Sabtu, 26 Januari 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 15]

Park Min Young’s
Kamar Min

 

Aku membalikkan tubuh dalam tidurku, menyenggol sesuatu dengan tanganku yang menimbulkan pergerakan dan dilanjutkan dengan suara gumaman dari sebelahku. Aku mengintip dan melihat pacarku bergerak-gerak dalam tidurnya. Kedua sudut mulutku otomatis tertarik ke atas, menyaksikan malaikat tidur dengan diliputi kedamaian dan kepolosan yang terpancar dari wajah tampannya. Aku menyusuri wajahnya dengan pandangan mataku yang mengantuk, turun ke lehernya, ke dadanya, lebih bawah lagi ke perutnya, oops... mataku langsung terbuka lebar.

Ternyata ia memang polos, secara harfiah. Benar-benar pamandangan pagi yang menyegarkan mata. Sayang, selimut menutupi hingga pinggangnya, menghalangiku untuk melihat lebih jauh dan membiarkan benakku yang berimajinasi.

Aku menggeliat dan merapatkan diri padanya, mencari kenyamanan dan kehangatan yang ditawarkan tubuh Donghae. Duh, kepala dan mataku terasa berdenyut-denyut karena kurang tidur. Semalam kami pulang sangat larut, sekitar pukul tiga pagi. Pestanya berlangsung luar biasa dan semua orang bersenang-senang hingga lupa waktu. Benar-benar malam yang menyenangkan! Seharusnya Heenim membuat pesta seperti itu setiap hari Minggu, jadi kami akan pulang setiap Senin dini hari setiap kali...

...

Sial! Hari ini hari Senin! Dan aku baru ingat bahwa setiap Senin aku kuliah pagi! Jam berapa ini? Aku buru-buru duduk diatas kasurku dan meraih jam disamping tempat tidurku. Benar-benar sial! Sekarang sudah jam tujuh empat lima dan aku harus masuk kelas jam sembilan. Dengan sekuat tenaga aku langsung meloncat dari tempat tidur saat itu juga, dan langsung terhuyung sampai jatuh berlutut. Ugh, tekanan darahku pasti drop lagi setelah kurang tidur semalam. Aku seharusnya memejamkan mata dengan posisi duduk dulu selama beberapa detik sebelum bangun tidur, untuk menghindari pusing akibat tekanan darahku yang hampir setiap saat rendah.

Aku langsung menuju kamar mandi dengan berlari begitu selesai mengurangi rasa pusingku yang sesaat, dan di tengah perjalanan menuju kamar mandi aku baru menyadari bahwa aku lupa (lagi!) membawa baju ganti. Aku langsung kembali ke kamar, mengambil atasan tipis berwarna aquamarine dan rok pendek bermotif bunga-bunga, lalu kembali menuju kamar mandi, sebelum aku berhenti melangkah saat berpapasan dengan kembaranku.

“Kau.. disini!” seruku, mengamatinya yang keluar dari kamar Rin. Aku menyipitkan mata dan memandangnya penuh arti, membuatnya bergerak-gerak gelisah di tempatnya berdiri.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?” tanya Kyu.

“Sedang apa kau disini?”
“Untuk melihat keadaanmu.” Jawabnya asal.
“Di kamar Rin?? Bagaimana kau melakukannya dari dalam kamar Rin? Menggunakan teropong tembus pandang ya?” aku menggodanya sambil cekikikan.

“Aissshh... sudah lah, sana kau mandi! Apa tidak salah kau baru bangun jam segini? Kau kan butuh waktu lama untuk mandi dan bersiap-siap ke kampus.”
“Oh tidak! Kau benar! Menyingkir dari jalanku Cho Kyuhyun, aku sedang buru-buru.” Aku langsung bergegas melewatinya, dan juga melewati Bin yang baru keluar dari kamarnya.

“Min-ah!” aku menengok ke arah Kyu dari depan pintu kamar mandi. “Kau tidak lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi kan kali ini? Atau apa perlu kusiapkan kameraku untuk merekam pose-pose terbaikmu dalam balutan handuk untuk kupamerkan pada yang lain?”

“MATI KAU CHO KYUHYUN!!!!” teriakku galak, tanpa benar-benar bermaksud demikian. Kemudian kututup pintu kamar mandi untuk meredam suara tawanya yang membahana.

Aku sungguh tidak habis pikir, setan itu selalu saja menggangguku tanpa lelah. Aku bukannya tidak sayang padanya, sungguh, tapi sifat jahilnya itu tidak jarang membuatku naik darah. Oh, aku sayang padanya, percayalah. Hanya karena kami baru dipertemukan beberapa waktu yang lalu, bukan berarti aku tidak pernah merasakan kehadirannya sejak kecil. Aku selalu merasa tidak utuh, belum komplit, belum sempurna, sebelum bertemu dengan Kyu. Aku menghabiskan masa kanak-kanakku yang kesepian dengan bermimpi dan berandai-andai untuk memiliki saudara, dan di masa remaja aku sudah menjadi pemimpi besar yang tidak pernah merasakan kata ‘cukup’ dalam semua hal dan selalu mencari yang lebih. Mungkin ini disebabkan oleh kekosongan di lubuk hatiku yang semestinya ditempati oleh seorang saudara serahim.

Pernah suatu saat, tanpa sebab yang jelas aku terserang demam tinggi yang membuatku tidak sadarkan diri selama beberapa malam dan harus dilarikan ke rumah sakit, membuat Papa dan Mamaku sangat panik. Suhu badanku sangat tinggi, aku terjebak dalam mimpi buruk dan tidak sanggup untuk bangun. Rasanya seperti malam terpanjang dalam hidupku dan aku tidak akan pernah mau mengulanginya lagi demi apapun. Malam itu, malam dimana suhu tubuhku paling tinggi diantara malam-malam berikutnya, merupakan malam dimana Kyuhyun mengalami kecelakaan mobil dan koma. Aku baru menyadari fakta ini sesaat setelah aku mengetahui bahwa Kyu merupakan saudara kembarku. Jadi, ya, aku bisa merasakan kehadiran Kyu jauh sebelum kami bertemu. Aku menyayanginya jauh sebelum aku mengetahui bahwa aku memilikinya.

***

Ahn Rin Young’s
Kamar Rin

Lima menit kemudian, aku baru saja selesai berganti pakaian ketika samar-samar kudengar suara teriakan Min,

“Mati kau, Cho Kyuhyunnnnn!!!”. Aku mengembuskan napas, apa lagi ini?  Aku segera keluar untuk memastikan apa yang terjadi. Di depan kamar mandi yang terletak di ruang tengah, kulihat Kyuhyun sedang tertawa-tawa. Tidak jauh dari tempatnya berdiri juga ada Bin, yang sepertinya baru bangun. Melihat Kyuhyun yang belum bisa berhenti tertawa, aku menatap Bin, meminta penjelasan.

“Oppa baru saja menggoda Min Unnie.. ia bilang Min Unnie jangan sampai lupa memakai bajunya kalau keluar dari kamar mandi..” Bin menahan tawa, meskipun sekilas kulihat kilatan aneh di matanya. Ya, aku yakin  ia sedang berusaha keras memendam rasa tidak nyamannya karena membahas hal ini. Kurasa ia sedikit terganggu dengan candaan pacarnya tentang Min waktu itu. Kami semua memang sempat dibuat heboh oleh cerita Heechul tentang Min yang “tidak pakai baju” saat keluar kamar mandi beberapa hari yang lalu. Heechul memang agak terlalu membesar-besarkan kejadiannya, padahal waktu itu menurut Min, ia keluar dengan masih memakai handuk.

Aku menatap Kyuhyun dengan sebelah alis yang terangkat, “Kyu.. berhenti menggangu Min dan mandilah di kamar mandi depan. Sekarang.”

Ara..ara.. tenang. Aku mandi sekarang. Damai!”. Ia langsung berlari kecil kearah lorong depan. Melihat ini, Bin menatapku takjub. Ia berbisik,
Daebak..Ia benar-benar takluk padamu, Unnie..” Kedua ibu jarinya terangkat keatas.

                                                                                         ***

Park Min Young’s

Aku menyudahi mandi pagiku, merasa lebih emosional daripada seharusnya. Segera aku berpakaian dan langsung mengetuk kamar Rin. Kyu membuka pintunya beberapa saat kemudian dengan handuk masih menggantung di lehernya. Ia juga tampak baru selesai mandi.

“Ada apa Min-ah? Apa kau tidak lupa—”

Aku menubruk tubuhnya dan memeluk pinggangnya yang ramping. “Cho Kyuhyun, kau tahu kan aku tidak sungguh-sungguh dengan ucapanku tadi?”

Sepertinya, aku sukses membuat ia tercengang. Aku merasakan tubuhnya membeku. “Eyy.. kenapa kau mendadak seperti ini?”

Aku melepaskan pelukanku dan memandangnya dengan pandangan yang menurutku—aku berusaha, sungguh—seperti anak anjing yang paling manis. “Aku terpikir selama mandi tadi, bahwa hidupku sebelum bertemu denganmu terasa belum komplit. Jadi aku—” mendadak, Rin muncul dalam area pandangku, berdiri diam dan tampak memerhatikan kami dari balik punggung Kyu. “—ehem, yeah... jadi aku, merasa, umm... aku hanya merasa sifatku selama ini padamu tidak begitu....baik.” Sial, aku jadi grogi jika ada penonton.

“Benarkah? Kau merasa kurang baik padaku?”

Aku bergumam, “Tapi yah tentu saja, sifatmu juga... ah sudahlah! Pokoknya, aku hanya ingin mengatakan itu saja.”
“Aku tidak percaya ini! Apa kau bilang kau mau jadi anak baik untukku Min-ah?”

“Aku tidak bilang begitu, Kyu. Aku hanya bilang bahwa aku menyesal karena sifatku buruk padamu sebelum ini.”
“Lalu apa bedanya itu dengan pernyataanku barusan?”

“Bedanya adalah, pernyataanku hanya berarti bahwa aku menyesal saat ini, tapi akan tiba waktunya aku menarik penyesalanku itu karena tingkahmu nanti. Jadi, tidak, aku tidak berjanji akan menjadi adik yang baik untukmu selama kau masih menjadi saudara yang jahil dan arogan.” Aku menjulurkan lidah padanya, samar-samar mendengar Rin tersedak karena menawan tawa.

Kyu menjulurkan tangannya meraihku dan mengacak rambutku hingga berantakan. “Aissssssshhh... kau ini!”

***

Aku menyelesaikan sarapanku yang agak terburu-buru dan sedang mencuci piringku saat Donghae keluar dari kamar mandi. Ia bangun saat aku berdandan dan dengan berisik menyiapkan perlengkapan untuk kubawa ke kampus hari ini.

“Hae baby, apa kau mau kubuatkan sandwich untuk sarapan?” tawarku.
“Tidak usah, kau bersiap kuliah saja. Aku bisa sarapan di sebelah.”

Aku mengangguk, sambil beranjak ke ruang tengah untuk meraih tasku, mencari lipstick. Donghae mengikutiku dan duduk di sebelahku, di samping pasangan KyuRin yang sedang menonton acara televisi sambil menungguku dan Bin selesai bersiap. “Kau akan berangkat jam berapa hari ini?”

“Mungkin sekitar jam 10. Syuting baru akan dimulai setelah makan siang.” Jawab Donghae kalem, sambil memerhatikan aku yang mengulaskan lipstick di bibirku. “Sini, biar aku yang melakukannya.” Katanya sesaat kemudian, mengagetkan aku, Kyu, Rin, bahkan Bin yang sedang mencuci piringnya seusai sarapan.

Ia bergerak merapat padaku dan mengambil lipstick dari tanganku. Dengan sangat hati-hati, ia mengoleskan segaris di bibir bawahku, lalu di bibir atasku yang tipis. Ia mundur untuk mengamati hasil karyanya sejenak, memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sebelum kemudian maju dan memagut bibirku sekilas dengan gemas.

“Ah, mian.. aku tidak tahan..” katanya sambil menahan tawa. Aku hanya bisa membelalakkan mata menerima serangan paginya, dan masih terpaku saat Donghae dengan santai merapikan lipstick yang terhapus akibat ulahnya. “Sini, biar kuperbaiki lagi...” katanya manis. Ia mundur kamudian dan mengamati lagi hasil karyanya selama sesaat, sebelum kemudian menerkam bibirku lagi seperti sebelumnya, namun sedikit lebih dalam dan lebih lama.

“Yaaaa, kalian! Hari masih pagi, kalian sudah membuat gerah saja!” protes Kyu.
“Kyaaaa! Dasar kalian pasangan porno!” jerit Bin dari arah dapur.

Aku melepaskan bibirku dari pagutannya sambil cekikikan, hampir lupa kalau disini banyak orang lain. Donghae juga sepertinya sangat menikmati permainannya sendiri dan tertawa terbahak-bahak, alih-alih bersemu merah seperti biasanya. “Sini, sini, biar kurapikan lagi.”

“Yaa Hae! Kau mempermainkan aku ya?” aku pura-pura marah, membuat Donghae tertawa semakin lebar. “Sudah sini kemarikan lipsticknya. Biar kupakai sendiri. Kau hanya mewarnai bibirmu sendiri, lihatlah.” Aku menjulurkan kaca ke depan wajahnya, dan Donghae tertawa semakin kencang ketika dilihatnya bibirnya sendiri ‘ternoda’ lipstick dari bibirku.

Kyu menggeleng melihat tingkah kami, sementara Rin menatap Kyu dengan pandangan aku-mengerti-yang-kau-rasakan. “Ayolah, kita berangkat sekarang kalau tidak mau telat. Donghae hyung, kembalilah ke dorm supaya Min bisa berangkat kuliah. Dan Min, tidak, tidak ada acara cium-ciuman lagi. Atau kau akan kutinggal.” Kyu mengacungkan jari telunjuknya di hadapanku dengan tampang serius.

Aku memutar mataku dan bangkit dari sofa, sebelah tanganku menjinjing tas kuliah dan sebelah lagi kujulurkan di depan Donghae. Donghae menyambut uluran tanganku dan ikut bangkit berdiri, lalu mengikuti Kyu yang sudah beranjak ke pintu. Kami berdua bergandengan tangan sampai di depan lift, ketika akhirnya aku harus berpisah dengannya untuk pergi kuliah bersama Kyu, Rin, dan juga Bin, sementara Donghae harus kembali ke dorm untuk bersiap-siap memulai schedule-nya hari ini.

***
Perjalanan ke Kyunghee University

“Min, Ahra noona meneleponku tadi pagi.” Sahut Kyu dibalik kemudi. Kami; aku, Kyu, Rin dan Bin sedang menuju kampus karena kebetulan kami sama-sama memiliki kelas pagi setiap hari Senin.
“Jinjja???!” aku menghentikan kegiatanku yang sedang mencari-cari lagu dengan menggunakan remote music player di mobil Kyuhyun. “Kapan itu?”
“Tadi pagi, sebelum kau bangun.”

“Apa katanya? Bagaimana kabarnya?” Ah, sudah cukup lama aku tidak mendengar kabar kakakku yang satu itu. Ahra unnie memang tidak sedang di Korea, ia sedang menjalani pendidikannya di Austria.
“Dia bilang dia merindukanku, pastinya.” Kata Kyu sedikit pongah. “Tapi dia tidak merindukanmu.”

Plak!

“Awww!” jerit Kyu ketika aku memukul bahunya barusan.
“Tidak mungkin ia tidak merindukanku. Aku kan dongsaeng yang lebih baik darimu.”
“Kau bercanda? Sudah pasti aku yang—”

“—Sudah, sudah. Kenapa masalah begitu saja kalian ributkan sih?” Rin menengahi kami dari bangku depan. “Sungguh, kalian ini. Bagaimana Ahra unnie tidak khawatir disana kalau kalian justru meributkan siapa yang paling dirindukannya? Unnie merindukan kalian berdua pastinya, arraseo?”

“Ne~” sahutku berbarengan dengan Kyu. Rin terlihat mengangguk-angguk puas dengan jawaban kami, sementara Bin malah cekikikan di sebelahku.
“Min, bukannya kau bilang tadi pagi ingin jadi adik yang baik?” Rin melanjutkan petuahnya.
“Tapi Kyu yang—” Rin melihatku sambil menaikkan sebelah alisnya, membuatku mengurungkan niat untuk membantah. “Ne~” jawabku patuh. “Tapi aku tidak bilang secara spesifik kalau aku akan jadi adik yang baik lho.” Tambahku dengan suara pelan, sambil tersenyum lebar ke arah Bin yang tidak kuat lagi menahan tawa.

Rin menggeleng frustasi menghadapiku. Kupikir, seharusnya ia sudah cukup kebal setelah mengenalku selama lebih dari sepuluh tahun. Tapi sepertinya kolaborasiku dan Kyu agak terlalu berat untuk ditanggungnya. “Min, Ahra unnie bilang kalau minggu depan kemungkinan ia akan pulang ke Korea karena sedang libur.”

“Jinjja? Wow, daebaaak! Aku sudah tidak sabar menunggunya!”
“Ahra unnie akan pulang? Kyaaaaa~ kita harus kumpul-kumpul lagi, dengan semua saudari-saudari member! Sudah lama sekali sejak kelompok Super Girls terakhir berkumpul. Ahra unnie pasti sudah banyak ketinggalan gosip hangat.” Celoteh Bin tidak kalah semangatnya denganku.
“Kerjaan kalian bergosip saja. Apalagi memangnya yang belum kalian gosipkan di dunia ini?” Kyu menggeleng, dan hanya dijawab oleh cekikikan kami bertiga.

Tidak lama kemudian, Kyu membelokkan mobilnya memasuki lahan parkir Universitas Kyung Hee. Ia pun memarkirkan mobilnya agak di pojok. “Kalian bertiga, setelah selesai kelas langsung menemuiku ya. Jangan bicara dengan orang asing, siapapun. Arraseo?” ujar Kyu serius pada kami.

Aku mengiyakan saja, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah Kyu memberi perintah seperti tadi karena beberapa pesan yang diterima Rin secara misterius belakangan ini. Memang, pesan-pesan yang diterima Rin semakin lama semakin membuat merinding. Ia seperti diikuti seorang psikopat, yang bisa mengetahui segala kegiatan dan juga kondisi Rin. Dimulai dari sebuah pesan di loker, lalu membayar minuman yang Rin pesan di coffee shop, dan yang terakhir mengirimi pesan ke handphone Rin saat ia tengah duduk sendirian di cafe. Ia bahkan tahu nomor handphone Rin!

Aku juga sebaiknya mulai pasang mata dan mengawasi keadaan sekitar bila bersama Rin. Kalau ada yang mengikuti, pasti tidak akan jauh-jauh dari yang sedang diamati bukan? Kecuali kalau si psikopat itu mirip seperti agen rahasia di film-film action, yang dilengkapi dengan sistem mata-mata canggih, dengan layar komputer hologram, mesin pembuat topeng wajah manusia, dan juga...

Ah, aku jadi melantur. “Siap Captain Cho. Aku akan melapor padamu kalau ada orang asing yang dekat-dekat dengan Rin.”

Kyu terlihat salah tingkah sedikit. “Aku bilang kan tadi kalian bertiga harus hati-hati, bukan hanya Rin yang harus hati-hati terhadap orang asing. Kau juga Min, jangan terima hadiah apapun dari sembarang orang lagi. Kalau bisa, kalian jangan bicara dengan pria manapun lagi mulai sekarang, atau nanti aku laporkan pada Donghae dan Heechul hyung.”

Aku memutar mata mendengarnya.

~To be continued~

Preview Chapter 16

Park Min Young's
Sebuah tangan mendadak menarikku dan membawaku keluar toko dengan langkah tergesa. Aku hampir tersandung beberapa kali, tapi cengkraman tangan ini begitu kuat di sikuku sehingga mencegahku untuk jatuh. Aku mendongak, dan melihat Han Ji Sung, teman sekelasku yang tempo hari memberiku cokelat, menarik lenganku dan membawaku hingga ke luar jarak pendengaran teman-temanku yang sudah berjalan jauh di depan.

Ahn Rin Young's
Kyuhyun menggumam kesal di sebelahku “Aishh bocah ini, ditunggu malah minum kopi disini. Benar-benar!” ia langsung menghampiri meja adik kembarnya itu dengan langkah cepat.
“Min! Sedang apa kau disini???” Bentak Kyuhyun.
Min tampak tersentak ketika Kyuhyun memanggil namanya, namun wajahnya entah bagaimana tampak lega dengan kedatangan kami. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar