Senin, 25 Februari 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 22b]

Ahn Rin Young’s
Selasa Pagi waktu Athena– Kamar hotel, Athena

Saat membuka mata keesokan paginya, aku mendapati diriku masih berada di jarak yang sangat dekat dengan Kyuhyun. Posisinya tidak banyak berubah sejak semalam; masih berbaring terlentang di sebelah kananku. Sebelah lengannya juga masih berada dibawah leherku. Aku baru menyadari, pasti lehernya sendiri akan sakit nanti saat bangun. Semalam ia tidak mengambil bantalnya di sofa, sehingga sekarang kepalanya agak miring karena satu bantal yang kami gunakan, tidak cukup besar untuk dua kepala. Tidurku menjadi sangat tenang setelah Kyuhyun memakaikan kaus kaki dan memelukku. Apakah kaus kaki itu, ataukah kehangatan pelukannya yang membuatku begitu? Entahlah.

Perlahan, aku bangkit dan memindahkan bantal ke bawah kepalanya. Ia menggeliat sedikit namun tidak terbangun. Setelah yakin posisinya cukup nyaman, aku langsung menuju pintu balkon dan membukanya. Benar-benar pengalaman baru untuk mataku. Yunani memberikan pemandangan yang sangat khas; rumah-rumah dan bangunan kuno lainnya berjajar membentuk satu kesatuan yang begitu unik. Belum pernah aku melihat kota yang didominasi bangunan berwarna cokelat sedemikian rupa. Tidak jauh dari hotel, aku dapat melihat Pathernon yang berdiri dengan megahnya di puncak Acropolis. Sesaat, aku seperti terlempar ke masa lalu.

Bicara tentang udara, disini memang sedang panas, tapi karena masih pagi, aku belum merasakan adanya tanda-tanda polusi, sehingga paru-paruku masih mendapat stok oksigen yang mencukupi. Hmm, sepertinya sedikit latihan yoga baik untukku. Maka akupun berganti pakaian olah raga dan memulai yogaku di balkon kamar hotel setelah sebelumnya menelepon Ayah dan Bundaku di Indonesia.

Aku yang masih berlatih yoga sedang duduk bersila dan memejamkan mata saat seseorang merangkul pundakku dari belakang. Kepalanya muncul dari pundak sebelah kananku. Aku membuka mata dan menoleh sedikit. Hanya sedikit, karena pipinya hanya berjarak beberapa sentimeter dari pipiku sendiri.

“Hmm?”
“Kau sudah baikan?” Tanya Kyuhyun.
Aku mengangguk, “Ne, gomawo, Kyuhyun-ah.. aku juga sudah menelepon orang tuaku tadi. Aku merasa jauh lebih baik sekarang”

“Baguslah, aku lega..” ia menghirup napas dalam-dalam, “Wah..udaranya berbeda ya, Rin-ah..”
“Kau benar, seperti… udara kuno..” Kyuhyun tertawa karena perkataanku.
“Kau ini ada-ada saja..” Ia masih tertawa tanpa sedikitpun berpindah posisi.

“Mmm..Kyu?”
“Hmm?”
“Keberatan untuk pindahkan tanganmu? Lama-lama aku tidak bisa napas lho..”
Omo!  Mianhae Rin-ah.. aku lupa..hehe” Ia mengangkat lengannya yang belakangan semakin menggempal dari atas pundakku.  “Aku mandi dulu ya, sebentar lagi kita turun sarapan kan?” Tanyanya. Aku menggeleng.
“Kita naik, restorannya ada di rooftop”. Gagasan menikmati sarapan di rooftop hotel sepertinya sangat ia senangi. Matanya membulat excited.

45 menit kemudian, kami sudah siap untuk sarapan. Setelah keluar dari kamar,tidak lupa kami mengetuk kamar sebelah yang ditempati Eunhyuk dan Ryeowook. 
“Aigoo~ bagaimana bulan madunya?” Eunhyuk muncul dari balik pintu dan langsung mencolek-colek lengan Kyuhyun.

OMO! Lihat Hyung, rambut mereka masih basah!” Ryeowook berseru pada Eunhyuk. “Kalian keramas?”
“Ey~ memangnya apa sih yang membuat kalian begitu berkeringat sampai harus keramas sepagi ini?”
“Hyung, lihat.. Kyu terlihat payah.. kelelahan ya?”
“Sakit tidak, Rin-ah?”

Dan berbagai komentar jahilpun terus dilontarkan oleh Eunhyuk dan Ryeowook sepanjang perjalanan kami ke restoran hotel. Syukurlah mereka akhirnya berhenti saat berhadapan dengan jajaran makanan yang terlihat menggiurkan.

***

Selepas sarapan, kami langsung bersiap untuk memulai acara jalan-jalan kami di Athena. Rencananya,hari ini kami akan mengunjungi Acropolis, karena letaknya yang tidak begitu jauh dari hotel. Kami langsung menuju lobby untuk menemui supir dan mobil yang telah kami pesan. Sesuai permintaan ketiga member, aku sengaja tidak memilih paket tour yang berbarengan dengan rombongan turis lain, karena selain kurangnya privacy, jadwal tur bersama rombongan akan selalu padat setiap harinya, sementara kami ingin lebih bersantai dan menikmati waktu liburan kami disini. Maka hari inipun kami hanya akan diantar olehdriver untuk mengunjungi Acropolis, sedikit melihat-lihat souvenir dan kembali ke hotel untuk, mungkin, berenang, sebelum keluar makan malam di daerah Plakka. Ah, aku sungguh tidak sabar. Aku sudah melihat gambar daerah Plakka dari brosur dan internet. Restaurannya berjajar di sepanjang jalanan menanjak yang telah dibentuk menjadi undakan berupa tangga, sehingga jika kita makan di bagian luar restauran, praktis kursi dan mejanya terletak di jajaran tangga-tangga lebar itu. Plakka terlihat sangat cantik dan unik, terutama di malam hari. 

 

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi kami untuk sampai di Acropolis. Saat turun dari mobil, Kyuhyun, Eunhyuk dan Ryeowook langsung berlarian menuju pintu museum yang menghubungkan jalan menuju Acropolis. Aku menggelengkan kepala, menyiapkan diri menjadi baby sitter untuk ketiga bocah yang sedang kelebihan energi ini.

Kami berputar sebentar di museum untuk melihat-lihat peninggalan kerajaan kuno setelah sebelumnya membeli tiket masuk. Kyuhyun dan Ryeowook berulang kali meledek Eunhyuk dengan “patung ini mirip sekali denganmu” atau “Hyung! Sedang apa kau disana?” Setiap menemukan topeng ataupun patung-patung yang –menurut mereka- terlihat menyedihkan. Merekapun tidak lupa memaksa Eunhyuk untuk berpose disamping patung-patung itu untuk kemudian difoto. Kyuhyun dan Ryeowook terkikik setiap selesai memotret Eunhyuk dan berkata “Bagaimana mungkin wajahmu bisa semirip ini dengan orang-orang dari ratusan tahun yang lalu ini ya? Pasti karena wajahmu kuno sekali..”

Keluar dari museum, kami  berjalan menuju kompleks reruntuhan Acropolis dan berniat langsung naik ke puncaknya untuk melihat Pathernon secara lebih dekat. Mereka masih terlihat bersemangat saat menuju kesana namun seketika terkulai lemas saat menemukan ratusan anak tangga menjulang dihadapan kami.

“Apa kita harus naik tangga ini untuk menuju Pathernon diatas itu?” Tanya Ryeowook dengan lesu.
“Tentu saja, Pabo! Memangnya kau pikir akan ada helikopter yang mengantar kita keatas?” sahut Eunhyuk. “Kajja, naik saja!” Ternyata Eunhyuk masih memiliki semangat tinggi untuk mencapai Pathernon.
“Chakkaman..” kata Kyuhyun. “Ada berapa tepatnya jumlah tangga dihadapan kita ini?”

“Empat ratus dua puluh tiga” Kataku sambil menahan senyum, tahu benar reaksi yang akan kudapat. Sesuai dugaan, Kyuhyun dan Ryeowook langsung melotot. Hanya Eunhyuk yang semangatnya masih bertahan. Ia langsung menarikku untuk mulai menaiki tangga mendahului Kyuhyun dan Ryeowook.  

Belum sampai seratus anak tangga yang kami tapaki, ‘duo maknae’ tampaknya sudah akan menyerah. Dibelakang kami, mereka terdengar terengah-engah lalu beberapa saat kemudian ketika aku menoleh, mereka sudah terduduk di pinggiran tangga.

“Akuhh… hosh..hosh.. tidak sangghup laghih…hosh..hosh..” Ryeowook menyeka keringat yang mengucur di dahinya. Baru kali ini aku melihatnya berkeringat sebanyak itu. Di panggung, kuperhatikan ia jarang sekali berkeringat. Aku malah sempat berpikir anak itu tidak punya kelenjar keringat atau apa. Tapi sekarang memang sudah menjelang siang dan udara semakin panas saja, jadi aku tidak heran melihatnya bermandi keringat seperti itu.

Eunhyuk sudah bergerak-gerak ditempatnya berdiri, terlihat tidak sabaran. Sementara Kyuhyun masih memijat-mijat kakinya sambil duduk.  Beberapa saat kemudian, Ryeowook yang kehausan mengambil botol air milik Kyuhyun yang diletakkan pemiliknya di salah satu anak tangga di dekat tempat mereka duduk. Saat bibir botol hampir bertemu dengan bibirnya..

PLAK!

Kyuhyun menepuk kencang bagian belakang kepala Ryeowook. “Yaaa!”
“AW! Appooo!!” Yang dipukul mencibir, namun wajahnya menunjukkan ekspresi bingung. Air dari botol terciprat sedikit keluar.

“Itu botolku, jangan sentuh dengan bibirmu, Pabo! Pakai sedotan atau apalah!” Aku jadi ingin tertawa melihatnya, kasihan Wookie, belum apa-apa sudah ada dua orang yang mengatakan ‘Pabo’ padanya hari ini. Wookie memang seharusnya sudah hapal dengan sikap Kyuhyun yang tidak pernah mau berbagi botol minuman. Tapi mungkin ia lupa karena sangat kehausan.

Aku teringat botol air yang masih tersegel di tasku, lalu menyerahkannya pada Ryeowook. Ini, kulakukan tentu saja demi  mencegah terjadinya peperangan. Ia terlihat sumringah saat menerima botol air dari tanganku, lalu mencibir sekali lagi pada Kyuhyun sebelum menenggak air itu banyak-banyak.
“Sudah belum sih?” Tanya Eunhyuk tidak sabaran.
“Sebentar lagi saja, Hyung. Kakiku masih pegal. Lagipula ini bukan Dream Team, tidak perlu buru-buru sampai diatas,kan?” Jawab Kyuhyun.

Aku mengangkat alis, “Sekarang terlihat kan Kyu, siapa yang rajin olah raga, siapa yang tidak..” Kyuhyun merengut.

“Aku olah raga kok…”
“Membuka tutup wine sehari sekali itu tidak termasuk olah raga Kyu..”

Kedua sudut bibirnya terangkat. “Itu masih jauh lebih baik daripada olahraga favorit Yesung Hyung, Rin-ah..”
“Memangnya apa olah raga favoritnya? Push-up di depan kandang kura-kura?”
“Mengoleksi serangga”  Jawabnya datar.

***

Hwang Bin Young’s
Selasa Malam waktu Seoul~ Flat Trio Young

Selama ditinggal sendirian di flat trio young, aku selalu meminta Heechul untuk menemaniku. Saat ini, kami sedang menonton film. Tenang, kali ini bukan film kartun. Heechul dan aku memiliki kesukaan yang sama yaitu menonton film horror dan thriller crime. Kalau Heechul lebih cenderung menyukai film-film yang ada hantunya, sedangkan aku lebih suka film bertema pembunuhan. Mungkin banyak yang tidak mengira tentang kegemaranku yang satu ini. Aku sangat suka film thriller, dan selalu terobsesi untuk memecahkan teka-teki. Percaya atau tidak, sudah jutaan film thriller yang aku tonton, tetapi tidak ada satupun tebakanku yang benar. Aku selalu salah menebak pelaku atau dalang dibalik semua tragedi dalam film tersebut.

“Mwo??? Apa-apaan ini? Aku pikir pelakunya adalah sahabatnya presiden. Ternyata istrinya sendiri yang membunuhnya?” Aku histeris karena salah lagi menuduh pelaku pembunuhan. “Waahhh…film ini benar-benar keren. Aku saja tidak bisa menebak pelakunya.” Aku masih memandangi layar televisi dengan tatapan terpesona. Padahal filmnya sudah selesai dan sedang menampilkan deretan tulisan pemain dan crew film.

“Sayang sekali baby, tebakanmu meleset. Jangan sedih, kamu bisa mencobanya lagi di film yang lain.” Heechul memelukku sambil pura-pura menangis.
“Rrrrrrrrrr…aku tahu, kamu lagi meledek aku kan? Karena dari dulu sampai detik ini selalu salah tebak pelaku kejahatan sebenarnya.” Aku mencubit-cubit perutnya.

"Ampun baby…!!!” Heechul mencoba mengatur napas setelah aku serang dengan cubitan kepitingku. “Mungkin kamu harus lebih banyak lagi menonton film thriller, supaya kemampuan detektifmu semakin terasah.”
“Kalau begitu, ayo kita lanjut menonton lagi. Hmm…mau menonton film apa ya?” Aku baru mau beranjak dari sofa, Heechul menarik tanganku.

“Beb, kamu sudah mulai packing?"
"OMG!!! Belum beb, aku bingung mau bawa baju yang mana. Tapi peralatan mandi, perlengkapan tempur-ku (make-up, pembersih muka, sunblock, dan lain-lain), obat-obatan, dan “perintilan-perintilan” yang-mungkin-saja-dibutuhkan-disana sudah aku siapkan."

"Aaaiiisshh...kamu kan punya banyak baju yang belum pernah dipakai, kenapa masih bingung?"
"Aaahhhh...kamu deh yang pilih. Oke baby?" Aku menarik lengan Heechul ke depan lemari pakaian. "Aku mau pakai dress ya beb selama di Greece. Jangan pilih rok dengan atasan. Supaya barang-barangku bisa masuk semua dalam satu koper. Dress kan tidak akan makan tempat."

"Eeeyyy...tadi kamu menyerahkan pilihan padaku, suka-suka aku lah mau pilih baju yang mana." Heechul mulai sibuk mengedarkan pandangan untuk melihat isi lemari bajuku. "Kumpulan baju yang baru ada dimana, beb? Heechul bertanya padaku dengan tatapan mata masih fokus ke deretan baju-baju.
"Dress baru ada di gantungan baju yang sebelah kanan, beb.”

Tidak butuh waktu lama, Heechul sudah menggenggam beberapa dress ditangannya. Aku langsung bertepuk tangan kegirangan karena ia dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat, sedangkan aku butuh waktu berhari-hari dan itupun tetap tidak tahu dress mana yang harus aku bawa. Heechul membawakan semua dress ke kamarku dan menemaniku selama berkemas.

"Kyyyyyaaaa...akhirnya beres juga packing -nya. Thank you so much, baby." Aku menghampiri Heechul dan mencium bibirnya dengan lembut.
"Sama-sama sayangku." Heechul membelai lembut pipiku. "Malam ini kamu menginap di kamarku kan?" Tanya Heechul yang masih duduk manis di tepi kasurku.

"Yup baby. Tapi aku baru ke kamarmu setelah menerima telepon dari papa ya.. Kamu mau balik ke kamar sekarang atau menungguku?"
"Aku akan menunggumu, sayang. Agar tidak mengganggu percakapan kalian, aku akan berada di ruang tengah saja sambil menonton televisi nanti." Heechul menarikku ke pangkuannya. "Sekarang jam 11 malam, masih ada waktu 1 jam lagi untuk menanti telepon dari papamu. Supaya kita tidak merasa bosan, aku tahu apa yang harus kita lakukan."

Sebelum aku menanggapi perkataannya, bibir Heechul menyapu bibirku. Ciuman Heechul yang lembut dan menggoda, meluncur di atas bibirku dengan panas, sehingga menimbulkan getaran diperutku. Sambil menangkupkan tangannya di sekeliling wajahku, Heechul menciumku lebih dalam dan menuntut.

"Aku yakin, jantungmu berdetak kencang saat ini, sayangku." Heechul bergumam di mulutku.
Aku hampir tidak memiliki waktu untuk merenungkan komentar itu, karena tangan Heechul sudah bergerak kembali untuk menari di sepanjang tulang rusukku.

"Beb, kamu membuat tulang-tulangku meleleh." Aku melingkarkan lengan di sekeliling leher Heechul. Aku benar-benar butuh berpegangan agar tidak merosot dari pangkuannya.
"Katakan kau sangat menginginkanku." Heechul tersenyum nakal.
"Aku sangat sangat sangat menginginkanmu selama-lama-lama-lama-lama-lamanya." Lalu Heechul melanjutkan menciumku tanpa ampun lagi.

***

Park Min Young’s
Selasa pagi waktu LA– Four Season Hotel, Beverly Hills

Sayup-sayup aku mendengar suara yang tidak asing sedang asik berbicara dari arah balkon, mengusik tidurku.
 “Jinjja, hyung, kau benar-benar harus ke sini kalau ada waktu. Disini sangat keren! Cuacanya panas tapi menyegarkan, dan pantainya sungguh indah. Kemarin aku dan Min ke pantai Santa Monica dan menghabiskan sore disana. Aku akan kirim foto-foto kami ya hyung. Sangat romantis...”

Aku membuka mata, mencari-cari asal suara yang terdengar antusias itu. Kulihat Donghae sedang berdiri menopangkan siku di pagar balkon kamar kami yang menghadap pemandangan pantai dan laut indah di ujung sana. Sebelah tangannya memegang iphone yang ditempelkan di telinganya. Hmm, siapa yang ia telepon pagi-pagi begini?

Dengan malas aku meregangkan otot-otot tubuhku, lalu membiarkan kedua kakiku turun dan menyentuh lantai, sebelum sesaat kemudian aku bangkit seutuhnya dan berjalan menghampiri pacarku.
Donghae melihat kedatanganku dan mengulurkan tangan menyambut, yang langsung kuraih tanpa pikir panjang lagi. “Nugu?” tanyaku, menunjuk ke iphone-nya.

“Teukie hyung.”
“Aaah~ mau bicaraaaaaa...” kataku manja sambil meminta iphone yang sedang dipegangnya. Tanpa banyak kata lagi Donghae mengulurkan iphone tersebut padaku dan langsung saja serentetan kalimat yang diucapkan cepat dan bersemangat dari suara yang sudah sangat familiar terdengar dari seberang sana. Tampaknya Teukie belum sadar kalau telepon sudah berpindah tangan sekarang.

“Teukie oppaaaaaaaaaaa~~” jeritku, memutus kalimat apapun yang sedang ia bicarakan.
“Min-ah? Omo, MIN-AAAAH!” Teukie balas berteriak gembira. “Bagaimana disana? Donghae bilang sangat menyenangkan ya?”
“Nee oppa~ disini menyenangkan sekali! Kotanya luar biasa, pemandangannya memesona!”
“Pantas aja kau melupakan aku... Kau bahkan tidak ingat untuk meneleponku seharian kemarin.”

“Eyy oppa, jangan marah begitu. Kemarin aku sungguh lelah setelah menempuh perjalanan jauh dan seharian berjalan-jalan. Tenang saja oppa, kita kan akan segera bertemu lagi di Greece lusa. Omong-omong, bagaimana kabarmu di dorm? Kau makan dengan teratur kan?”

“Tidak, tidak. Aku tidak bisa makan dengan enak karena kesepian. Tidak ada orang yang menyiapkanku makanan. Tidak ada juga yang menemaniku makan. Heechul malah asyik berdua dengan Bin dan meninggalkanku dengan Heebum. Badanku kurus kering sekarang.” Keluh Teukie di ujung sana, yang membuatku terkikik karena membayangkan Teukie terpaksa mengobrol dengan Heebum saat makan. “Yaaa, kau menertawanku?”

“Mianhae oppa, tapi membayangkan itu lucu sekali! Manfaatkanlah waktu ini sebaik mungkin supaya bisa lebih akrab dengan Heebum, oke?” aku terbahak-bahak karena mendengar respon Teukie yang terdengar sedikit kesal.
“Ya sudah lah. Aku sudah mau tidur sekarang karena disini sudah jam 1 malam. Kalian bersenang-senanglah dan jaga diri. Aku tidak sabar bertemu denganmu lagi di Greece nanti, Min. Sampaikan salamku untuk Donghae ya. Annyeong~” Teukie menutup sambungan telepon setelah aku membalas salam perpisahannya.

“Kenapa, kenapa? Teukie hyung tadi mengatakan apa?” tanya Donghae penasaran saat aku mengembalikan iphone miliknya.
“Kenapa kau begitu penasaran, Ikan Kecil?” jawabku gemas. “Yang jelas kami tidak membicarakan dirimu. Sekarang, ayo mandi. Kau pasti sudah tidak sabar ingin segera ke Universal Studio kan sampai-sampai bangun lebih dulu daripada aku?”

Donghae melonjak-lonjak dari tempatnya berdiri. “Sangaaaaaaaat tidak sabar!!! Ayo Min, ayo kita mandi!!!”

***

~To Be Continued~

[PREVIEW CHAPTER 23]

Hwang Bin Young’s
"Lalu, siapa yang akan melaporkan keadaan papa ke aku? Bagaimana kalau tiba-tiba aku sesak napas karena terlalu merindukan papa?"
"Hahahahaha...kamu belajar menggombal dari siapa, sayang? Heechul yang mengajarimu menjadi tukang gombal?"
"Bukan papa. Aku meniru kata-kata itu dari Min unnie. Kkkkkk. Dia akan berkata seperti itu kalau sehari tidak bertemu denganku."
"Pantas saja kakakmu jatuh cinta dan bertekuk lutut padanya, ternyata Min pandai merayu." Kata-kata papa membuatku cekikikan.

Ahn Rin Young’s
Hanya ada satu hal yang tidak bisa kami tunda untuk dibeli; magnet kulkas untuk Siwon. Ketika melihat benda itu terpajang di etalase, aku dan Kyuhyun langsung memiliki pikiran yang sama untuk membeli benda itu. Dari dulu, kami tahu Siwon memang mengoleksi magnet kulkas dari berbagai negara dan sebagian besar koleksinya memang pemberian Kyuhyun. Dulu, jauh sebelum aku memutuskan untuk menetap di Korea, aku juga pernah mambawakan beberapa untuk Siwon. Ada yang berbentuk Monas, Candi Borobudur dan suasana pedesaan Ubud-Bali. Siwon senang sekali dengan pemberianku dan berkata ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di Indonesia suatu hari nanti.

Park Min Young’s 
“Hmm? Oh ya, aku sudah tidak apa-apa kok.” Donghae mendengar jawabanku sambil menatapku penuh selidik. Yeah, tidak heran ia kurang percaya pada jawabanku, mengingat sepanjang perjalanan pulang kemarin aku sangat pucat seperti zombie. Ini semua gara-gara wahana roller coaster Revenge of The Mummy yang kunaiki sore kemarin. Baik aku dan Donghae sama-sama kepayahan setelah naik wahana yang memacu adrenalin dan membuat isi kepalaku seakan jatuh ke ujung kakiku itu, walaupun Donghae tidak sampai mabuk sepertiku sih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar