Minggu, 06 Januari 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 10]

Hwang Bin Young’s
Sabtu ~ Flat Trio Young…

 

Hari ini tanggal 1 September, bertepatan dengan satu tahunnya Heechul menjalani wajib militer. Namun, pestanya baru diadakan besok. Rencana awal, trio young dan member Suju sepakat ingin membuat surprise party, tapi akhirnya aku sendiri yang menolak gagasan tersebut. Karena aku tahu Heechul tidak suka dibuatkan surprise party.

Sebenarnya Heechul tidak suka pesta, tahun lalu ia pun menolak dibuatkan farewell party sebelum resmi mengikuti wamil dan lebih memilih menghabiskan waktu berdua saja denganku. Saat rencana pesta ini diberitahukan ke Heechul, ia pun tidak langsung setuju. Mungkin selama ini publik berpikir kalau Heechul adalah orang yang suka berpesta. Pada kenyataannya, Heechul benci pergi ke club, ia hanya suka berkumpul dengan teman-temannya untuk makan atau pergi karaoke bersama. Aku benar-benar butuh perjuangan untuk mendapatkan persetujuan Heechul dalam membuat pesta perayaan satu tahunnya menjalani wamil. Sekarang, aku sudah bisa tersenyum puas karena Heechul sudah setuju dengan pesta ini.

Aku akan mengulas tentang keputusan Heechul untuk menjalani wamil di tahun 2011. Bisa dikatakan, keputusannya ini cukup mendadak dan mengagetkan semua orang. Yang aku tahu, ia memang ingin menjalani wajib militer secepat mungkin. Namun, orang-orang di perusahaan SMent mengatakan bahwa keputusannya itu seperti tidak menghargai semua fans yang telah mendukung dan mencintainya. Heechul merasa bahwa pernyataan itu benar, ia tidak ingin mengecewakan semua fansnya, dan menunda keinginannya untuk mengikuti wamil. Namun di tahun 2011, ia membulatkan tekad untuk mendaftarkan diri mengikuti wajib militer.

Heechul tidak lagi aktif dari kegiatan Super Junior sejak akhir Agustus 2011. Ia mulai mengikuti pelatihan dasar militer di Choongnam - Nonsan selama empat minggu dari tanggal 1 sampai 30 September 2011. Setelah itu, Heechul menjalani masa wamilnya selama 23 bulan sebagai petugas kantor pelayanan publik di kantor Distrik Sungdong. Heechul bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.

Aku sangat bahagia saat mengetahui bahwa Heechul ditempatkan di daerah Sungdong. Dengan begitu, ia masih bisa tinggal di dorm dan bertemu denganku setiap hari, karena daerah Sungdong berdekatan dengan Seoul. Aku sempat khawatir kalau Heechul akan ditempatkan di daerah yang jauh dari Seoul, aku tidak bisa membayangkan berpisah dengannya dalam waktu dua tahun. Waktu aku berpisah dengannya selama masa pelatihan dasar militer, itu sudah membuatku hampir gila. Aku terlalu mengkhawatirkan kesehatannya, terutama cedera kaki yang dideritanya pasca kecelakaan di tahun 2006.

***

"Hmm...serius banget yang lagi melamun…” Kedatangan Rin unnie membuyarkan lamunanku. “Aku ketok-ketok daritadi tidak ada jawaban, Aku kira kamu tidak ada di kamar. Kita jadi kan ke mall untuk membeli perlengkapan untuk pesta besok?"
"Jadi donk, unnie." Jawabku dengan girangnya.

"Kamu kok belum siap? Ini sudah jam berapa, Bin-ah? Pasti keasikan melamun di depan cermin. Ya sudah, kamu siap-siap sekarang, jangan lama-lama, oke?" Rin unnie sepertinya sudah mulai mengerti dengan kebiasaan burukku.
"Siiiiippppp unnie." Aku mengacungkan dua jempol sambil menggoyang-goyangkannya.

***

Ahn Rin Young’s          
Sabtu Sore, COEX Mall - Seoul.

 

“Aduh Unnie, aku benar-benar bingung harus beli kado apa buat My Chul…” Rengek Bin sambil menggaruk kepalanya. Kami sedang berada di department store di dalam sebuah Mall. Aku menemaninya  membeli barang-barang yang belum sempat disiapkan untuk pesta peringatan setahun wajib militer Heechul yang akan diadakan esok. Setelah semua barang di dalam list terbeli, Bin berkata bahwa ia juga berniat memberikan kado untuk pacarnya itu, tapi hingga saat ini ia belum memutuskan kado apa yang harus dibelinya.

“Ayo dong baby, kita sudah lebih dari dua jam berputar-putar mencari kado tapi kau belum juga memutuskan.. rasanya kakiku sudah mulai pegal”. Aku memijat kedua lututku.
“Uuhh.. mianeyo Unnie..aku bingung..” Bin menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari kemungkinan barang lain yang bisa ia berikan kepada pacarnya. “Unnie, sepertinya aku masih lama. Kau istirahat saja dulu ya di café? Tunggu aku di sana..”

“Eo? Memangnya kau bisa memutuskan sendiri nanti?”
“Ih Unnie, aku kan sudah besar..” Ia tertawa seperti anak kecil. “Lagipula sepertinya kau sudah butuh minum dan makan sesuatu, kalau sampai darah rendahmu kambuh gara-gara aku, nanti Min Unnie bisa menjewer kupingku..belum lagi kalau Kyu Oppa tahu..hihhh” ia bergidik lucu.

Min memang pernah menegur Bin karena mengajakku jalan-jalan terlalu lama dalam cuaca panas hingga aku terhuyung kelelahan dan nyaris terjatuh karena pusing yang mendadak, ternyata tekanan darahku menurun. Min sendiri juga memiliki penyakit yang sama denganku. Kuduga ia tahu benar bagaimana rasa pusing yang diakibatkan menurunnya tekanan darah, maka dari itulah ia sering memperingatkan Bin untuk selalu memperhatikan kondisiku jika sedang jalan berdua saja dengannya. Kalau Bin sendiri, dia itu selalu tampak memiliki cadangan energi di dalam tubuhnya. Selalu ceria, seperti anak-anak di taman bermain. Tidak heran kalau ia bisa tahan jalan-jalan selama apapun yang ia inginkan. Tapi sungguh, aku yakin Bin tidak ada niat membuat penyakitku kambuh. Ia hanya sangat polos dan ceria, hingga kadang tidak sadar kalau ada hal-hal negatif di sekelilingnya.

Aku tertawa, “Aigoo, jadi karena takut pada evil twins, kau menyuruhku istirahat?” Ia meringis, mengangkat dua jarinya yang membentuk V.
Peace, Unnie….”

***

Sesampainya di café, aku memilih sofa yang berada di pojok sebelah kanan, dekat dengan kaca transparan. Di luar kaca, pemandangan Kota Seoul yang ramai menyambutku. Sore ini cuaca sedang cerah, sepertinya cocok untuk jus buah-buahan yang segar,pikirku. Sempat terpikir olehku untuk memesan jus melon, namun kuurungkan, mengingat bahwa buah melon dapat menurunkan tekanan darah dan itu tidak cocok dengan keadaanku yang sedang kelelahan ini. Akhirnya pilihanku jatuh pada jus strawberry.

Tidak berapa lama setelah pelayan mencatat pesananku, Iphoneku berdering.

“Min? Ya, aku istirahat di café lantai 3. Hmm? Tidak, Bin masih cari kado untuk Heechul Oppa.. kau sudah mau sampai?,  oh.. oke, kalau begitu telepon Bin saja langsung ya. Kalau sudah langsung susul aku di lantai 3 ya. Ne.. kabari aku lagi nanti.. Ne..” Aku memutus sambungan telepon dan menyesuaikan tubuh di sofa sampai mendapatkan posisi yang nyaman.

Baru saja aku meletakkannya di meja, Iphoneku berdenting tanda pesan masuk.

Get something to eat. Hypotension, remember?

Alisku berkerut membaca pesan singkat dari nomor tak dikenal itu. Baru saja Bin membahas soal penyakit darah rendahku, apa mungkin ini Bin? Tapi menggunakan nomor siapa? Lagipula anak itu sangat jarang bicara menggunakan bahasa Inggris padaku. Kuputuskan untuk segera membalas pesan singkat itu,

Sorry, who’s this?

Satu menit kemudian, Iphoneku berdenting lagi.

Someday you will recognize me.. Take care.

Karena terlalu penasaran, aku menelepon ke nomor si pengirim pesan misterius. Namun aku terlambat, nomornya sudah tidak aktif. Aku menghela napas, berusaha menyingkirkan rasa penasaranku.

Aku mengaduk-aduk jus strawberry di hadapanku. Tiba-tiba teringat kejadian dua hari yang lalu. Entah mengapa aku merasa kejadian hari ini berkaitan dengan kejadian surat di loker dan pria coffee shopitu. Rasanya, besar kemungkinan jika “pelaku”nya adalah orang sama. Aku bukannya takut, karena toh sejauh ini ia tidak melakukan hal-hal yang membahayakanku. Aku hanya penasaran,apa sebenarnya motif orang misterius ini.

***

Hwang Bin Young’s
Sabtu Sore – COEX Mall, Seoul

Sudah 2 jam lebih aku mengelilingi mall ini hanya untuk mencari kado. Rin unnie pun sampai aku suruh istirahat di café untuk menungguku. Saat tersulit dalam hidupku adalah memikirkan dan memilih kado untuk orang spesial. Aku bukan orang yang romantis dan kreatif untuk urusan kado. Setiap Heechul ulang tahun, aku pasti dengan terang-terangan bertanya apa yang ia inginkan saat ini. Kendala lain yang harus aku hadapi yaitu Heechul lebih suka memberi daripada menerima hadiah. Aku jadi semakin pusing menentukan hadiah apa yang bisa membuat ia tidak mungkin menolaknya.

Heechul tidak suka barang-barang branded dan mahal. Ia lebih suka barang-barang yang unik dan tidak banyak orang yang punya. Menurutku, barang-barang yang dimiliki Heechul bukan unik tetapi lebih menunjukkan bahwa ia sangat narsis dan mencintai dirinya sendiri. Kalau tidak percaya, lihat saja sendiri di dorm. Dari mulai sepatu, tas, baju, kalung, cincin, pokoknya semua barang miliknya bergambar atau berbentuk tulisan hangul namanya dan juga fanart dirinya.

Akhirnya, aku menyerah. Benar-benar tidak tahu harus memberikan hadiah apa untuk Heechul. Sebaiknya aku pulang saja. Nanti malam Heechul ingin mengajakku pergi, kalau aku terlambat tiba di flat, ia pasti akan marah dan meninggalkanku. Seperti yang diketahui publik, Heechul tidak suka menunggu, ia sangat teliti dengan ketepatan waktu. Kalau orang yang sudah memiliki janji dengannya tidak muncul tepat waktu, ia tidak akan mau repot-repot menunggunya dan langsung pergi.

Sejujurnya, aku ini orang yang tidak pernah bisa tepat waktu. Aku butuh waktu dua jam untuk bersiap dan berdandan sebelum pergi. Itu untuk acara casual seperti ke kampus dan ke mall. Sedangkan untuk acara formal, aku bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi. Aku sendiri juga tidak mengerti kenapa aku membutuhkan waktu selama itu. Sebenarnya aku tahu, biasanya aku memutar dvd film kartun di televisi kamarku, maksudnya untuk meramaikan suasana saat sedang siap-siap dan berdandan, tetapi aku malah keasikan nonton kartun dan tidak rela memalingkan mataku dari film tersebut. Selain itu, kadang aku suka melamun saat sedang berada di depan cermin. Kebiasaan yang sangat buruk, namun aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari kebiasaan itu.

Awalnya Heechul sangat marah dengan kebiasaanku yang sering telat. Ia selalu menceramahiku dan mengingatkanku bahwa waktu itu sangat berharga. Entah kenapa, aku hanya bisa datang tepat waktu saat sekolah dan kuliah. Selebihnya, sungguh hal yang mustahil kalau aku bisa datang on time. Aku sempat menyerah, dan memilih untuk berpisah saja dengan Heechul. Karena aku tidak mau membuatnya selalu menunggu dan marah-marah.

Sungguh di luar dugaan, Heechul tidak ingin berpisah denganku dan berjanji akan menerima diriku apa adanya, meskipun aku memiliki kebiasaan yang amat sangat buruk. Ia juga berjanji untuk membantuku mengatasi masalah jam karet. Salah satu strategi yang Heechul lakukan yaitu ia membantuku menyiapkan pakaian yang akan aku kenakan dan mengawasiku selama berdandan,supaya aku tidak melamun atau menyalakan dvd film kartun. Itu kalau situasinya kami sama-sama sedang berada di flatku atau dorm lantai 12. Kalau kami sedang berbeda lokasi, Heechul akan rela menjemput aku terlebih dahulu dimana pun aku berada, baru pergi ke tempat tujuan kami. Hal itu dilakukan Heechul untuk menghindari keterlambatanku yang bisa memicu amarahnya. Tadinya Heechul juga akan menjemput aku di mall ini lalu kami langsung pergi. Ternyata ia masih ada urusan yang belum selesai, jadi aku diminta untuk pulang ke flat terlebih dahulu.

***

Ahn Rin Young’s
Sabtu Malam, Flat Trio Young

Masalah pesan singkat misterius sudah ku ceritakan pada Min dan Bin tadi sore saat mereka menyusulku ke café, dan mereka sama bingungnya denganku. Namun meskipun begitu, Bin masih saja bersemangat tentang ingin menjadi detektif untuk kasus ini. Sedangkan Min,ia menyarankan sebaiknya aku bercerita pada yang lain, mengingat pesan dari Kangin kemarin. Ku bilang, sebenarnya ini tidak mengangguku, jadi seharusnya tidak usah dibesar-besarkan, tapi lalu Min memasang wajah galak yang seolah-olah mengatakan “tetap-saja-kau-harus-cerita”. Baiklah Min, aku tahu itu karena kau menyayangiku.^^

Aku dan Min bersahabat sejak masa sekolah, itu karena kedua orang tua kami sama-sama merupakan praktisi di dunia politik, sebelum akhirnya beberapa tahun belakangan sama-sama menjabat sebagai menteri di jajaran kabinet Indonesia. Jadi begitulah,kami hampir selalu berada di lingkaran pergaulan yang sama. Meskipun karakter kami jauh berbeda, latar belakang kami yang sama-sama memiliki ayah yang sibuk dengan urusan kenegaraan, membuat kami dapat saling memahami satu sama lain.

Ketika akhirnya aku dan Min berkenalan dengan Bin setahun yang lalu, itu tidak menjauhkan kami berdua, namun kehadiran Bin malah semakin “menyemarakkan” persahabatan kami. Ternyata, melakukan segalanya bertiga memang jauh lebih menyenangkan. Bin sendiri juga pernah tinggal di Indonesia dengan ayah dan Ibunya, “Papa” dan “Mama”, begitu ia memanggilnya. Belakangan kami baru mengetahui jika mereka adalah orang tua angkatnya. Sang Papa yang berdarah Korea merupakan seorang pebisnis dan sang Mama adalah keturunan asli Jawa. Kabar yang cukup mengejutkan namun sekaligus sangat menyenangkan, karena ternyata Bin benar-benar adik kandung Donghae, bukan adik lain ayah seperti yang selama ini kami dengar dari Donghae. Bahkan Donghaepun baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu. Entah alasan apa yang membuat Bin diam saja selama ini, tapi kami menghargai keputusannya untuk baru menceritakannya sekarang. Yang jelas, kami semakin bahagia melihat interaksi kedua kakak beradik itu, karena sekarang kami yakin, di dalam diri mereka mengalir darah dan gen yang sama, secara utuh. Tidak heran sifat mereka begitu mirip.

***

Menjelang tengah malam, aku sedang sendirian di flat sambil berlatih Yoga. Min sedang pergi ke Gym bersama Donghae, Sedangkan Bin, mengingat sang pacar memiliki begitu banyak teman, maka di malam minggu begini mereka tidak mungkin diam saja di Dorm kan? Kurasa sekarang mereka sedang hangout di ruang VIP sebuah club atau apa. Entahlah. Dan Kyuhyun, ia belum juga pulang darischedulenya. Malam ini ia melakukan pertemuan dengan orang-orang dari majalan NyLon. Beberapa waktu lagi edisi terbarunya akan terbit, dan Kyuhyun menjadi model covernya.

Hhh, begitulah.. memang terkadang berat rasanya. Dekat dengan seorang bintang besar menuntutku untuk selalu bersabar; sabar menunggunya pulang dari schedule, sabar setiap ia harus pergi disela-sela acara kami berdua karena schedule mendadak, sabar menyembunyikan kedekatan kami dan juga identitasku dari publik.. terutama, sabar melihatnya selalu dikelilingi fans-fans wanita,dimanapun ia berada. Well, yah.. walaupun mungkin aku memang tidak berhak cemburu karena kami tidak menyandang status ‘pacaran’.

Beberapa saat kemudian,setelah selesai melakukan pendinginan, aku mengetikkan pesan singkat untuk Kyuhyun;

K.. kabari aku begitu kau sampai di dorm ya..
Massage Sent.

Selang beberapa detik, aku mendengar bel pintu depan flat ditekan beberapa kali. Eh? Kalau itu Min, Bin ataupun member SJ, mereka bisa langsung masuk. Jadi siapa? Di benakku melintas kejadian di café sore tadi. Mungkinkah?        Tidak, tidak. Aku yakin pengamanan di bawah cukup ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk. Aku menunggu sebentar untuk memastikan,

DING-DONG.

Belnya berbunyi lagi. Aku berjalan menyusuri lorong depan dan membuka pintunya perlahan…
“Kyu..??” Ia berdiri di hadapanku dengan senyuman jahilnya. “Astaga, untuk apa kau menekan bel? Kau kan bisa langsung masuk..” Aku memandanginya heran, tapi ada sebersit rasa lega karena Kyuhyunlah yang ada dibalik pintu itu. Kini aku bisa menyingkirkan pikiran-pikiran negatifku.

“Tidak ada, aku hanya ingin menggodamu.. hehee..” Ia membawa Iphone di tangannya hingga sejajar dengan wajahku, menunjukkan pesan singkat yang baru saja ku kirim untuknya “Kau merindukanku, yaa?” Kedua alisnya terangkat, membuat wajahnya terlihat lucu.
“Ey~ kau ini..” Tanpa menjawab pertanyaannya,aku langsung membalikkan tubuh dan berjalan ke arah ruang tengah. Aku mendengar langkah terburu-buru Kyuhyun di belakangku.

“Rin… Rin-ah…” Aku tidak menoleh. “Ahn Rin Young-ssi, kau ngambek ya?”  Kyuhyun mengejarku ke sofa dan duduk di sampingku.
“Molla..” Kataku sambil membuang muka, berpura-pura mengabaikannya. Ya, aku hanya ingin membalas keusilannya tadi, karena.. sungguh, aku tidak melihat adanya alasan untuk merajuk padanya sekarang ini.

“Rin-ah.. mianhae..” Rengeknya sambil menangkup satu telapak tanganku dengan kedua telapak tangan miliknya. Aku kembali menoleh ke arahnya. Lihat, sekarang ekspresinya lucu sekali. Aku mau tidak mau langsung tersenyum dibuatnya.
“Kyu, hentikan rengekanmu. Sungguh, mana boleh seorang EvilKyu merengek-rengek seperti itu? Sama sekali tidak cocok..” Jangan kira aku mengatakannya dengan sinis. Justru aku sedang berusaha keras menahan tawa melihat ekspresi lucu di hadapanku ini.

“Baiklaah.. karena kau sudah berbaik hati memaafkan kejahilanku…” Ia menggantung kalimatnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam tas kertas yang tadi dibawanya. “Hadiah untukmu.. Chaa~” Di hadapanku, Ia membeberkan sebuah cardigan abu-abu bertabur manik-manik putih keperakan di bagian dada kanannya, membentuk suatu pola seperti sayap malaikat. Tipe pakaian santai, namun sangat chic. Mataku bergantian memandangi cardigan di tangannya, ke cardigan yang sedang Kyuhyun pakai.  Tone  abu-abunya mirip dengan yang ia berikan untukku, warna kancingnya pun senada. Hanya saja, di bagian dada sebelah kirinya tertera sebuah lambang tanduk iblis berwarna merah, dan tanpa manik-manik.

“Ini—”
“—Benar sekali, couple jacket!!” Dari riang, ekspresi Kyuhyun berubah sedikit cemas “Kau suka tidak?”

“Tentu saja aku suka, Kyu…. Manis sekali. Jeongmal gomawo..” Kataku sambil menerima cardigan yang diulurkan padaku.  Mungkin untuk beberapa orang, ini bukan suatu hadiah yang bisa dikatakan ‘manis’, tapi aku tetap menganggapnya begitu. Tiba-tiba terpikir olehku, tidak mungkin ia membelinya sendiri. Ini kan couple jacket! “Kau.. tidak mungkin membelinya sendiri,kan?”

“Memang tidak, tadi saat break, aku iseng melihat-lihat update terbaru website SPAO, karena.. yah..kau tahu kan, waktu itu aku pemotretan untuk produk-produk terbarunya..”  Ia terlihat agak malu. “Lalu aku melihat cardigan ini, yang katanya limited edition. dan.. yah.. intinya aku sedikit memanfaatkan keberadaan manajer Hyung untuk mengurusnya”

Limited edition?” Aku meneliti cardigans itu dari berbagai sudut.
“Iya.. lihat, ini kan kristal Swarovski..” ia menunjuk ke benda-benda kecil berkilauan yang membentuk pola sayap malaikat itu.
“Ah~ ku pikir tadi ini manik biasa..” Jawabku sambil meraba kristal-kristal cantik itu.Tapi bukankah ini mahal? “Tapi Kyu.. sungguh, kau tidak perlu berlebihan seperti ini.. lain kali beli yang biasa saja, ya?”

“Sssh! Sudah, aku tidak mau dengar. Ku berikan padamu. Kau harus menerimanya. Tidak ada istilah berlebihan selama itu untukmu. Arasso?”. Ia menangkup pipiku sambil menatapku lurus-lurus.  Aku tersenyum simpul. Lalu, seakan ingin mencairkan suasana, ia berkata lagi, “Ah..padahal kalau aku datang sendiri, bukan tidak mungkin akan diberikan gratis..” Aku mendengar nada penyesalan pada kalimatnya tadi.

“Ey..mana mungkin, katamu itu limited edition..”
“Apanya yang tidak mungkin? Kau belum sadar juga, Rin-ah? Aku kan Cho Kyuhyun…” Katanya sambil membusungkan dada, “Semua akan memberikan pengecualian untukku”.
“Ya..ya.. kau memang sang Cho Kyuhyun yang terkenal..” Kataku pasrah.
 “Nah! Kau mengakuinya juga,kan.. siapa juga yang tidak kenal aku..” Ia mengeluarkan seringai khas evilnya.

“Hmmm..  professor pengajar Bahasa Inggris di kelasmu?” Sepotong kalimatku tadi langsung menghapus seringai di wajahnya. Ia mendengus kesal, “Ah.. ya, benar..” Memang benar, beberapa kali Kyuhyun bercerita padaku, ia ditegur oleh professornya itu karena sering absen kuliah. Sang professor tidak sadar, kalau “mahasiswa bandel” yang kerap membolos itu adalah bintang besar Hallyu yang memiliki setumpuk jadwal.. poor Kyuhyun..

***

Kyuhyun mengajakku berpindah ke dorm sebelah dan aku langsung menyetujuinya, mengingat akupun memiliki “kepentingan” untuk bertemu yang lain dan menceritakan kejadian di café tadi sore. Sebelum keluar dari flat, aku memberikan “pendahuluan” pada Kyuhyun tentang kejadian yang akan kuceritakan, mencegahnya merasa menjadi orang yang terlambat tahu. Saat aku bercerita, Ia lagi-lagi memberikan pandangan serius seperti saat mengerjakan soal matematika. Saat ia mulai bertanya macam-macam, aku bicara padanya untuk menahan rasa penasarannya sebentar saja, karena cerita lengkapnya akan segera kujelaskan sebentar lagi, di dalam dorm.

Sebenarnya, aku masih merasa tidak nyaman untuk mengganggu para member dengan cerita yang—menurutku— tidak terlalu penting ini. Tapi tetap saja, setidaknya aku harus memenuhi janjiku pada Kangin, untuk bercerita padanya jika ada perkembangan “kasus” ini.

Saat aku dan Kyuhyun memasuki dorm lantai 12, tercium wangi ramyun yang lezat, ternyata Kangin yang sedang makan. Leeteuk ada di depan tv, dan sisanya mungkin sudah tidur atau belum pulang dari schedulenya. Situasi yang tepat, pikirku. Aku hanya ingin melunasi janjiku pada Kangin tanpa membuat keributan di dorm, jadi setelah sekilas menyapa Leeteuk, aku langsung duduk di hadapan Kangin di meja makan, disusul Kyuhyun, yang mengambil tempat disamping Hyungnya itu.

“Ramyun malam-malam begini, Oppa?” aku memutuskan berbasa-basi dulu. Ia mendongak,
“Ne.. Bagaimana lagi, Rin.. habisnya tidak ada hantaran makan malam darimu. Malam minggu kami jadi kelabu..” Katanya berlebihan. Kyuhyun langsung memincingkan mata,

“Aisshh.. kau pikir Rin ini semacam koki pribadimu atau apa, hmm, Kangin-ssi??”
“Eyy.. anak ini sudah benar-benar tidak bisa diajak bercanda sedikit saja. Lihat, Rin saja tidak marah..” Kangin menoleh ke arahku, “iya kan, Rin?”. Aku tersenyum saja sembari mengangguk, sedangkan Kyuhyun, kulihat ia sudah membuang muka kearah lain.

“Oppa..” Aku memandang Kangin, tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi sepertinya ia bisa menebak, karena tiba-tiba ia berkata,
“Kenapa Rin? Ada yang mengganggumu lagi ya?” Ia mengerutkan alis. Aku masih diam, hanya menggigit bibir. “Nah kan, pasti ada yang mengganggumu lagi. Ayo, ceritakan padaku..” Kangin langsung mendorong jauh mangkuk ramyunnya dan sepenuhnya memperhatikanku. Mendengar ini,perhatian Kyuhyun juga kembali ke arahku.

“Ya ampun, Oppa.. selesaikan saja dulu makanmu, ceritaku tidak terlalu penting,kok.. sungguh..” Aku jadi merasa bersalah karena mengganggu waktu makannya. Tapi begitulah, semua member SJ memang sangat perhatian. Mereka memberiku perasaan nyaman, seperti layaknya keluarga sedarah. Seumur hidup aku tidak akan pernah menyesali keputusanku untuk menetap di Korea bersama mereka. Akhirnya, atas permintaan Kangin,akupun menceritakan garis besar kejadiannya, sekaligus menunjukkan pesan singkat itu secara langsung kepada Kangin.

“Bahasa Inggris? Bukankah surat di lokermu waktu itu juga menggunakan bahasa Inggris?” Tanya Kangin padaku.
“Ya memang, makanya aku berpikiran, mungkin saja ini orang yang sama. Tapi aku tetap belum bisa menebak..” Jawabku. Saat ini, sang leader Leeteuk sudah bergabung dengan kami di meja makan, ikut “menginvestigasi” kasus ini. Mereka berdua bergantian menanyaiku ini dan itu, sedangkan Kyuhyun diam saja. Entah apa yang ia pikirkan sekarang. Setelah beberapa lama, Kangin berkata,

“Kemarin lusa kau mendapat surat misterius di loker, kemarin Min cerita tentang fansnya yang menyebalkan, dan sekarang…ini? Rasanya lama-lama kalian harus pergi dengan bodyguard, Rin-ah..Belum sempat aku menjawab, Leeteuk yang dari awal terlihat memperhatikan Kyuhyun, berkata,
“Kyuhyuh-ah..bagaimana bisa kau hanya diam saja dari tadi? Kau tidak marah atau apa?” Kyuhyun memasang ekspresi yang tidak dapat terbaca dan menatap kami semua bergantian.

“Aku… lapar.” Tiba-tiba ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah dapur. Kami mendengar pintu lemari makanan dibuka dengan agak kasar.
“Kenapa anak itu?” Bisik Leeteuk padaku. Sebagai jawabannya, aku hanya mengendikkan bahu, tidak mengerti mengapa mood Kyuhyun mendadak berubah begitu. Aku memutuskan untuk menyusulnya ke dapur, berharap bisa mengembalikan mood baiknya. Aku memberi isyarat kepada KangTeuk,untuk menyerahkan “urusan” ini padaku.

Di dapur, aku melihat Kyuhyun sedang menuangkan air ke panci untuk memasak ramyun. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil alih pancinya.
“Kemari, biar aku saja. Aku tidak berani ambil resiko membiarkanmu di lempar sumpit lagi oleh Teuk Oppa karena ramyunmu kebanyakan kuah. Kau ingat kan.. ‘Ramyun Sungai Han’ buatanmu itu?” Aku mengatakannya setengah berbisik, karena Leeteuk dan Kangin masih ada dalam radius jarak yang bisa mendengar apapun perbincangan kami. Kyuhyun tersenyum mendengar candaanku. Misi berhasil!^^Setelah yakin takaran airnya pas, aku menyalakan kompor. “Kyu.. kau.. gwenchana?” Tanyaku hati-hati. Ia memandangku.

“Itu.. aku.. tidak.. Aishh!! Pokoknya besok-besok jangan jalan-jalan sendirian lagi!” uh oh! Ternyata Ia hanya mengkhawatirkan aku. Manis sekali. Di depanku tadi ia sempat bertanya macam-macam, tapi begitu ada Hyung-Hyungnya, ia langsung diam. Gengsi? Entahlah. Mungkin ia hanya takut dibilang “Manis” oleh yang lain. “Dan ingat, Rin-ah. Kalau besok-besok terjadi lagi, kau harus langsung menelponku untuk mengabari! Awas kalau tidak! Aku sendiri yang akan mengawalmu kemana-mana!” Ia memasang ekspresi galak,namun sekaligus sangat lucu, karena ia mengatakannya dengan suara yang nyaris berupa bisikan, takut terdengar oleh Leeteuk dan Kangin. Namun tetap saja, rasanya aku bisa melihat dua tanduk keluar dari kepalanya.

Arassoyo, Cho Kyuhyun-ssi…” Aku membungkuk dalam-dalam di hadapannya, membuatnya tersenyum lagi.
“Anak baik..” Katanya sambil mengacak rambutku.
                           
~To be continued~

PREVIEW CHAPTER 11
It's Heechul's 1st 'Army' Anniversary Party!!

Hwang Bin Young's
"Ne, ini aku Oppa. Apakah kau sudah melupakan aku sampai-sampai tidak mengenaliku lagi?" Sulli kelihatan murung saat Heechul tidak mengenalinya.
"Kkkkkk...aku hanya bercanda, Sulli-ah. Aku tetap mengenalimu walaupun sekarang rambutmu seperti laki-laki, kamu masih terlihat lucu menurutku." Heechul mengelus kepala dan pipi Sulli. Dalam sekejap mereka sudah asik berbincang.
                                                   
Ahn Rin Young's
“Aigoo… dongsaeng kesayanganku… apa kabar kau, sayang?” Kataku sambil menjiwil dagunya. Selain dengan Minho yang merupakan teman dekat Kyuhyun di Kyu-line, aku memang paling akrab dengan Taemin. Sekarang ia sudah seperti adik kandungku yang manja.
“Aku sedih Noona.. kenapa kau tidak pernah datang lagi ke SM? Rasanya sudah lama sekali..” Ia bergelayut manja di lenganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar