Rabu, 10 April 2013

Sexy Free and Single [Chapter 28a]

Ahn Rin Young’s
Kamis Malam - Kamar Villa, Firostefani, Pulau Santorini

Kyu.. apa aku sudah boleh mengambil kotaknya?” Tanyaku, menunjuk kotak di sebelahnya dengan isyarat mata.
“Untuk apa?” Ia balik bertanya.
“Akan ku simpan di koper saja..”
           
“Buang saja.” Katanya. Aku menangkap ekspresi marah bercampur kikuk dari wajahnya, yang seketika membuatku teringat akan reaksinya saat aku dan Bin membuka kotak pemberian Min itu di restauran tadi. 

Kyuhyun langsung loncat dari tempatnya duduk dan terjungkal ke lantai. Namun dalam gerakan cepat, ia sudah bangkit lagi dan tampak seperti ingin menerkam kembarannya— kalau saja aku tidak cepat-cepat menahan lengannya dan memintanya duduk kembali. Sementara di sebelahku, Bin terlihat sama shocknya denganku. Hanya saja, air mukanya lebih menunjukkan ekspresi takut. Heechul, di sisi lain, tampaknya sangat berterima kasih kepada Min karena telah membantu ‘mendewasakan’ pacarnya. Ia bahkan sempat mengajak para member untuk melakukan semacam “tarian kemenangan” mengelilingi meja.

Bayangkan saja, siapa yang akan menyangka kalau pasangan MinHae ternyata membawakan ‘kado spesial’ untukku dan Bin, yang berupa Lingerie-super-sexy itu? Saat kami membentangkan isinya ke udara, aku langsung mendengar teriakan “Kyaaaaa~” yang keluar dari mulut Bin, disusul dengan semburan tawa para member.Sungguh Min, aku tahu ini pasti idemu! Kau ini iseng sekali!

“Kyu..mana mungkin aku membuang barang pemberian sahabatku sendiri?”
“Tapi—”
“—Aku akan menyimpannya, dan bersumpah tidak akan—” Ucapanku terpotong oleh dering ponsel di meja sebelah tempat tidur. Aku menghampiri meja dengan setengah berlari dan mengangkatnya.

“Ada apa Min?”
“Kenapa belum pakai??” Sembur Min dari ujung telepon.
“Eh?”
“Sudah pasti kau belum pakai oleh-oleh dariku kan? Sekarang cepat pakai!”
“Min..aku—”

“Ah..ah! Tidak mau dengar. Pakai sekarang atau aku akan menganggu hidupmu selamanya, Rin..” Oke, sepertinya perbincangan ini akan sedikit memanas. Aku memberi isyarat pada Kyuhyun untuk menunggu sebentar, lalu keluar ke balkon. Aku merasa ia tidak perlu mendengarkan perbincanganku dengan kembarannya yang jahil ini.

Sesampainya di luar, aku sedikit terlonjak karena ternyata Min juga ada di balkon kamarnya, persis di sebelah kanan balkon kamarku. Kami sama-sama menutup telepon dan mendekat ke ujung balkon masing-masing-masing. Berbincang dengan nada rendah; takut terdengar Kyuhyun yang masih dikamar, dan juga beberapa member yang sedang berenang di bawah balkon kamar kami.

“Amanda Natalegawa, dengarkan aku! Barang itu kan sudah menjadi hakku, jadi kapan aku mau pakai, terserah aku kan? Lalu kenapa aku harus pakai sekarang?” Aku menatapnya dengan pandangan galak menurut versiku—tentunya masih jauh dibawah kemampuan Min, yang sekarang  menatap balik mataku dengan  ganas.

“Farina Wiryawan, kau juga dengarkan aku! Tadi kau sudah berjanji, jadi pakailah! Issh, kau ini! bersenang-senanglah sedikit! Aku hanya ingin membantumu dan Kyu, apa itu salah?” Suaranya meninggi, tapi aku menangkap getar tawa yang ditahan dari tenggorokannya.

“Membantu?” Aku memasang ekspresi “apa-katamu?”
“Pokoknya pakai sekarang, atau aku akan mencoretmu dari daftar sahabat sejatiku!”
Duh, berlebihan sekali memang, sahabatku yang satu ini!

“Coba saja..” Tantangku. “Dan kau akan menyesal karena tak akan ada lagi yang memasak untukmu di flat” Min tertawa mendengar ancamanku, dan karena itulah aku jadi ikut tertawa.

“Yah..kau benar sih.” Min mengendikkan bahunya. Namun setelah tertawa sejenak, Min mengubah ekpresinya menjadi galak lagi, “Tapi aku tetap tidak mau tahu. Kau sudah berjanji tadi!” Ia menaikkan telunjuknya ke depan hidungku.

“Miiin! Itu kan sebelum aku tahu apa isinya! Kau menjebakku!” Aku mencibir. Otakku mulai sibuk membayangkan ‘ancaman’ apa yang dilancarkan Min kepada Bin agar ia juga mau memakai oleh-olehnya.
“Tidak.mau.tahu. Kau sudah janji. Janji harus ditepati. Kau tahu itu kan, Rin?”

Tepat pada saat itu, Kyuhyun keluar dari kamar dan menghampiri kami ke sudut balkon.
“ Semua baik-baik saja?” Tanya Kyuhyun.
“Eo? Baik. Baiiik sekali,Kyu. Ya kan, Rin?” Min mengerling dengan tatapan jahil padaku, tapi anehnya, aku malah merasa terancam dengan tatapan itu.
“Ada apa sih?” Nah, sepertinya Kyuhyun merasakan ada yang aneh.

“Tidak. Tidak ada.” Jawabku, sambil berusaha mengontrol air muka. Aku melengos masuk ke kamar, menyambar kotak oleh-oleh dari Min sebelum Kyuhyun melihatnya, dan langsung membawanya ke kamar mandi.
Oke. Modelnya memang cantik dan—yah.. cukup sexy.(aku yakin Min membeli yang jauh lebih sexy untuk dirinya sendiri.) Tapi itu tidak lantas menjadikan aku ingin memakainya.

Tapi coba saja dulu, pikirku.

Aku mengganti maxi dressku dengan lingerie itu dan bercermin di kaca besar kamar mandi.

Oh tidak.
Tidak.tidak.tidak.

Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan Kyuhyun dengan pakaian seperti ini. Demi Tuhan, aku tidak ingin Ia berpikir macam-macam. Hhhh, sungguh, kalau ada satu janji yang paling ku sesali, mungkin janjiku pada Min untuk memakai barang pemberiannya ini akan menempati posisi pertama.
Oh, baiklah. Sekali lagi aku mengakui, modelnya cantik; menyerupai mini dress dan jatuh pas dan manis di tubuhku. Hanya saja, kainnya agak menerawang pada bagian perut hingga pahanya. Jadi tidak. Tidak di depan Kyuhyun, tidak sekarang.

Saat aku sedang sibuk dengan pikiranku sendiri, ponselku—yang tanpa sadar kubawa ke kamar mandi—berdenting.

No picture=HOAX.

Demi Tuhan! Min ini terkadang lebih susah dijinakkan dibandingkan Kyuhyun. Aku mengembuskan napas pasrah dan bercermin lagi, membolak-balikkan tubuh dengan canggung dan setengah panik, tidak tau harus bagaimana. Aku masih sibuk bolak-balik di dalam kamar mandi Ketika kudengar suara ketukan di pintu kamar mandi—yang cukup untuk membuatku terlonjak di tempatku berdiri.

“Rin-ah? Kau baik-baik saja? Kenapa lama sekali?”
“Uhh… aku, aku tidak apa-apa.. sebentar lagi keluar..” Aku melirik jam di ponsel dan ternyata sudah hampir tiga puluh menit aku di dalam. Pantas kalau Kyuhyun mulai khawatir. Aku mengedarkan pandangan dengan cepat ke seluruh penjuru kamar mandi, hingga berhenti di satu titik ketika mataku menangkap sebuah solusi; Kemeja lengan panjang Kyuhyun yang tergantung di balik pintu. Aku memang tidak mungkin menggunakan bajuku yang tadi, karena tadi aku memakai dress panjang. Akan sangat tidak nyaman kalau harus melapis lingerie dengan dress itu untuk tidur. Aku buru-buru memakai kemeja Kyuhyun di atas lingerieku dan—tanpa sempat mengancingkannya—menggunakan kedua tanganku untuk merapatkannya di tubuhku.

Harus segera keluar sebelum Kyuhyun terlalu mengkhawatirkan aku dan—bukan tidak mungkin— mendobrak pintu ini.

Aku membuka pintunya dengan sangat perlahan dan tanpa sadar menahan napas. Tuhan, tolong aku.! Kepala Kyuhyun menyembul dari balik pintu dan aku langsung menangkap raut khawatir dari wajahnya.

“Rin?”

Aku membuka lebar pintunya dan keluar, sebelah tanganku masih meremas kemeja Kyuhyun, menjaganya agar tertutup rapat. Kyuhyun  menatap kemejanya yang ‘bertengger’ di tubuhku,sampai-sampai rasanya tubuhku seperti ditembus sinar X.“Kenapa… pakai kemejaku?” Aku tidak bisa menjawab, hanya mempererat remasanku di kemejanya—sambil sedikit bersyukur karena kemeja ini berhasil menutupi panjang lingerienya dengan sempurna.

 “Aku… itu.. Min… ummm...” Ya ampun, bahkan menatap matanya saja aku tidak bisa.
“Min?” Tanyanya dengan bingung. Sedetik kemudian, ia menoleh ke atas tempat tidur, dimana kotak itu terakhir kali kami tinggalkan. Kyuhyun sepertinya langsung mengerti apa yang sedang terjadi. “Kau..?”

Aku memejamkan mata sambil mengembuskan napas, lalu mengangguk pelan, “Yah..begitulah..” Bahkan dalam cahaya remang aku bisa melihat perubahan ekspresi Kyuhyun karena pengakuanku; campuran ekspresi marah dan merona, tapi pada akhirnya hanya kecanggungan yang terlihat.        “Min.. menagih janjiku untuk memakainya..”

“Seharusnya kau tidak perlu menurutinya kalau kau tidak mau” Katanya dengan ekspresi yang sulit kujelaskan.
“Yah..dan dia akan terus memaksaku setiap malam. Kau tahu Min kan,Kyu?”
“Hhh..dasar keras kepala..”
“Benar. Persis kau.”

“Aku tidak keras kepalaa…” Rengeknya sambil menarik hidungku. “Yasudah, lupakan Min. Aku ngantuk..hoamm..” Ia menguap dan mendahuluiku naik ke tempat tidur. Ia langsung menepuk-nepuk bantal di sebelahnya, lalu merentangkan sebelah lengannya di sana. Wajahnya seakan mengatakan “Aku-tak-akan-macam-macam-jadi-kemarilah”.

Aku tersenyum padanya,berterima kasih di dalam hati karena usahanya untuk membuatku nyaman dan tidak canggung karena pakaianku. Aku menyusulnya naik ke ranjang dan menempatkan leherku di atas  lengannya. Ya ampun, semakin lama lengannya ini semakin nyaman saja dipakai bersandar. Dasar gembul!^^

Mungkin karena terlalu nyaman, akupun jadi tidak terlalu peduli dengan keharusan-meremas-kemeja yang sejak tadi kulakukan. Kyuhyunpun tidak lagi membahas-bahas soal itu, jadi aku merasa tidak perlu lagi bertingkah terlalu gugup seperti tadi. Kemudian,baru saja ingin memejamkan mata, ponselku berdenting lagi. Yah..siapa lagi kalau bukan Min?

Picture ON BED, Please^^!!!!

Oh sial! Aku benar-benar lupa kalau Min menagih bukti foto—dan harus di ranjang.

Kyuhyun yang ikut membaca pesan itu bersamaku, tanpa kuduga langsung mengambil ponsel dari tanganku dan menekan beberapa tombol. Dari posisi tidur, Ia lalu menarikku duduk, merangkulku dan dalam hitungan beberapa detik saja, ia sudah mengambil foto kami berdua dengan ponselku.  Aku belum benar-benar menyadari apa yang sebenarnya terjadi sampai ia mengembalikan ponselku sambil tersenyum lebar,lalu berbaring lagi. Masih dengan bertanya-tanya, aku kembali merebahkan diri di samping Kyuhyun lalu membaca pesan terakhir di sent items.Ternyata ia sudah mengirimkan foto tadi kepada Min, disertai pesan singkat “PUAS KAU SEKARANG?”. Membacanya, aku jadi tertawa sendiri.


***

Park Min Young’s
Kamar Villa – Firostefani, Santorini


Aku menatap iphone-ku sambil terkikik setelah membaca pesan terakhir dari Rin, berisi foto selca ia dan Kyuhyun di atas tempat tidur—dan Rin memakai lingerie pemberianku di balik luaran yang terlihat seperti kemeja yang kebesaran—ketika kurasakan Donghae mendekat dan bergabung denganku di balkon.

“Wae? Kau sedang menertawakan apa?” tanyanya penasaran.

Aku menoleh padanya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahku yang membentuk huruf V ke dekat wajahku disertai dengan senyuman lebar. “Baby, aku berhasil membuat Rin memakai hadiahku! Tentunya, setelah melancarkan berbagai ultimatum dari tadi. Toss, baby!”

“Jinjja?” Donghae menepukkan telapak tangannya dengan telapak tanganku di udara dengan semangat. “Ini kemajuan pesat untuk mereka kan?!”

Aku mengangguk sebagai balasannya, merasa sedikit berpuas diri. Mungkin aku harus melancarkan ultimatum pada pasangan Binchul juga, pikirku. Ah, tapi rasanya tidak perlu. Dengan sifat Heechul yang seperti itu, aku seperti sudah mendapat jaminan darinya bahwa ia akan membuat pacarnya yang kekanak-kanakkan itu memakai lingerie dariku. Memikirkannya saja sudah membuatku berdesah lega. Benar kan, baru malam pertama di Greece saja sudah terasa sangat menyenangkan seperti ini. Aku tidak sabar menantikan hari-hari berikutnya sebelum liburan kali ini usai.

Donghae dan aku berdiri bersisian di balkon kamar kami sambil menghadap ke laut Aegan yang gelap menenangkan dan beratapkan bintang-bintang. Aku melihat Teukie, Yesung dan Shindong yang sedang berenang di bawah dan melambai pada mereka. Sebagian member yang lain berkumpul di ruang utama, ada yang menonton, ada pula yang hanya berbincang. Beberapa pasangan sudah masuk kamar masing-masing untuk beristirahat. Malam ini aku merasa puas, tidak pernah merasa sepuas ini dalam hidupku. Aku memiliki pacar yang sempurna, sahabat-sahabat yang menyayangiku, juga para member Suju yang sudah seperti keluargaku sendiri. Desahan bahagia meluncur dari bibirku, mengundang lirikan penasaran dari Ikan Kecilku.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”
“Memikirkan hidup.”
“Eo? Kenapa kau harus memikirkan hidupmu saat sedang berlibur?”
“Justru karena aku merasa bahagia pada hidupku. Aku punya teman-teman, sahabat, dan keluarga yang tidak akan pernah berhenti kusyukuri. Tambahan lagi,” aku mendongak pada Donghae, “aku punya pacar yang super menawan.”

“Hmm, aku cuma jadi tambahan dalam hidupmu, huh?”
“Kau tahu maksudku, Hae...”

Donghae terdiam, tampak sedang berpikir keras. Ekspresinya sangat lucu dengan dahi berkerut dan mulut mengerucut seperti itu. Aku memandangnya penuh tanya ketika ia balik memandangku sambil menyunggingkan senyum lebar. Mendadak saja, ia berteriak dengan sangat kencang ke arah laut.

“MIIIIIIIIIIN-AAAAAAAAAAAAH...!”
Aku menaikkan kedua alisku karena terkejut. Para member yang sedang berenang pun menghentikan kegiatan renang mereka dan mendongak ke atas, mungkin mengira Donghae gila. Tapi aku melihat sisi lucunya dari situasi ini. Sambil berusaha menahan tawa, aku memutuskan untuk mengikuti permainannya.

“WAEEEEEEEEEEEEEEEEEE??”
“SARANGHAMNIDAAAAAAA...!” teriak Donghae lagi dengan lebih lantang, membuatku sedikit terhenyak. Perasaan hangat menjalar dari dadaku dan langsung melingkupi tubuhku.
“NADO, SARANGHAEEEE...” balasku dengan suara sedikit pecah karena haru.

Kemudian,

“JEBAL, MARRY ME, MIIIIIIIIIIIIN!!!”

“Mwo?” aku menoleh padanya yang tersenyum semakin lebar. Di bawahku, Shindong dan Yesung menyemburkan tawa kencang. Mereka bersiul-siul menggoda kami sambil memintaku untuk segera menjawabnya karena mereka sedang menunggu. Pasti mereka pikir ini adalah tontonan drama komedi. Di balkon di sebelahku, Heechul keluar dari kamarnya dan berteriak-teriak,

“Yaaaa!!! Pasangan gila! Untuk apa kalian berteriak-teriak di tengah malam seperti ini, huh? Tidur sana!” lalu ia pun kembali ke kamarnya sambil menggeleng.

Di sisi lain, aku masih terpaku di tempatku berdiri. Heechul benar, kami pasangan gila. Pacarku pasti sudah gila. Tapi aku pasti lebih gila lagi karena mencintainya kan? Benar, aku memang mencintainya. Sangat mencintainya.

“Pfffttt... Bhuahahahahaha...” aku pun akhirnya tak sanggup menahan tawaku yang sudah mendesak sedari tadi. 

Terlepas dari serius atau tidaknya pertanyaan Donghae barusan, aku merasa ia sungguh lucu sekali. Ini memang Donghae, benar-benar gaya Donghae. Ia hidup untuk diperhatikan dan dipedulikan—dan tidak ada seorang pun yang bisa menolak pesonanya ini. Bahkan perasaan cintanya pun harus ia umumkan di tengah-tengah kota asing dan didengar oleh seluruh membernya. Pernah ia berkata padaku bahwa ia ingin mengadakan proses lamaran dan pernikahan yang spektakuler, lain dari yang lain. Ia langsung membeberkan rencananya yang melibatkan aksi flying fox dan juga tali yang bisa mengangkatnya ke atas. Kali ini, ia mungkin tidak punya waktu untuk mempersiapkan segala aksi stuntman-nya, tapi rupanya ia tetap tidak kehabisan akal untuk membuktikan rasa cintanya padaku di hadapan semua orang yang mungkin mendengar. Ya Tuhan, bocah ini sungguh menggemaskan!

Tanpa perlu menjawab—setidaknya tidak perlu di depan publik—aku menarik Donghae ke dalam kamar. Akan kubuat Donghae menyadari bahwa aku pun mencintainya dan cintaku padanya sama besarnya dengan pembuktiannya barusan.
Suara gerutuan terdengar dibelakangku menandakan rasa kecewa penonton. Oh, aku sebaiknya tidak lupa mengunci pintunya rapat-rapat.

***

Hwang Bin Young’s 

Tiba-tiba aku mendengar suara yang lebih terdengar seperti teriakan…
“MIIIIIIIIIIN-AAAAAAAAAAAAH...!” Itu pasti suara Hae oppa.
“WAEEEEEEEEEEEEEEEEEE??” Jerit Min unnie tidak mau kalah.

Aku dan Heechul bertukar pandang. “Aaaiiisshhh…berisik sekali mereka. Kamu tunggu saja di sini ya baby. Aku akan ke balkon sebentar, jangan kabur-kaburan lagi, mengerti?” Aku hanya menjawab dengan anggukan.

“SARANGHAMNIDAAAAAAA...!” teriak Donghae oppa lagi dengan lebih lantang.
“NADO, SARANGHAEEEE...” Sahut Min unnie
“JEBAL, MARRY ME, MIIIIIIIIIIIIN!!!”

 “Yaaaa!!! Pasangan gila! Untuk apa kalian berteriak-teriak di tengah malam seperti ini, huh? Tidur sana!” lalu Heechul kembali masuk ke kamar sambil menggeleng frustasi.
“Kenapa kamu memarahi mereka? Hae oppa kan sedang menyatakan perasaannya ke Min unnie.” Tanyaku.
“Tapi tidak harus dengan berteriak-teriak dan mengganggu kedamaian orang lain kan?”

“Kamu seperti tidak tahu saja, bukan MinHae couple namanya kalau tidak membuat kehebohan. Sudah lah baby, kamu jangan marah-marah terus. Nanti cepat tua lho. Kamu tidak mau tua di usia dini kan?”
Heechul itu takut menjadi tua, karena ia phobia pada kerutan-kerutan di wajah. “Hhhh…Baiklah, demi mempertahankan ketampananku tanpa kerut di wajah, aku akan berusaha mengendalikan emosi.”

“Nah begitu lebih baik. Kamu harus pandai-pandai mengontrol emosimu agar tidak cepat keriput. Sekarang istirahatlah, aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu.” Aku berjalan menuju kamar mandi sambil membawa kotak kado yang diberikan Heechul.

“Mau aku temani baby???” Heechul mengikuti langkahku.
“STOP…kamu tunggu saja di sini ya. Aku bisa ganti baju sendiri kok, beb.” Heechul mendengus saat aku mencegahnya.

Aku berdiri di depan wastafel dan memandangi penampilanku di cermin. Wajahku masih terlihat pucat, mungkin perjalanan dari Seoul ke Athena yang memakan waktu hampir 16 jam membuatku lelah. OMG!!! Bukan itu penyebab wajahku pucat, tapi MinHae couple lah tersangka utama yang membuatku pucat dan sekujur tubuhku lemas.

Eh? Kotak kado yang aku bawa ke kamar mandi ini berarti…


Tapi janji adalah janji. Kalau aku tidak menepati janjiku pada Min unnie, Heechul akan memberitahu Min unnie dan kemungkinan aku mendapatkan hukuman yang lebih menyeramkan. Min unnie, aku akan memakai lingerie darimu malam ini dan saat ini juga.

“Hai lingerie!!! Kau tahu? Aku belum pernah memakai lingerie sebelumnya. Ini akan menjadi pengalaman pertama untukku. Jadi, kumohon bersahabatlah denganku malam ini. Kau harus membantuku supaya tidak terlihat sexy saat aku memakaimu. Apa kau bisa melakukan hal itu untukku?” Mungkin hanya orang gila sepertiku yang berbicara dengan benda mati. Tapi siapa peduli. “Aku tahu kesepakatan yang aku ajukan padamu tidak mungkin berhasil. Tetapi, tidak ada salahnya kan aku memohon padamu, lingerie??” Aku masih berusaha berbicara pada lingerie yang masih terlipat rapi di dalam kotak kado. “Sepertinya dari ekspresimu, kau bersedia membantuku. Baiklah kalau begitu, aku akan memakaimu sekarang…”

Beberapa saat kemudian, aku keluar kamar mandi dengan tubuh bergetar, pasti wajahku lebih pucat daripada mayat hidup sekalipun. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku berhadapan dengan Heechul dalam keadaan seperti ini? Seandainya aku tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, aku tidak perlu menepati janjiku untuk memakai lingerie dari MinHae couple. Liat saja nanti, akan aku balas mereka…

“OMO!!!” Teriak Heechul. “Kenapa kamu pakai kimono? Seharusnya kamu memakai lingerie dari MinHae kan, beb? Cepat pakai atau aku akan melompat ke balkon Min dan mengatakan padanya kalau kamu tidak menepati janjimu.” Ancam Heechul padaku.

“Aaaiiisshh…aku sudah menepati janjiku, beb. Aku memakai kado darinya saat ini. Tapi aku tidak akan memperlihatkannya padamu.”

“Waeyo??? Kamu harus memperlihatkannya padaku. Aku ingin tahu itu cocok tidak untukmu. Kalau cocok, aku akan mengucapkan terima kasih kepada MinHae couple yang sudah berbaik hati memberikanmu hadiah. Sebaliknya, kalau itu terlihat aneh untukmu, aku akan menyuruh Donghae yang memakainya.” Kata Heechul dengan nada serius.

“Dasar evil senior, kamu tidak butuh waktu lama untuk memikirkan cara menghukum seseorang. Aku katakan sekali lagi ya beb, aku sudah menepati janjiku untuk memakai lingerie ini. Tetapi, seingatku tidak pernah sekalipun aku berjanji untuk memakai kado dari MinHae dihadapanmu. Jadi kamu tidak boleh protes.” Aku langsung masuk ke dalam selimut dan berguling membelakangi heechul. Jantungku masih berdebar-debar. Aku khawatir Heechul akan memaksaku membuka kimono ini. Tapi ajaibnya, tidak sesulit yang aku perkirakan untuk membuat Heechul diam. 

~To Be Continued~

Preview Chapter 28b

Ahn Rin Young's
Aku sudah menutup mata beberapa lama, ketika merasakan sesuatu yang aneh. Aku membuka mata dan— benar saja, ia sedang memandangiku tanpa berkedip.
Waeyo?”Aku jadi salah tingkah diberi tatapan seperti itu.
“Kau terlihat cantik dengan kalung itu, bahkan saat tidur..” Astaga, tatapannya membuatku lumer.

Hwang Bin Young's
“Baiklah, aku mau tidur tapi dengan satu syarat…”
“Hmm…apa syaratnya baby?” Aku sudah menguap tiga kali sambil menunggu jawabannya.
“Kita battle dance. Pemenangnya akan mendapatkan apapun yang dia inginkan dari pasangannya dan tidak ada tanggal kadarluasanya. Jadi bisa digunakan kapanpun. Tetapi hanya berlaku untuk satu permintaan. Bagaimana?” Tantang Heechul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar