dahulu mengambil plester yang disiapkan Kyuhyun untukku,sebelum naik lagi ke lantai 12 untuk menemui Ryeowook. Aku, Min dan Bin memang dipercaya untuk mengetahui kombinasi password dorm SJ, untuk mempermudah akses keluar masuk. Namun tetap saja kami harus waspada, kalau-kalau ada fans yang memperhatikan. Meskipun pengamanan di gerbang masuk sangat ketat, namun tingkah laku para fans fanatik SJ seringkali diluar bayangan.

Sudah menjadi keputusan SM manajemen untuk merahasiakan hubunganku dan kedua sahabatku dengan para member SJ. Ini dilakukan tentunya untuk alasan keselamatan kami. Apalagi dengan maraknya ssaeng-fans belakangan ini, kami harus ekstra hati-hati. Rasanya akan sangat mengerikan jika kami harus menerima teror dari mereka.

Aku melangkah masuk dorm dan mendapati Eunhyuk sedang asik menonton video performance Sistar sambil bergoyang meniru gerakan keempat personilnya. Tampaknya ia tidak menyadari kehadiranku, sampai akhirnya saat aku berada sekitar 2 meter di belakangnya, ia berbalik dengan cepat. Menempatkan tangan kanan diatas dadanya, ekspresi kaget memenuhi wajahnya.

“Omoo, Rin! Are you spy????? Kenapa masuk diam-diam begitu??”
Aku tertawa. “Oppa, jangan karena kau sudah berhasil mengatakan kalimat bahasa Inggris itu dengan sempurna di M-Countdown, lalu kau terus-terusan menggunakannya setiap ada kesempatan”.

Ekspresinya berubah, antara bingung dan takjub. “Ya ampun Rin, kau mulai terinfeksi oleh Kyu ya? Kenapa kalimatmu sinis begitu?”
“Sudahlah Oppa, lanjutkan saja Sistar-dancemu, aku ke kamar Kyu dulu”. Aku meninggalkan Eunhyuk yang masih berekspresi aneh dan langsung menuju kamar Kyuhyun.

Aku mengetuk dan membuka pintu dengan perlahan, takut mengganggu Sungmin. Rupanya kamar itu kosong. Aku mengedarkan pandangan. Di atas meja sebelah tempat tidur Kyu, sudah ada seplastik plester-dengan-obat yang dimaksud oleh Kyu di pesan singkat tadi.  Ada sesuatu yang menyita perhatianku. Di atas plastik berisi plester tadi, terdapat secarik kertas post-it bertuliskan “DILARANG MENYENTUH (APALAGI MEMAKAI) INI KECUALI RIN!!!! YANG BERANI MENYENTUH2, DIE!!!” dilengkapi dengan gambar emoticons iblis bertanduk, ditulis dengan spidol merah.

Aku jadi senyum-senyum sendiri.

Setelah diperhatikan, ternyata dibawah post-it tadi, ada satu post-it lagi yang ditempel. Aku melepas lembar pertama, untuk membaca yang kedua. Tulisannya, “Rin-ah, cepat sembuh ya.. hati-hati dengan segala bentuk benda tajam di dapur nanti J”. Kali ini dengan spidol hitam biasa. Ah, Kyu yang perhatian. Padahal ini hanya goresan kecil.

Setelah memastikan tidak ada kertas post-it lain yang ditempel oleh Kyuhyun, aku bergegas keluar untuk kembali ke lantai 12. Kulihat Eunhyuk sudah asik lagi dengan dance Sistar-nya. “Oppa, aku mau keatas menemui Wookie. Kau mau ikut?”
Eunhyuk mengecilkan volume videonya. “Tidak usah Rin, aku baru dari sana sarapan tadi. eh, Tadi ada kehebohan, kau tahu? Seperti biasa, evil twins meributkan hal yang tidak penting” katanya dengan muka datar.

“Ah~ kau sudah mulai terbiasa kan, Oppa? Dengan begitu hari-harimu jadi lebih berwarna, kurasa?” candaku.
Ia mengernyit. “Ey~ berwarna apanya.. satu evil maknae sudah sangat cukup bagiku. Sekarang bertambah jadi evil twins. Aigoo..”. Keluh Hyuk, sambil menjatuhkan diri di sofa dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat. Namun belum sempat aku menjawab keluhan Eunhyuk, pintu kamar mandi terbuka, rupanya Sungmin baru selesai mandi. Ia keluar menggunakan kimono mandi pink favoritnya sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

“Sungmin kakaaak..annyeong..” Aku memang terkadang menggodanya dengan memanggilnya “kakak”, bukan Oppa. Hal ini kulakukan sejak Bin menunjukkan video acara “Love Request” dimana Super Junior membantu seorang anak tuna netra dari Indonesia. Dalam acara itu, Sungmin memperkenalkan dirinya dengan menyebut “Sungmin Kakak”.

Ia tersenyum dengan ekspresi cute. “Hai, Rin. . kau disini? Pasti kau mau mengambil yang diatas meja itu,kan? Aku melihat tulisan Kyu dan tidak berani menyentuhnya sama sekali. Memang apa sih isinya?”

 “Aku mengambil plester-dengan-obat. Kata Kyu, plester seperti ini dapat mempercepat kesembuhan lukaku” jawabku sambil mengangkat jari telunjuk kiriku yang masih dibalut plester sejak kemarin.
“Ah~ luka yang kemarin itu ya? Bagaimana, sudah baikan?” Sungmin mendekatiku,lalu memegang tanganku yang masih terangkat tadi dan memandanginya dari berbagai sudut dengan ekspresi khawatir.
“Sudah, Oppa. Hanya tergores sedikit saja kok. Terima kasih sudah bertanya”. Ia mengangguk,  lalu melepas tanganku dengan hati-hati.

“Oh iya Oppa, aku mau keatas bertemu Wookie untuk belajar resep saus maple. Kau kan tahu, kalau membuat pancake, saus mapleku belum bisa benar-benar sempurna. Wookie bilang dia punya resep rahasia. Kau mau ikut?”.  Tawarku.
“Wah, mau sekali. Tapi sayang, aku harus segera berangkat latihan musikal Jack The Ripper. Sisakan untukku nanti?” Sungmin memasang ekspresi memelas.
Sementara Eunhyuk kulihat sudah kembali lagi pada dunia Sistar-dancenya, tidak terlihat tertarik pada perbincangan tentang pancake ini.

“Tentu saja Oppa, nanti kau harus jadi jurinya ya. Kalau yang lainnya, apalagi Min dan Bin, akan selalu bilang enak. Lama-lama aku jadi tidak yakin..”
“Eyy~ masakanmu memang enak kok, Rin. Sudahlah jangan jadi sensitif begitu” jawabnya sambil menepuk pundakku beberapa kali. “Baiklah, aku harus bersiap-siap. Jangan lupa sisakan untukku ya..”.

Aku tersenyum. “Pasti. Yasudah, aku keatas dulu ya. Sukses latihannya, Oppa.” Aku menoleh kearah Eunhyuk, “Hyuk Oppa, aku naik dulu. Kau juga cicipi pancake buatanku nanti ya..”. Eunhyuk mengangguk sambil mengangkat satu ibu jarinya, membentuk tanda OK.
“Okee, single lady…” Ledeknya.

Seperti biasa, aku memutuskan untuk tidak meladeninya dan memilih langsung pergi sebelum ia meledekku lebih jauh.

***

Saat memasuki dorm lantai 12,  terlihat Ryeowook yang sudah siap dengan “alat-alat perangnya” di dapur.  Bajunyapun sudah dilapis dengan apron agar terhindar dari kotoran. Ia tersenyum menyapaku, “Pagi nona Rin.. sudah siap dengan kelas memasak hari ini?”

“Siap chef!” jawabku sambil mengangkat tangan kanan ke sebelah pelipis, membuat gerakan hormat bendera. “eh? Kemana yang lain?” tanyaku sambil melihat ke kanan dan kiri. Aku menurunkan tanganku.
“Sudah berangkat semua untuk schedule masing-masing. Hanya Donghae Hyung yang masih tidur. Dia baru pulang syuting drama pagi tadi. Bin masih tidur?”.
“Sudah bangun kok, sekarang sedang menonton Barbie di TV. Aku mengajaknya kesini tapi dia bilang butuh konsentrasi. Lagipula katanya kau sudah beberapa kali menonton episode yang ini, jadi tak perlu mengajakmu nonton bersama lagi” jawabku sambil memakai apron.
“Ah~ ya, tadi aku melihatnya di tv. Episode yang itu.. memang aku sudah menontonnya tiga kali. Hahaha..” Setelah menghentikan tawanya, beberapa saat kemudian Ryeowook berkata lagi, “eh Rin, kau langsung praktek saja ya? Kita mulai sekarang?”.

***


Hwang Bin Young’s

Film kartun selalu membuat suasana hatiku menjadi baik. Betapa bahagianya masa anak-anak yang setiap hari menghabiskan waktu menonton film kartun tanpa memikirkan beratnya menjalani hidup sebagai orang dewasa. Baiklah, cukup meratapi nasib sebagai orang dewasa, sebaiknya aku melakukan kunjungan dinas keliling dorm Super Junior lantai 12 dan lantai 11, apalagi Rin unnie sedang belajar masak dengan Wookie oppa.

Saat aku masuk ke dorm, aku langsung melihat Hae oppa. Donghae oppa, dia adalah kakakku. Umur kami beda tiga tahun, tetapi menurut orang-orang kalau kami ini merupakan bocah berusia lima tahun. Hal ini dilihat dari cara berpikir dan tingkah laku kami yang seperti anak-anak. Karena kami ini sama-sama bocah, jadi setiap pertemuan pasti heboh dengan berpelukan, joget-joget, atau lompat-lompat kegirangan.

“Jumpa lagi, Jumpa Bin Young kembali, ya di sini, Ci Luk Ba, kita berjumpa lagi.” Menyanyi sambil joget-joget ala Maisy (penyanyi cilik Indonesia) di depan Hae oppa, Wookie oppa dan Rin unnie, yang disambut dengan gelak tawa Rin unnie dan Wookie oppa. Aku sangat suka menyanyikan lagu anak-anak. Dulu, aku pernah tinggal di Indonesia saat berusia 6 – 12 tahun. Jadi, aku mengenal banyak lagu anak-anak yang berasal dari Indonesia. Aku sungguh menyukainya, hingga saat ini pun aku masih menghafalnya.

Aku melihat pancake di hadapan Wookie Oppa dan Rin Unnie. Hmm sepertinya enak. Aku langsung mencomotinya dan mencolek sausnya untuk sekedar mencicipi.

“Bin-ah, makan yang benar.. ini..” Wookie oppa menyodorkan piring berisi pancake saus maple yang terlihat lezat kepadaku.
“Bukan begitu caranya, Wookie. Begini caranya agar dia mau makan..” Rin unnie dengan baiknya menyuapiku sesendok pancake saus maple.
“Nom…nom…nom…enak unnie. Ini hasil belajarmu dari Wookie oppa? Luar biasa kalian berdua!” Aku bertepuk tangan kegirangan sambil joget-joget dan melanjutkan makan pancakenya dengan nikmat, tapi lalu teringat sesuatu.
“Aigooo…aku lupa ngurusin Heebum. Mbum…pus…pus…mbum tampan…” Aku baru mau melangkah masuk ke kamar Heechul, tiba-tiba ada yang menarik bahuku dari belakang.

“Yaaaa…!! bisa-bisanya kamu ke sini langsung makan terus malah sibuk nyariin Heebum, bukannya mencariku. Aaaaiiisssshhh…!!!” Hae oppa selalu cemburu kalau aku atau Heechul lebih peduli dengan Heebum daripada dengannya.
“Lho kan tadi sudah berpelukan, lagian sebelum aku cariin, Hae oppa sudah muncul duluan, terus kita juga sudah makan pancake bareng, oppa. Jangan ngambek Hae oppa, baikan ya…” Memasang muka penuh penyesalan sambil mengulurkan kelingking yang disambut baik oleh Hae oppa, dan dilanjutkan dengan joget lumba-lumba. “Sekarang, aku ngurusin Mbum dulu ya.” Melenggok masuk ke kamar Heechul.

Aku selalu berdebar-debar ketika memasuki kamar Heechul, kamar yang tidak pernah diekspos oleh media, kamar yang selalu membuat ELF dan Petals penasaran seperti apa penampakannya, kamar yang didominasi dengan warna merah. Heechul suka sekali warna merah, sehingga aku menata kamarnya dengan berbagai barang berwarna merah. Sebenarnya aku ingin membuat kamar Heechul seperti kamarku yang semuanya berwarna pink, tidak hanya barang-barangnya tetapi juga warna cat tembok, lemari pakaian, tempat tidur, dan kasur. Aku benar-benar tidak mengizinkan warna lain ada di kamarku selain warna pink. Namun, aku tidak melakukan hal sama dengan kamar Heechul, karena kamar itu akan terlihat seperti neraka kalau semuanya merah. Walaupun aku suka kalau Heechul terlihat dan disamakan dengan iblis. Kkkkk…

Tiba-tiba aku merasakan ada sedang mengelus-elus kakiku. “OMG, maaf Mbum melupakanmu.” Kubelai leher Heebum dengan penuh kasih sayang. Bagaimana bisa aku melupakannya? padahal tujuan awalku ke sini adalah menjenguknya. Aku menuangkan makanan ke mangkuk Heebum, ia langsung makan dengan lahapnya. “Hmm…kamu sudah tidak makan dari kapan sih Mbum? Heechul appa lupa memberimu makan semalam? Nanti kalau appa pulang, umma jewer kupingnya ya karena selalu lupa memberimu makan.” Ucapku sambil mengelus kepalanya.

Semenjak aku menginjakkan kaki ke dorm 12 ini, aku langsung jatuh cinta dengan Heebum, kucing berjenis Russian Blue, bewarna abu-abu. Tekstur wajahnya yang kejam dan galak membuatku terkesima. Bisa dikatakan Heebum adalah “mak comblang” aku dengan Heechul. Karena aku menawarkan diri menjadi “babysitter” Heebum disaat Heechul sedang tidak berada di rumah. Hal ini sudah berlangsung sebelum aku resmi berpacaran dengan Heechul. Aku melakukannya bukan untuk mendekatkan diri dengan Heechul, tetapi murni untuk merawat Heebum. Dulu Heebum adalah kucing yang kurus, Heechul selalu lupa memberinya makan. Sekarang Heebum terlihat lebih berisi setelah berada dalam perawatanku.

Tok..tok…tok…

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Beberapa detik kemudian, pintu dibuka dan kepala Hae oppa melongok masuk. “Bin-ah, ada Film Finding Nemo di tv, mau nonton tidak?” Dengan girangnya aku langsung keluar kamar sambil menggandeng tangan Hae oppa.
“Kyyyyaaaa…tahu aja kita lagi di dorm, jadi bisa nonton bareng, iya kan Hae oppa?” Kataku saat merebahkan diri di sofa sambil menusuk-nusukkan telunjukku ke pipi Hae oppa.

***


  Ahn Rin Young’s

 
  
 “Cooking class”-ku bersama Ryeowook  berjalan menyenangkan. Kami memang sering berbagi ilmu memasak. Bahkan ia pernah beberapa kali minta diajarkan resep masakan khas Indonesia. Akupun begitu. Sudah pasti, saat tinggal di Korea adalah yang paling tepat untuk memperkaya pengetahuanku akan masakan-masakan khas negara ini. Lagipula, kurasa  memang bakatku ada di bidang ini. Kalau tentang matematika, tolong tanyakan saja pada Kyu, ya. Aku tidak berani mengambil resiko untuk memberitahu kalian jawaban-jawabanku yang… agak di luar nalar. Hehehe..

Sekitar 2 jam kemudian, saus maple –yang menurutku paling sempurna dari yang pernah kubuat sebelumnya- akhirnya selesai. Terima kasih Wookie!Pancakenya-pun sudah siap. Aku menyisihkan setengah adonan untuk dipanggang pada saat yang lain pulang nanti, agar tersaji hangat. Tepat pada saat pancake kelima ku angkat dari wajan, Bin memasuki dorm sambil menyenandungkan sebuah lagu yang sepertinya familiar di telingaku. Ternyata lagu Maisy, penyanyi cilik asal Indonesia. Anak itu emang menyukai lagu anak-anak, bahkan ia mencoba untuk menghafal lagu anak-anak dari berbagi negara. Lalu,entah bagaimana, secara sangat kebetulan Donghae juga keluar dari kamarnya.  Melihat tingkah adiknya yang sedang bernyanyi-nyanyi, Donghae tergoda untuk mengikutinya. Merekapun bernyanyi dan berjoget bersama.

Aku selalu terhibur jika melihat tingkah kekanakan mereka, terutama Bin. Lihat saja, hidupnya seperti tidak ada tekanan. Free. Seolah  semua masalah dapat menguap begitu saja dengan meloncat-loncat dan berjoget seperti itu. Kadang akupun ingin bisa seperti Bin. Berpikiran bebas tanpa tekanan. Alangkah menyenangkannya.

 Acara “duet” merekapun akhirnya diakhiri dengan bergelayutnya Bin di lengan Donghae dengan manja. Aku mengerling ke arah Ryeowook sambil berbisik, “Ya ampun, mereka ini kakak beradik atau bocah kembar berumur lima tahun, sih?” Ryeowook menahan tawanya.
“Ey eyy~ Rin, aku dengar itu!” sahut Donghae. Lalu ia melanjutkan, “Kami hanya terlalu kompak.. ya kan Bin-ah?” Donghae menoleh pada Bin. Ternyata adiknya itu sedang sibuk mencomoti pancake dan mencolek-colek saus maple dari piringku.

“Bin-ah, makan yang benar.. ini..” kata Ryeowook sambil menyodorkan sepiring pancake padanya. Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang terjadi hampir setiap hari di flat kami,
“Bukan begitu caranya, Wookie. Begini caranya agar dia mau makan..” aku mengarahkan sesendok pancake ke mulut Bin. Ia mengunyah dengan seksama, lalu berkata,
“Enak, Unnie! Ini hasil belajarmu dari Wookie oppa? wuahh luar biasa kalian berdua.” Ia bertepuk tangan kegirangan sambil berjoget.

Acara mencicipi-pancake-saus-maple buatanku dengan  kedua kakak beradik itu berjalan sangat lancar, walaupun Donghae hanya makan sesuap dan berkata ingin menunggu Min pulang kuliah untuk makan pancake bersama. Aku maklum saja. Paling-paling dia minta disuapi pacarnya. Eh? Apa itu tadi terdengar sinis? :)

~To Be Continued ~ We're waiting for your comments and suggestions. Gomawo :)

***

[Preview Chapter 3]

Hwang Bin Young's
“Kita ini sebenarnya saudara kandung bukan sih?” Sontak aku langsung menoleh dan mendapati badan Hae oppa sedang menghadapku namun kepalanya tertunduk, tidak berani menatapku.
“Yang oppa tahu bagaimana?” Aku mengulur waktu untuk mempertimbangkan, haruskah ia diberitahu semuanya.

Park Min Young's
“Aku merindukanmu. Coba kau ada tadi pada saat Kyu menindasku.”
Donghae balas memelukku, tampaknya terlalu gembira sampai-sampai tidak menangkap keluhanku barusan. “Kyu?” katanya dengan nada sedikit linglung. Namun, dengan kemampuanku membaca sifat Donghae yang telah kukenal dengan sangat baik, kuduga otaknya kini sedang merangkai kata ‘Kyu’ dan ‘menindas’ dalam satu kalimat yang dipahaminya. Ketika ia mengerti, tangannya melepaskanku dan membentuk pistol yang diarahkan pada Kyu, serta membuat gerakan menembak beberapa kali.

Ahn Rin Young's
Aku mendengar suara pintu dorm dibuka dengan kasar. “Riiiiiiiiiiiiiinnnnnnnn!!” itu tadi suara Min. Diteriakkan dengan nada yang sangat mengenaskan. Pasti mereka bertengkar lagi. Benar saja, Min langsung mengadu panjang lebar mengenai apa yang disebutnya sebagai “Penindasan Mematikan ala Cho Kyuhyun” dan memintaku untuk memarahi kembarannya itu. Ini sudah sangat sering terjadi, dan seperti biasa, Kyuhyun memasang ekspresi “mana-mungkin-aku-melakukannya”. Aku balas memasang ekspresi “sudahlah-akui-saja” setiap kali mendengar penyangkalannya.

1 komentar: