Jumat, 01 Februari 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 16]

Park Min Young’s
Senin Siang- Times square Mall, Seoul.


Aku menguap dalam-dalam sambil memerhatikan berbagai display di sebelah kanan dan kiriku. Berpesta semalaman menyisakan kantuk yang menyiksaku selama kelas tadi. Ternyata bukan hanya aku yang berjuang menjalani sesi perkuliahan dengan terkantuk-kantuk pagi ini; Rin dan Kyu pun juga sama sepertiku, begitu juga dengan Bin yang sedang sibuk dengan kegiatan teaternya. Kyu bahkan tertidur di atas mejanya dan fotonya sudah menyebar di media twitter sejak pagi, membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Bukan, tentu saja bukan aku pelakunya karena aku tidak sekelas dengan Kyu. Sepertinya seorang teman sekelasnya yang memotret Kyu yang sedang tidur dengan diam-diam dan menguploadnya di twitter. Akhirnya, untuk menyegarkan mata lagi, aku dan yang lainnya setuju untuk berjalan-jalan di Times square Mall seusai kelas sambil makan siang. Tentu saja, Kyuhyun harus tahan berkeliaran dengan menggunakan topi dan kacamata hitam.

Saat ini, aku sedang mengamati beberapa toko pakaian, sepatu, tas, dan beberapa toko lainnya yang menawarkan bervariasi barang, dari mulai yang branded hingga yang unik. Aku mengamati semuanya, membeli beberapa yang menarik perhatianku, mencoba beberapa sambil cekikikan dengan yang lainnya. Tidak butuh waktu lama sampai kami menghiasi tangan kami dengan beberapa buah kantung belanja.

“Ayolah, kita makan sekarang...” Kyu merajuk di belakangku sambil menguap.
“Iya, iya. Sebenarnya, aku masih ingin mencari kado untuk Hae.”
“Eh? Ulang tahun Hae oppa kan masih lama?” Bin memerhatikanku dengan bingung.
“Iya, tapi kan tidak ada salahnya aku mulai mencari dari sekarang. Kalian pergi makan duluan saja, aku ingin melihat satu toko lagi, nanti aku akan menyusul. Bagaimana?”

“Unnie mau aku temani tidak?”
“Tidak usah Bin, kau ikut makan saja sana. Aku tidak akan lama kok.”
“Ya sudah, kami pergi makan, tapi kau jangan lama-lama ya.” Kyu memberi isyarat ke arah Bin dan Rin untuk mengikutinya. Aku memisahkan diri dari mereka dan melangkah menuju toko elektronik, ingin mencari sebuah hadiah yang cocok untuk Donghae—

Sebuah tangan mendadak menarikku dan membawaku keluar toko dengan langkah tergesa. Aku hampir tersandung beberapa kali, tapi cengkraman tangan ini begitu kuat di sikuku sehingga mencegahku untuk jatuh. Aku mendongak, dan melihat Han Ji Sung, teman sekelasku yang tempo hari memberiku cokelat, menarik lenganku dan membawaku hingga ke luar jarak pendengaran teman-temanku yang sudah berjalan jauh di depan.

“Apa yang kau lakukan?” seruku marah.
“Annyeonghaseyo Min Young-ssi, aku punya kabar untukmu. Aku tahu hubunganmu dengan Kyuhyun.”
“Kau tahu?!”
“Ya. aku sudah melakukan beberapa penyelidikan.” Ia tertawa kecil dengan sinis. “Kau positif berpacaran dengan Kyuhyun.”

“Aku... MWO?!”
“Tidak usah repot-repot menyangkalnya. Aku melihatmu selalu bersama Kyu, dan juga kau berkencan dengannya beberapa kali, seperti juga hari ini kan?”

“. . . .”

“Dan lagi, yang lebih mengejutkan adalah, kau menduakan Kyuhyun dengan teman satu timnya, Lee Hyukjae, benar kan? Aku punya buktinya, foto-fotonya.”

A...apa katanya tadi? Lee...Hyukjae?! Aku membelalakkan mata mendengarnya. Semakin lama semakin gila saja. Ia menyodorkan beberapa lembar foto candid yang memperlihatkan aku sedang tertawa bersama Kyu, aku tidak ingat kapan persisnya foto ini diambil.  Di foto itu, tanganku tampak sedang meninju lengannya. Yang seperti ini dibilang bukti?!

Aku membalik foto selanjutnya, dimana terlihat aku sedang berada di dalam mobil dengan Donghae.Donghae, bukan Hyukjae, demi Tuhan! Sepertinya ini foto dari hari Sabtu kemarin, saat aku dan Donghae pergi membeli makan siang, karena di foto ini aku memakai kacamata berbingkai lebar dan memakai dress santai berwarna biru muda tanpa lengan, dress yang aku ingat kukenakan Sabtu kemarin. Foto terakhir adalah foto aku bersama beberapa member Super Junior juga di bandara. Aku memakai topi dan tudung jaket disitu, dan berdiri di sebelah Donghae (Donghae!!!) sambil membawakan tasnya. Pada saat itu aku sedang menyamar menjadi salah satu staf supaya bisa ikut kegiatan Super Junior di luar Korea. Foto terakhir ini diambil dari internet, aku yakin.

“Aku tahu itu kau. walaupun kau memakai topi dan sebagainya, tapi aku mengenalimu. aku sungguh tidak menyangka kau merupakan wanita yang seperti itu, tapi menduakan laki-laki yang berada dalam satu tim? Tidakkah menurutmu itu kejam? Tapi, entah bagaimana kau mendapatkan rasa kagumku, lebih besar dari sebelumnya. Jadi aku akan mengajukan penawaran untukmu.” ia berdeham. “Pergilah berkencan denganku sekarang. Atau aku akan menyebarkan foto-foto ini di internet.”

Tanpa pikir panjang lagi, aku melayangkan foto-foto yang sedang kupegang ke arah kepalanya—

PLAAAAAK!

“Heyyy~ untuk apa itu?” Ji Sung melotot ke arahku sambil mengusap kepalanya.
“Untuk membersihkan otakmu.”
“Memangnya kenapa dengan otakku?!”

“Otakmu tidak waras.” aku menghela napasku dengan tidak sabar. Sungguh, ini hal yang tidak penting. Foto-foto yang ia punya tidak bisa membuktikan apa-apa, apalagi memperkuat tuduhannya yang gila. Tapi aku tidak mau memancing masalah lebih pelik dengannya yang akan mendorongnya untuk mencari bukti lebih jauh tentang hubunganku dengan Kyu maupun Donghae. Bagaimana ini?

“Informasi untukmu, yang ada di dua dari tiga foto ini bukanlah Lee Hyukjae, pabo!”
“Eo? Kalau begitu siapa dia?”
“Kau ini sungguh...!” aku menarik napas dalam-dalam dan menahan diri untuk memukul kepalanya sekali lagi.

“Siapa pun dia, dia pasti masih termasuk dalam member Super Junior, karena di foto terakhir ia ada bersama dengan Kyuhyun dan yang lainnya.” Ji Sung tampak menggumam sambil berpikir keras, lalu mengangguk puas dengan kesimpulan yang diambilnya sendiri. “Kau sungguh-sungguh tidak mau berkencan denganku?” ujarnya dengan nada sedikit memelas.

“Tidak.”
“Tidak sekali pun?”
Aku menggeleng. Ia mendesah frustasi.
“Kau tidak takut aku menyebarkan foto-foto ini?”

Aku mengambil risiko dengan menggeleng lagi, dan menahan napas tegang. “Aku tidak punya hubungan spesial dengan mereka berdua. Tidak ada yang perlu aku takutkan.” dustaku.
“Begini saja. Bagaimana kalau kau berkencan denganku sekarang—” aku menghentakkan kaki dengan tidak sabar.

“—tunggu, biar kulanjutkan dulu. Kau berkencan denganku sekarang, sekali saja. Lalu kau akan mengetahui bahwa aku lebih baik dari dua pacarmu yang terkenal itu. Setelah kencan ini, keputusan ada padamu, dan aku akan menghargai apapun keputusanmu itu.” Ji Sung tersenyum puas pada pidatonya sendiri, dan sangat percaya diri bahwa ia akan menjadi pemenang dalam permainan konyol ini.

Aku mengambil waktu untuk berpikir sejenak. “Pertama-tama, aku tidak punya 'dua pacar yang terkenal' seperti yang kau bilang barusan,” hanya satu, ralatku dalam hati. Dan jelas bukan Hyukjae!!! “Kedua, kalaupun aku harus berkencan denganmu, aku tidak bisa hari ini. Sekarang aku sedang di tengah-tengah acara belanja dengan teman-temanku, yang pasti sebentar lagi akan menyadari diriku hilang di belakang mereka. Dan ketiga, bagaimana aku bisa percaya bahwa kau tidak akan menggangguku lagi setelah ini?”

“Kau percaya saja, seperti aku percaya bahwa perjanjian ini tidak akan penting lagi setelah kau berkencan denganku.”

Aku menggertakkan gigi dan memejamkan mata. Sebaiknya aku menyelesaikan urusan ini secepat mungkin. Semakin cepat beres, akan semakin tenang hidupku tanpa gangguannya.

***

Ahn Rin Young’s

Kami sedang sangat mengantuk setelah tadi malam berpesta sampai pagi dan harus menghadiri kelas pagi di kampus. Namun bukannya langsung pulang, kami berempat sepakat untuk jalan-jalan dulu di mall ini. Saat ini, kami sedang terpisah dengan Min karena ia masih ingin mencari kado untuk Donghae sedangkan Kyuhyun sudah lapar. Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk menunggunya sambil makan.

Aku, Kyuhyun dan Bin memilih restoran Korea yang tidak terlalu ramai dan berpenerangan redup. Jangan berpikir macam-macam, ini kami lakukan karena Kyuhyun sudah tidak betah mengenakan segala “perlengkapan menyamarnya”. Ia ingin segera melepas kaca mata hitam, topi dan jaketnya, maka kami tidak mungkin masuk ke restoran yang terang benderang dan ramai.

Sesuai keinginan Kyuhyun dan Bin dari awal, mereka langsung memesan Jajangmyun; mie kedelai hitam khas Korea. Kalau kau tidak tahu, itu mie yang sering muncul dalam drama coffee prince. Ingat sekarang? Sedangkan aku sendiri memilih Japchae –Tumis mie dan sayuran- sebagai menu makan siangku hari ini. Setelah pelayan pergi, Kyuhyun yang duduk menghadap tembok mulai melepas satu persatu perlengkapan menyamarnya dan menggumam lega. Aku memperhatikannya sambil tersenyum sendiri.

“Kyu, sebenarnya kau terlihat sama saja dengan atau tanpa perlengkapan menyamar itu,kau tahu?”
“Eo? Iya ya?” Ia tertawa kikuk.
“iya, Oppa. Bahkan kalaupun Oppa pakai masker, akan tetap bisa dikenali. Hihihi..” Kata Bin sambil terkekeh.
“Ini kan airport-fashion­mu.. jadi jangan salahkan kami kalau Elf tetap mengenalimu dimanapun..”. Tambahku.
“Ah~ resiko orang terkenal…” Jawab Kyuhyun arogan.

Aku dan Bin langsung berpandang-pandangan, sedikit menyesal telah mengangkat topik ini.

Beberapa saat kemudian, pesanan kami datang. Kyuhyun secara ajaib berhasil 'membungkam' si pelayan dengan memberikan senyum manisnya dan aegyo yang dibuat-buat. Kyuhyun hanya berkata bahwa kami butuh privacy dan pelayan wanita itupun seketika terhipnotis. Ia setuju untuk tetap merahasiakan keberadaan Kyuhyun di restauran ini.

Setelah si pelayan pergi dengan ekspresi berbunga-bunga, kulihat Bin dan Kyuhyun sangat antusias karena bertemu dengan makanan favorit mereka di restoran sebesar ini. Ya, Jajangmyun memang lebih banyak dijual di kedai-kedai kecil, namun kami beruntung bisa menemukannya disini.


“Wuaaaa~” kata mereka bersamaan. Aku hanya geleng-geleng kepala. Beberapa saat kemudian, Kyuhyun memandang makananku dengan sedikit ngeri.
“ih, Banyak sekali sayurnya..”
“Oppa, Rin Unnie kan memang selalu makan makanan sehat.. minumnya juga.. harusnya kau contoh dia, dong..” Sahut Bin.

Kyuhyun bergidik berlebihan. Ku katakan pada Bin bahwa Kyuhyun sepertinya sudah merasa cukup sehat dengan selalu meminum wine kesukaannya.“Tapi jangan khawatir Kyu, dipiringku ini ada jatah sayurmu,kok..” Aku menyumpit beberapa potong wortel dan sawi putih,lalu membawanya ke hadapan Kyuhyun, “Aaa~”

Kyuhyun langsung mundur dan menutup mulutnya. Ia menggeleng-geleng sepenuh hati. Aku tidak menyerah. Aku memegang lengannya, sedikit menariknya agar turun. Belum berhasil. Aku mencubit perutnya, sedikit menggelitiknya agar ia menyerah. “Ayo Kyu.. aa~” kataku. Aku masih terus “menyerangnya” dengan trik-trik yang lain sampai akhirnya ia menyerah dan membuka mulutnya. Ia mengunyah sayur itu sambil memberengut.

“Tapi…” kata Kyuhyun tiba-tiba. “Rasa sayur jadi tidak begitu buruk kalau kau yang menyuapi, Rin-ah.. aneh ya..” lalu menaik-turunkan alis dengan genit.
Aku menarik pucuk hidungnya dengan gemas. “Ey~ kau ini..”

Di depanku, Bin sejak tadi memperhatikan kami sambil terkikik “Aaaah, Romeo and Juliet couple.. kalian menggemaskan sekali sih.. aku jadi kangen My Chul..” ia lalu mengambil telepon selularnya dan langsung menelepon pacar kesayangannya itu. Sekarang, jadi kami yang memperhatikan interaksi Bin dengan Heechul. Segalak apapun Evil senior kami itu, kalau sudah bersama dengan Bin, rasanya seperti melihat dua manusia dewasa yang terjebak di masa anak-anak.

Kalau dari sudut pandang ilmu psikologi yang kupelajari, rasanya aku bisa menyebut mereka berdua sebagai pasangan yang mengidap Peterpan complex atau Cinderella complex, semacam penyakit psikologis dimana penderitanya seperti tidak bisa keluar dari masa anak-anak, ataupun terjebak di dunia khayal. Saat ku katakan kepada Bin tentang hal ini, bukannya protes, Bin malah kegirangan. Katanya, sejak dulu ia memang sudah menyadari kalau ia dan pacarnya itu menderita penyakit sejenis itu. Heechul yang mendengar perkataanku dari seberang telepon pun sama girangnya dengan Bin. Benar-benar pasangan yang aneh. Rasanya cocok kalau aku memberi  label complex-couple” pada mereka.

Saat aku dan Kyuhyun sedang membicarkan Bin, Kyuhyun berulang kali melihat jam tangannya dan menanyakan keberadaan Min. Sudah lebih dari setengah jam, bahkan semua makanan telah habis kami santap. Tapi kenapa Min belum datang juga? Aku mencoba meneleponnya, tapi telepon selularnya tidak aktif. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung menyusul Min di toko elektronik; tempat terakhir ketika kami meninggalkannya. Kyuhyun pun segera mengenakan kembali alat penyamarannya.

Beberapa saat kemudian, kami menemukan Min di cafĂ© sebelah toko elektronik itu. Tapi… tunggu sebentar. Sedang apa ia disini? Ada pria yang duduk di hadapannya dan itu jelas-jelas bukan Donghae. Rasanya aku mengenal pria itu.. pikirku.

Kyuhyun menggumam kesal di sebelahku “Aishh bocah ini, ditunggu malah minum kopi disini. Benar-benar!” ia langsung menghampiri meja adik kembarnya itu dengan langkah cepat.
“Min! Sedang apa kau disini???” Bentak Kyuhyun.
Min tampak tersentak ketika Kyuhyun memanggil namanya, namun wajahnya entah bagaimana tampak lega dengan kedatangan kami. 

                                                                              ***

Park Min Young’s

Untuk kesekian kalinya aku melirik jam tangan di pergelangan kiriku. Sudah setengah jam aku duduk diam di hadapan Han Ji Sung sambil mendengarkan cerita yang luar biasa membosankan tentang hidupnya yang juga membosankan. Tepatnya sudah tiga puluh lima menit lebih empat puluh detik aku bersabar mendengar tentang kisah pilu anjing kesayangannya yang jatuh cinta dengan anjing kampung, neneknya yang tergila-gila dengan pohon tomat, hingga ke misteri terbesar dalam hidupnya, yaitu penemuan sebuah cupcake di dalam sepatu converse-nya. Yang benar saja!

Pada akhirnya aku memutuskan untuk meladeninya ‘berkencan’ sekali ini saja, dan hanya sekedar minum kopi, dengan tujuan agar hidupku terbebas dari gangguannya selama-lamanya. Semakin cepat urusan ini diselesaikan, semakin baik. Aku terpaksa ‘kabur’ dari Kyu, Rin, dan juga Bin di tengah-tengah acara belanja kami. Rencanaku, selesai berususan dengan Ji Sung aku akan menyusul mereka yang sedang makan siang di mall ini. Tapi tidak kusangka, aku malah terpaksa mendengar segala cerita absurdnya dan harus menahan kesabaranku hingga ke batas maksimal. Pada awalnya, ia memulainya seperti kencan pada umumnya, dengan berkata, “Sebaiknya kita saling mengenal terlebih dahulu.” Dan kemudian cerita dilanjutkan dengan detail kelahirannya dan juga detail hidupnya yang lain.

Seumur hidup, aku tidak pernah menghabiskan satu gelas besar frappuccino dalam waktu lima menit. Tapi karena tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan lagi, jadi aku hanya meminum minumanku lagi dan lagi, lalu menghabiskannya dalam lima menit pertama. Dua puluh lima menit selebihnya merupakan siksaan serius bagi pendengaranku.

“Lalu sewaktu tetanggaku melahirkan, seluruh keluargaku ikut—”
“Ji Sung-ssi,” potongku. Jelas sekali tidak ada gunanya bagiku untuk mengetahui proses kelahiran tetangganya itu. “Aku rasa aku harus pergi sekarang. Berjanjilah kau tidak akan menggangguku lagi setelah ini.”

“Mworago? Tapi kita kan baru duduk selama lima menit—”
“—tiga puluh delapan menit.”
“—dan kau belum mengenalku. Aku—”
“Percaya lah Ji Sung-ssi, aku sudah cukup mengenalmu. Jadi biarkan aku pergi, dan kau harus berjanji untuk—”

“Min!!!” aku menoleh ke arah pintu, melihat Kyuhyun sedang berjalan menghampiri mejaku dengan Rin dan Bin mengikuti di belakangnya. “Sedang apa kau disini?” serunya tampak marah.
“Ky—uhm.” Aku bangkit dari dudukku, namun seketika menghentikan ucapanku sebelum nama Kyu keluar dari mulutku dan orang-orang mulai memerhatikan. “aku sedang, umm, bertemu teman. Dia... dia temanku.” Aku merujuk pada Han Ji Sung, yang sekarang sudah ikut berdiri juga.

Kyu melihat Ji Sung dari atas sampai bawah, kemudian kembali ke wajahnya lagi. Meskipun matanya ditutupi kacamata hitam, tapi gerakan kepalanya bisa menunjukkan bahwa ia sedang menilai Ji Sung.  “Kau siapa?”
“Han Ji Sung imnida. Kau Cho Kyuhyun kan? Akhirnya kita bertemu juga.”

Kyu hanya mengangguk untuk membalas salam perkenalan Ji Sung. Lalu berbalik ke arahku dengan galak. “Kau sedang apa disini dan bukannya menyusul kami?”
“Ah, maafkan aku karena meminjam pacarmu sebentar, Kyuhyun-ssi.” Ji Sung mengengahi dengan sok tahu.

Kyu tampak kaget mendengarnya, sebelah alisnya terangkat dan secara otomatis ia menengokkan kepala ke arah Rin, yang tentu saja masih aman disampingnya. Rin membalasnya dengan mengedikkan bahu, lalu saling melemparkan pandangan dengan Bin dan juga aku. Aku tahu mereka bisa mengenali Ji Sung.

“Kau tidak perlu sekaget itu karena aku mengetahui hubungan asmaramu. Aku yakinkan, aku tidak akan membuka mulutku ke orang-orang yang salah, karena pacarmu sudah meyakinkanku untuk tidak melakukannya.” Ji Sung menatapku penuh arti, yang dibalasku dengan galak.

“Apa maksudnya itu?” tanya Kyu galak, mengalihkan perhatiannya padaku, Ji Sung, dan juga Rin secara bergantian.

Pada saat itu, aku hampir saja menyemburkan tawa karena seluruh kesalahpahaman ini terasa lucu. Tapi, Kyu pasti tidak akan merasa lucu kalau aku tertawa saat ini.
“Aku, hummmm...  sebaiknya kita pergi saja sekarang.” Aku mengambil tas dan kantung belanjaanku, lalu menarik Kyu agar mau keluar dari coffee shop itu sebelum jadi tontonan orang. “Aku pamit sekarang, Ji Sung-ssi. Jangan lupa, kau sudah berjanji tadi. Annyeonghaseyo.”

Kurasakan tanganku dicengkeram, dan ditarik ke arah belakang.
“Min Young-ssi, maafkan aku, tapi hari ini tidak masuk hitungan. Lain kali kita akan bicara lagi.”

“Mwo??!! Kau bilang tadi...!” aku mengepalkan tanganku dan menahan diri untuk tidak mengambil gelas di meja dan mengguyurnya dengan air di dalamnya. Aku tidak akan memancingnya untuk berbuat lebih jauh lagi, aku menguatkan diriku sendiri. Aku tidak akan...

“Kau. Lepaskan tangannya sekarang.” Kyu maju ke antara kami dan berkata dingin pada Ji Sung. Ditariknya tanganku dengan sentakan kasar yang langsung terlepas dari cengkeraman Ji Sung. “Kau jangan pernah mengganggunya lagi. Tidak juga berbicara dengannya lagi mulai saat ini. Kau dengar aku?!”

Kyu lantas menarikku keluar dari coffee shop itu.

***

Ahn Rin Young’s

Setelah menemukan Min yang sedang minum kopi bersama Jisung—teman kuliah yang memberinya coklat putih tempo hari itu, Kyuhyun langsung menginterogasi Min dari balik kemudi sepanjang perjalanan pulang ke dorm.

“Jadi dia mengancammu hanya supaya bisa berkencan denganmu?” Tanya Kyuhyun setengah berteriak. Pandangannya masih lurus kedepan.
“Hmm.” Dari kursi belakang, Min tidak menjawab apa-apa lagi.

“Benar-benar gila! Dengan otak kotornya itu, ia menyangka kau berpacaran denganku, tapi ia masih juga memaksakan kehendaknya untuk berkencan denganmu! Yang membuatku semakin heran, kau malah menerima tawarannya!”

“Karena dia berjanji tidak akan menggangguku lagi setelah ini, karena itu aku menerima tawarannya.” Balas Min.

Sejujurnya, akupun tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Min, karena ia pasti berniat tidak ingin merepotkan kami dengan segera menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun tetap saja itu tindakan ceroboh. Kami tidak mengenal Han Jisung dengan baik. Aku khawatir ia akan menyakiti Min atau apa—tidak ada yang bisa menjamin. Tapi, sedikit banyak akupun bisa mengerti akan ketertarikan Jisung pada Min. Dengan aura sexydan sex-appeal yang tinggi, Min bisa dengan mudah mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya, terutama lelaki.

“Ya Tuhan Min, tidakkah kau sadar bahwa orang seperti ini tidak akan segan-segan memintamu untuk memenuhi keinginannya lagi di kemudian hari, meskipun seandainya kau sudah menjadi istri seseorang yang sah di mata hukum? Ia tidak memiliki moral, maka tidak akan ada yang menghentikannya, apa kau mengerti?” Kyuhyun masih menjawab dengan suara keras. Aku mengusap pundaknya dan memintanya untuk tenang.

Setelah itu, ada jeda yang cukup lama sampai akhirnya Min kembali bersuara dari tempatnya duduk, “Rin-ah… mianhae..”

Aku menoleh ke belakang “Hmm? Untuk apa Min?”

“Untuk segala kesalahpahaman dengan Jisung tadi, entah kenapa dia malah mengira aku dan Kyu pacaran..maaf kalau kau jadi merasa tidak nyaman..” Kata Min dengan muka tertunduk.

“Ya ampun, bukan salahmu, Min.. eh, tapi aku senang lho..”
“Mwo? Kata Kyuhyun dan Min berbarengan. Mereka menatapku bingung.

“Tadi.. sewaktu Kyu marah-marah.. Maksudku, bukannya aku senang melihat Kyu marah-marah, tapi tadi dia melindungimu..” Aku tersenyum kepada Min.
“Ey..ey.. aku tidak melindunginya, Rin-ah.. aku hanya kesal pada si Jisung itu” Seperti biasa, Kyuhyun tidak akan mengakui perbuatan manisnya, terutama jika itu menyangkut Min.

“Aaahh..akui sajaaaa….” Min dan Bin menyahut berbarengan. Suasana pun akhirnya kembali mencair.

~To be continued~


Preview Chapter 17

Park Min Young's
Aaaaaaaaargh...! aku mengerang dalam hati dan berguling dikasurku, frustasi memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan dengan masalah ini. Sejak Kyu mencecarku di mobil tadi, aku terus mencari jalan keluar terbaik yang bisa kulakukan tanpa merepotkan para member dan teman-temanku.

Ahn Rin Young's
“Diancam? Diancam bagaimana maksudmu? Kalian berempat tadi kuliah bersama kan? Lalu bagaimana kejadiannya sampai—” Pertanyaan Leeteuk terhenti oleh suara pintu depan yang dibuka. Tidak lama, Donghae muncul di lorong dengan riang, tanpa tahu sedikitpun tentang apa yang sedang terjadi. Semua mata langsung tertuju padanya, tanpa ada yang bicara sepatah katapun. Aku yakin, semua orang di ruangan ini sedang memutar otak, bagaimana cara yang paling tepat untuk menyampaikan cerita tentang Jisung. Sama seperti aku, yang lain pun tidak akan ada yang tega menyakiti Donghae kami yang polos ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar