Minggu, 24 Februari 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 22a]

Ahn Rin Young’s
Senin Malam waktu Athena -  Lobby Hotel, Athena.


Kyuhyun menyerahkan satu kunci kamar hotel padaku, dan satunya lagi pada Eunhyuk. Setelah lebih dari 15 jam yang cukup melelahkan di penerbangan tadi, kami akhirnya mendarat di Athena. Waktu setempat menunjukkan sekitar jam 8 malam. Kamipun akhirnya memutuskan untuk langsung menuju hotel. Kami menginap di salah satu hotel yang posisinya cukup strategis; terletak di lingkungan tempat-tempat wisata seperti Acropolis, Monastiraki, Pssiri dan Plaka. Hotel ini merupakan salah satu bangunan tua khas Yunani yang sangat indah. Warna dekorasinya di dominasi oleh coklat,krem dan emas. Di sudut-sudut ruangan, terlihat beberapa patung romawi yang menghiasi hotel dengan apik.

“Hanya dua kamar ya, Kyu?” Eunhyuk mengedip jahil.
“Iya, dan aku tidur bersama kalian. Jadi jangan berpikiran aneh-aneh kau Hyukjae!”
Mwoyaaa.. kasurnya kan hanya cukup untuk dua orang dan aku tidak mau tidur denganmu yang kakinya panjang itu..” Protes Eunhyuk.
“Aku juga tidak.. ayo Hyung, kita ke kamar!” Dengan sigap, Ryeowook menarik Eunhyuk dan melengos ke arah lift. Tapi kemudian kulihat mereka berdua terkikik.

Aku hanya berpandang-pandangan dengan Kyuhyun. Merasa kikuk satu sama lain.

Rupanya Eunhyuk dan Ryeowook tidak main-main. Sesampainya di lantai 5, mereka cepat-cepat menyusuri lorong hotel, masuk kamar dan dengan sigap memasang kunci rantai dari dalam sehingga Kyuhyun tidak bisa masuk karena pintu hanya bisa dibuka seperempatnya saja. Mereka bahkan membawa sendiri barang-barang mereka, agar petugas hotel tidak perlu ikut masuk ke kamar.

“Yaa! Hyukjae! Aissh! Kau ini.. BUKA PINTUNYA!!” Sembur Kyuhyun.

Kepala Eunhyuk muncul dari sela-sela pintu. “Ey~ kau ini, sudah kuberi kesempatan malah menolak. Apa kau tidak kasihan Rin tidur sendirian? Bagaimana nanti kalau si pria misterius mendatanginya? Sudah sana tidur di sebelah saja!” Eunhyuk langsung menutup pintu dengan cepat setelah mengedip jahil untuk yang kedua kalinya malam ini.
Kyuhyun memandangiku dengan canggung. “Masuk duluan saja ke kamarmu, Rin-ah, aku akan.. menunggu sampai si Hyukjae membukakan pintu..”

“Mmm? Oh, baiklah..” Jawabku sambil menuju ke pintu kamarku, tapi lalu berhenti dan berbalik lagi, “Kau.. yakin tidak apa-apa menunggu di depan pintu begitu?” Ia hanya mengangguk.  “Oke..kalau memang begitu” Kataku, tidak yakin.

Aku lantas masuk dan menutup pintunya dari dalam. Di kamar, aku berjalan bolak-balik. Ke depan tempat tidur, ke pintu, ke depan tempat tidur lagi dan  sampai ke pintu lagi. Aku menggenggam knop pintu, melepasnya.. dan menggenggamnya lagi.

Buka.. tidak.. buka.. tidak..

Aku putuskan untuk membuka pintu.  Kyuhyun sedang bersandar pada dinding sebelah pintu kamarnya, mengetuk-ngetuk pintu itu dengan malas.Ternyata ia masih setia menunggu kebaikan hati Eunhyuk atau Ryeowook untuk membukakan pintu.

“Mmm.. Kyu?” Ia menoleh. “Tidur.. disini saja..” Kataku.
“Eo? tidak apa Rin-ah, aku akan menunggu mereka membukakan pintu. Lagipula kita masih harus makan malam,kan. Nanti juga mereka keluar..”
“Tapi kau kan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan membukakan pintu itu..hmm, kalau begitu, tunggu saja di kamarku. Nanti kalau mereka keluar makan malam, kau baru kesana..”

Kyuhyun tampak berpikir sejenak lalu mengangguk. Ia menarik kopernya ke kamarku. Sebenarnya,untuk berada di satu kamar dengan Kyuhyun bukan merupakan masalah besar bagiku. Bahkan terkadang ia pun tidur sebentar di kamarku, di flat trio young. Tapi kalau bermalam dengannya di satu kamar, itu hal lain. Kami belum pernah benar-benar tidur bersama di satu kamar, satu ranjang, apalagi melewati satu malam penuh dengan berdua saja.
Baru saja Kyuhyun menaruh kopernya di sebelah tempat tidurku, Iphonenya berbunyi tanda pesan masuk. Dari Eunhyuk. Kami membacanya bersama.

Kyu Kyu Kyu, kami akan makan malam di kamar saja.. dan jangan harap kami membiarkan kau masuk malam ini. Selamat bersenang-senaaang. Ku tunggu ceritamu besok. Ouch! ^^

Kyuhyun menggaruk-garuk lehernya dengan gerakan aneh, “Aku…”
“Tidak apa Kyu, tidurlah disini..” Kataku.
“Baiklah.. mmh.. kita, mm..sekarang  kau mau makan di kamar atau di luar?” Dari caranya bicara, aku tahu ia sedang berusaha keras mengatasi suasana canggung di antara kami. Akupun demikian.

“Kita turun saja, kita cari makan diluar hotel bagaimana? Apa menurutmu kita aman?”
“Tidak masalah, kita cari tempat sepi saja, mmh, maksudku, tempat gelap.. mmh.. maksudku—”
“Iya Kyu, aku mengerti. Tempat yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu terang kan..” Kataku, memotong kalimatnya yang membingungkan.

“Ah.. ne, itu maksudku..” ia menggaruk lehernya lagi sambil meringis lucu. “Baiklah, sekarang kita mandi lalu— eh, maksudku, kau mandi duluan.. lalu—”
“—Sudahlah Kyu, sepertinya kemampuanmu merangkai kalimat sedang terganggu. Aku sudah mengerti maksudmu,kok. Sekarang kau saja yang mandi duluan, sana..”

Ia meringis lagi sambil menuju ke kamar mandi.

***

Park Min Young’s   
Senin Malam waktu LA - Four Season Hotel, Beverly Hills


Aku merebahkan tubuh di atas kasur empuk, sementara Donghae merapikan kantung-kantung belanjaan kami ke dalam lemari. Sungguh, hari ini terasa sangat panjang tapi juga luar biasa menyenangkan. Memang tidak sah rasanya ketika ke LA tapi tidak mampir ke Hollywood Boulevard, dimana terdapat Walk of Fame para artis Hollywood yang membentang di depan Grauman’s Chinese Theatre.

Disana lagi-lagi kami banyak mengabadikan momen-momen liburan ini dan juga menikmati makan sore di daerah sekitar sana. Donghae bilang, ia ingin suatu saat cetakan tangan maupun kakinya diabadikan disana, yang lalu kubalas dengan fakta bahwa cetakan tangannya sudah diabadikan oleh SM pada kesempatan SM Art Exhibition kemarin dan kuusulkan untuk membawa sendiri cetakan tangan itu untuk kemudian dipajang disini. Setelah itu, Donghae tertawa sepanjang sore dan berulang-ulang mengatakan bahwa ideku sangat bagus untuk dicoba. Semoga saja ia tidak seserius itu menanggapinya.

Puas menjelajahi Hollywood Boulevard, aku dan Donghae menyempatkan diri mampir di pantai Santa Monica yang letaknya tidak jauh dari hotel. Kami menghabiskan sore disitu sambil bersantai, berfoto, menikmati hot dog di pinggir pantai, merendam kaki, lalu berlarian saling mengejar ketika Donghae pertama kali menendang air ke arahku. Akhirnya kami berdua kelelahan bermain di pantai dan memesan makan malam di sebuah restauran pinggir pantai. Setelahnya, baik aku dan Donghae harus sama-sama menyeret kaki kami lagi untuk perjalanan kembali ke hotel.

“Aaaaaahhhh~” desahku sambil berguling di atas kasur. Donghae ikut menjatuhkan tubuhnya di kasur dan berguling ke sebelahku.
“Cup cup cup... Kau lelah ya baby? Kasihan...” katanya sambil meregangkan tangannya dan menepuk-nepuk dadanya. “Kemarilah,”

Aku merangkak dan bergelung di pelukannya, dan Donghae pun mulai mengusap-usap punggungku dengan gerakan yang menenangkan. “Apa kau tidak lelah?”
“Tidak terlalu. Aku sangat menyukai hari ini! Tidak setiap hari aku bisa berjalan-jalan sebebas ini. Kau tidak boleh lelah sekarang Min, sungguh! Besok kita akan bermain lebih lama dan lebih banyak lagi daripada hari ini! Kita akan bermain di Universal Studio! Wohooooo~” Donghae meninjukan kepalan tangannya ke udara penuh semangat.

“Ah! Aku tahu cara membuat lelahmu hilang!” serunya sambil tiba-tiba bangkit dari posisi kami yang sedang berpelukan.
“Kau mau kemana?” panggilku ketika kulihat Donghae melesat ke arah kamar mandi. Jawaban yang kuterima hanyalah,
“Kau tunggu saja disitu baby. Nanti kau baru boleh menyusulku kesini.”

Hmmm, aku penasaran apa yang sedang pacarku itu lakukan. Karena sejujurnya, Donghae tidak terlalu beruntung dalam membuat sesuatu seperti kejutan atau yang lainnya yang bersifat spontan. Bisa dibilang, kebanyakan dari kejutannya gagal karena disebabkan oleh rasa kurang percaya dirinya dan juga sifat kikuknya. Rasa penasaran sekaligus kekhawatiranku terjawab sudah ketika suara panggilan Donghae terdengar dari arah kamar mandi tidak lama kemudian.

“Ada apa baby—wah...” aku terkesiap ketika melihat Donghae sudah berdiri di dalam bathtub yang berisi air setinggi betisnya. Aku berjalan mendekatinya dan menghirup aroma wangi yang menguar dari uap air.
“kemari baby, duduklah disampingku.” Donghae lalu membantuku naik dan melangkah masuk ke dalam bathtub, merasakan hangatnya air merendam kakiku yang pegal.

“Wah, jeongmal... rasanya enak sekali!” Aku mendesah nikmat ketika kurasakan air hangat mulai mengurai ketegangan otot-otot kakiku. Donghae mengambil salah satu kakiku dan mulai memijatnya dari telapak kaki hingga betis., sebelum beralih ke kakiku yang lain. Kutatap Donghae dengan haru serta syukur, dan ia hanya membalasku dengan senyum manisnya yang bagai malaikat.

“Apa kau mau bersulang, Min?”
“MWO??!” aku langsung bangkit berdiri di dalam bathtub ketika mendengarnya.
“Sebentar ya, akan aku ambilkan. Kau tunggu saja disini.” Dan Donghae pun beranjak keluar dari kamar mandi, meninggalkanku yang tercengang dan tampak tolol.

Aku tidak salah dengar kan? Donghae baru saja menawariku bersulang bersamanya, benar begitu kan? Tapi ini tidak mungkin terjadi! Donghae tidak bisa minum alkohol karena tidak tahan dengan rasanya yang pahit. Belum lagi, Donghae akan cepat sekali mabuk dengan wajah yang memerah seperti udang rebus. Cukup beberapa teguk dan ia akan mulai meracau. Donghae juga tahu bahwa aku juga tidak terlalu suka minum alkohol karena alasan yang sama dengannya. Ya, aku memang saudara kembar Kyu si pecinta wine, tapi sungguh aku punya selera yang sangat berbeda dengannya dalam hal itu. Aku hanya bisa mentolerir rasa white wine yang sedikit lebih manis daripada jenis alkohol yang lainnya. Selain itu, aku tidak tahan.

Sekitar tiga menit kemudian Donghae masuk sambil memasang cengiran lebar, di kedua tangannya masing-masing memegang satu gelas ukuran sedang yang mengepulkan uap. Ia kembali duduk di sebelahku dan menyodorkan salah satu gelas padaku. Aku melihat ke dalamnya, dan tersenyum penuh sayang pada pacarku ini ketika aku mencium aroma cokelat panas dari dalam gelas.

“Ayo kita bersulang!” ajak Donghae sambil memajukan gelasnya, dan aku melakukan hal yang sama sampai kedua gelas kami berdenting.

Terima kasih Tuhan, karena memberiku pacar yang penuh perhatian seperti dia...

***

Ahn Rin Young’s
Senin Tengah Malam Waktu Athena - Kamar Hotel, Athena.

Kami kembali ke kamar sekitar tiga jam kemudian setelah makan di salah satu restauran indah di daerah Monastiraki. Sudah tengah malam. Entah mengapa, sepanjang makan malam tadi baik aku maupun Kyuhyun tidak ada yang  berani mengajak kembali ke hotel. Padahal semakin malam, kami semakin lelah. Akhirnya, setelah sama-sama menguap berulang kali, ia mengajakku kembali ke kamar. Suasana pun kembali canggung.
Aku berusaha mencari kegiatan yang dapat mengalihkan pikiranku. Kini aku sedang duduk di depan lemari pakaian, mengambil baju tidur dari koperku. Lalu aku beralih ke koper Kyuhyun, mencarikan baju tidurnya.

“Kyu, ganti pakaianmu dulu.. ini..” Ia lalu mengambil baju dari tanganku. Aku kembali menunduk ke koper dan tidak memperhatikannya lagi. Tapi sampai aku menutup koper dan pintu lemari,dari ekor mataku,aku bisa tahu kalau Kyuhyun masih berdiri di tempatnya semula, di sebelahku. Sedang apa sih dia? Kenapa belum masuk kamar mandi juga? Pikirku. Aku lantas mendongak dan hampir tersedak. Ternyata ia tidak merasa perlu berganti baju di dalam kamar mandi. Aku melihatnya yang baru saja membuka kancing kemeja terakhirnya, lalu melepaskan kemeja itu dari kedua lengannya...

…memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang terbalut kulit seputih susu.

Merasa diperhatikan, ia menoleh padaku yang masih duduk sambil mendongak tak berdaya melihat pemandangan mengejutkan ini. “Wae?”  Tanyanya,memulihkanku dari keterkejutan. Aku langsung membuang pandangan ke arah lain. Ke tempat yang tidak ada pria berkulit putih susu yang sedang tidak pakai baju—Hmm.atasan, maksudku.

“Hngg? Tidak..” kataku. Aku bangkit dan berbalik menuju kamar mandi. Kyuhyun mengikutiku ke depan pintu.
“Naksir yaaaa…” Godanya, masih tanpa atasan.

Aku hanya menggembungkan pipi dan menutup pintu kamar mandinya dari dalam. Benar-benar tanpa daya, aku hanya bisa terduduk di atas kloset yang tertutup. Otakku sedang tidak punya stok memori lain selain kejadian barusan,maka yang terjadi adalah, kejadian tadi terus menerus berputar ulang di dalam kepalaku.

Kenapa aku terkejut?  Kenapa aku harus terkejut? Laki-laki tanpa baju atasan itu biasa, kan? Tapi ini Kyuhyun! Kyuhyun yang tidak pernah mengekspos tubuhnya ke hadapan umum. Jangankan dada hingga perut, lengan pun jarang. Lalu kalau memang begitu, kenapa tadi dia melepas atasannya begitu saja di hadapanku??? Aku butuh latihan yoga sekarang juga sebelum aku lupa caranya mengatur napas.  Tapi.. Ini kan toilet? Latihan yoga di toilet? Ya ampun!

Sepertinya kejadian tadi sukses membuat kerja otakku melemah.

Setelah melewati momen “kegilaan”ku di kamar mandi, aku keluar dengan sudah memakai baju tidur. Syukurlah, Kyuhyun juga sudah memakai baju tidurnya dengan lengkap. Jadi aku tidak perlu lagi melihat.. ah, sudahlah.

Ia mengambil satu bantal dari atas tempat tidur dan membawanya ke sofa. “Tidurlah Rin-ah, aku akan tidur disini”
Mataku bergantian memandangi tempat tidur dan sofa. “Tapi.. kau tidak ada selimut.”
“Tidak apa..aku sudah pakai kaus kaki”

Aku lega karena kami sudah mendapatkan solusi atas masalah yang sejak tadi mambuat kami kikuk. Tapi aku benar-benar tidak tega membiarkannya tidur kedinginan. Jadi, aku mengambil sebuah kain Bali milikku dari dalam koper dan menyelimutinya yang sudah berbaring di sofa. Ia menggumamkan terima kasih dan kembali memainkan game consolenya yang sudah di set tanpa suara.

***

Malam itu aku terbangun beberapa kali entah karena apa. Kyuhyun, yang masih asyik dengan game consolenya, berulang kali menanyakan apakah aku baik-baik saja. Aku merasa baik-baik saja sampai aku terbangun untuk yang ketiga kalinya dengan perasaan aneh. Aku terbangun dengan sedikit tersentak. Kyuhyun langsung bangkit dan menghampiriku ke tempat tidur. Game consolenya tadi sudah ia lempar ke atas sofa dengan sembarangan.

“Rin-ah, gwenchana?” Dengan pandangan khawatir, ia mengambil tissue dan mengelap kening hingga leherku. Aku hanya bisa menggeleng lemah. Tubuhku berkeringat dan napasku tersengal-sengal. Bukan karena sakit, tapi karena aku mengalami mimpi buruk. Aku bertemu kedua orang tuaku tapi seperti ada dinding kaca tipis di antara kami. Seolah-olah, aku begitu merindukan mereka, tapi ada satu hal yang menghalangiku. Aku menangis di dalam mimpi, karena tidak bisa memeluk orang tuaku yang sudah ada di depan mata. Perlahan, dinding kaca diantara kami semakin menebal hingga jarak kami semakin menjauh. Terakhir, kaca tebal itu pecah dan orang tuaku menghilang bersamaan dengan berhamburannya pecahan kaca itu di udara.

“Aku mimpi buruk..” Kataku sambil menyandarkan punggung di bantal.
“Sebentar” katanya. Ia lalu menuangkan segelas air putih hangat untukku, dan mengambil sesuatu dari dalam kopernya.

Aku sedang menenggak banyak-banyak air putih yang ia berikan saat ia memakaikan kaus kaki di kedua kakiku. “Pakai ini ya.. Kau tahu? kaus kaki bisa membantu mengurangi frekuensi terbangun saat tidur di malam hari..”
Aku tersenyum berterima kasih dan mengembuskan napas. “Aku.. memimpikan orang tuaku, kami sudah sangat dekat, tapi ada dinding yang menghalangi kami..” Aku merasa perlu berbagi, jadi aku bercerita tanpa menunggu pertanyaannya. Ia tersenyum simpul dan mengusap kepalaku.

“Kau hanya sedang merindukan mereka.. jangan khawatir, itu hanya mimpi, Rin-ah..”
“Ne, hanya saja sesaknya benar-benar terasa, Kyu..”

“Aku mengerti..” Ia tersenyum menenangkanku. “Nah, sekarang tidurlah lagi. Besok kau bisa menelpon mereka, eotthe?” Ia membantuku untuk kembali berbaring dan menarikkan selimut untukku. Aku tidak bisa lepas memandanginya, begitu bersyukur karena ia ada disini bersamaku. Kalau tadi aku benar-benar tidur sendiri, aku tidak tahu apakah aku bisa menenangkan diriku sendiri.

Ia sudah akan berbalik ke sofa saat aku menarik tangannya lagi, menahannya tetap disini. “Tidur disini saja..” Kataku dengan serak. Tiba-tiba aku merasa bulir-bulir air mata menggenang dan kemudian jatuh menyusuri pipiku. Aku sungguh tidak tahu mengapa dan apa yang kutangisi, mungkin karena sesak yang kurasakan terlalu berat untuk kutampung di dalam dada. Aku bergeser sedikit untuk memberi ruang pada Kyuhyun agar bisa berbaring di sebelahku. Tangan kami masih bertaut.

“Rin-ah.. uljima..” Ia berbaring memelukku dari samping dan aku langsung memendamkan wajahku ke bahunya. Kini air mataku sudah mulai membasahi baju tidurnya. “Tenanglah,aku ada disini.. sshh.. jangan menangis lagi ya. Tidurlah.. kau butuh istirahat”. Perlahan, aku merasakan ketenangan menjalar dari dada hingga kepalaku. Betapa ajaibnya, kehangatan pelukannya dapat dengan mudah mengusir kekhawatiranku. Aku merapatkan wajah ke lekuk lehernya, mencari lebih banyak kehangatan yang terbukti bisa menenangkanku.

Tidak lama kemudian, akupun tertidur dalam pelukannya.

~To Be Continued~

[PREVIEW CHAPTER 22b]

Ahn Rin Young's
“Chakkaman..” kata Kyuhyun. “Ada berapa tepatnya jumlah tangga dihadapan kita ini?”
“Empat ratus dua puluh tiga” Kataku sambil menahan senyum, tahu benar reaksi yang akan kudapat. Sesuai dugaan, Kyuhyun dan Ryeowook langsung melotot. Hanya Eunhyuk yang semangatnya masih bertahan. Ia langsung menarikku untuk mulai menaiki tangga mendahului Kyuhyun dan Ryeowook. 

Hwang Bin Young's
"Aku yakin, jantungmu berdetak kencang saat ini, sayangku." Heechul bergumam di mulutku.
Aku hampir tidak memiliki waktu untuk merenungkan komentar itu, karena tangan Heechul sudah bergerak kembali untuk menari di sepanjang tulang rusukku.
"Beb, kamu membuat tulang-tulangku meleleh." Aku melingkarkan lengan di sekeliling leher Heechul. Aku benar-benar butuh berpegangan agar tidak merosot dari pangkuannya.

Park Min Young's
“Tidak, tidak. Aku tidak bisa makan dengan enak karena kesepian. Tidak ada orang yang menyiapkanku makanan. Tidak ada juga yang menemaniku makan. Heechul malah asyik berdua dengan Bin dan meninggalkanku dengan Heebum. Badanku kurus kering sekarang.” Keluh Teukie di ujung sana, yang membuatku terkikik karena membayangkan Teukie terpaksa mengobrol dengan Heebum saat makan. “Yaaa, kau menertawanku?”
“Mianhae oppa, tapi membayangkan itu lucu sekali! Manfaatkanlah waktu ini sebaik mungkin supaya bisa lebih akrab dengan Heebum, oke?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar