Minggu, 28 April 2013

Sexy Free and Single [Chapter 30]

Park Min Young’s
Jumat Malam – Villa, Firostefani


“Aigooo~ aku lelah sekaliiii..” keluhku, menjatuhkan diri di atas sofa di ruang tengah. Seluruh badanku rasanya pegal-pegal setelah menghabiskan hari ini di pantai Kamari dengan bermain air, berenang, dan mencoba berbagai macam water sport. Aku benar-benar menikmati setiap waktu yang kuhabiskan disini. 

Pantainya sungguh indah, mataharinya tidak terlalu terik, kotanya juga sangat cantik. Benakku tidak tahan untuk tidak berpikir bahwa negara ini cocok untuk dijadikan tujuan bulan madu, bahkan untuk menggelar pernikahannya sekalian. Ah, pikiranku jadi lebih sering berkelana membayangkan pernikahan. Salahkan Donghae dan ‘lamaran’nya semalam. 

Aku tahu ia tidak serius mengajukan lamaran yang sesungguhnya, tapi bukan berarti ia tidak serius terhadap niatannya. Kami memang sudah sangat sering membicarakan pernikahan karena sudah merasa cocok satu sama lain. Tapi yang pasti tidak akan ada pernikahan dalam waktu dekat; Donghae masih terlalu disibukkan dengan berbagai kegiatan keartisan, dan akupun masih ingin menyelesaikan kuliahku terlebih dahulu. Dan baik aku maupun Donghae sama-sama mengerti akan hal itu dan tidak menuntut untuk mengadakan pernikahan buru-buru.

Aku membawa pikiranku kembali dari segala bayangan pernikahan. Mataku memperhatikan beberapa member yang sibuk bolak-bolak dengan kesibukan masing-masing di tengah acara barbecue party yang kami adakan. Kulihat Rin sedang menyiapkan bumbu di dapur, Bin menuangkan minuman ke gelas-gelas di meja makan, Nari bolak balik membawakan sayuran segar, sementara Kangin, Ryeowook, dan Hyukjae beroperasi di depan alat panggang. 

Di belakang tim BBQ, ada Donghae yang mengekor setiap gerak gerik mereka, entah berniat membantu atau mengacaukan proses memanggang. Para member sisanya bertebaran dimana-mana, di ruang tengah, meja makan, dan juga pinggir kolam. Bukannya aku tidak mau membantu, aku mau kok, hanya saja Hyukjae, Heechul dan Kyuhyun langsung memberi peringatan keras agar aku jauh-jauh dari acara masak memasak.

“Kau mau membunuh kami semua, Park Min Young?” jerit Heechul, seketika berdiri dari kursinya. Benar-benar berlebihan sekali dia ini.
“Kau jangan pernah berpikir untuk ikut memasak,” kata Kyu. “Kami semua masih ingin hidup.”
“Bisa-bisa kau meledakkan gas air mata lagi. Kali ini mungkin kita akan dilarang berkunjung ke Greece seumur hidup.” Ucap Hyukjae dramatis.

Aku hanya bisa mendengus dan membalas dengan decakan kesal setelah mendengar mereka membahas insiden bubuk cabe tempo hari itu untuk yang kesekian kalinya. Aku tahu kejadian itu tidak akan begitu saja dilupakan para member jahil seperti mereka.

Jadi disinilah aku, merebahkan diri di atas sofa empuk setelah selesai memotong buah pear, strawberry, anggur dan apel—satu-satunya tugas yang tidak membahayakan, yang didelegasikan Rin padaku. Di sofa di sebelahku, Siwon sedang menonton acara berita hiburan internasional dan Kyu bermain game console yang dibawanya.

“AIIIISSSHH!!” teriak Kyu tiba-tiba. Baik aku maupun Siwon tidak repot-repot menoleh padanya untuk bertanya ada apa. Sudah pasti ia kalah lagi bermain game.

“Kyu, kenapa kau tidak membantu hyung-hyungmu di luar sana? Kau kan maknae, seharusnya kau yang bekerja.” Ujarku datar.
“Hmm? Ahh~ diluar sana sudah banyak orang yang membantu. Terlalu banyak bahkan. Aku hanya akan mempersempit ruang gerak mereka nanti.”

“Alasan. Bilang saja kau malas.”
“Aku malas.” ia menyeringai nakal. Dasar, ia benar-benar maknae tidak tahu aturan. Untung saja semua member menyayanginya dan selalu memaklumi sifat nakalnya.

“Kalau Kyu ikut memasak, nanti mungkin akan ada sekuel dari ledakan gas air mata yang kau buat di Seoul, Min-ah.” Sungmin berjalan mendekat dan duduk di sebelahku. “Kalian berdua kan sama-sama tidak tertolong lagi kemampuan memasaknya.” Tambahnya jahil.

“Eeeeeyyyy~~” protesku dan Kyu berbarengan.

Sungmin terkekeh lalu memajukan posisi duduknya, menaruh mangkuk besar yang mengeluarkan bunyi letupan-letupan kecil di atas meja di depan kami. Kusadari itu adalah mangkuk pembuat popcorn otomatis. Siwon tampak tertarik dan mengalihkan pandangannya dari TV. “Itu mesin pembuat popcorn seperti yang dulu Ryeowook punya?”

“Kau membeli yang baru?” tanyaku. “Aigoo, pantas saja semakin hari kau semakin menggendut, Oppa..” aku mencubit pipinya yang chubby.

Sungmin terkikik, “Ne, aku baru membelinya beberapa hari yang lalu. Sayang sekali punya Ryeowook dulu itu rusak, padahal alat ini sungguh praktis.”

Aku mengangguk menyetujuinya. Jangan tanya kenapa dan siapa yang membuat alat itu rusak. Sudah pasti pelakunya adalah si perusak nomor satu diantara member Super Junior: Ikan Kecilku, Donghae. Aku tidak habis pikir kenapa ia sungguh sial merusakkan barang apapun yang sedang dipegangnya. Mungkin, itu sudah jadi bakatnya. Entah aku harus bahagia atau prihatin.

“Seharusnya Ryeowook minta Donghae hyung untuk menggantinya dengan yang baru.” Sahut Kyu.
“Kalau Hae harus mengganti semua barang yang dirusakkannya, pasti ia akan jatuh miskin dan terpaksa menjual semua figurine Iron Man kesayangannya.” jawabku kalem. Siwon terbahak sambil bertepuk tangan di tempatnya duduk, lalu mengajakku ber-high five dengannya. Ia selalu melakukan hal itu—ber-high fivedengan orang lain—apabila ia terhibur terhadap sesuatu.

Sungmin membuka tutup mangkuk popcorn-nya setelah semua popcorn di dalam meletup-letup, dan menyajikannya dimeja. Aku, Siwon dan Kyu langsung menikmatinya sambil menunggu hidangan barbecue selesai. Sesekali aku menggeliat dan meregangkan otot-ototku yang pegal. Rupanya, gerakanku tidak luput dari perhatian Sungmin.

“Sepertinya kau kelelahan? Sini, kupijat.” Tangannya langsung memijat pundakku dan kedua lenganku secara bergantian. Nikmat sekali! Diantara semua member Super Junior, Sungmin memang yang paling pintar memijat.

“Aaahh~ Oppa, benar-benar nikmat! Kau memang yang terbaik!” Pujiku sungguh-sungguh.
“Tentu saja, aku Oppa favoritmu kan?”
“Tentu Oppa! Kau nomor satu!”

“Min-ah, memangnya aku bukan oppa favoritmu?” Siwon tampak kecewa, memejamkan mata dan menggelengkan kepala dengan dramatis.

“Hyung jangan percaya, ia mengatakan itu pada semua member. Kemarin ia bilang Teukie hyung adalah oppa favoritnya.”

“Yaaaaa Cho Kyuhyun! Tutup mulutmu!!!” aku melempar tatapan mematikan padanya, yang disambutnya dengan derai tawa iblis.

***

Malam terus berlanjut dengan serangkaian keriaan para member Super Junior dan juga Trio Young plus Nari. Setelah kenyang ber-BBQ kami semua berkumpul di ruang tengah sambil berkaraoke. Atas request Trio Young, Yesung menghibur kami pertama kali dengan suara merdunya, menyanyikan lagu andalannya “It Has to be You” yang di remix dengan rap berbahasa Inggris yang terdapat dalam lagu T.O.P - Shinhwa. Tentu saja, Yesung membawakan rap tersebut dengan versi bahasanya sendiri.

“Niga animyeon andwae
Neo eobsin nan andwae
Na ireoke haru handareul ttoillyeoneul
Na apado joha
Nae mam dachyeodo joha nan
Geurae nan neo hanaman saranghanikka

What’s gonna du~ Wanna gaenigae
Do you wanna sapati PASS PASS do PASS!
Do you wanna see the light
What’s gonna do, wanna sapati PASS PASS!!!
Do what i gotta do, do you wanna bwa tings to stand a more
Do you wanna see the light stand alone
Comin out wild count to you town.”

Demi apapun, aku sama sekali tidak mengerti isi rapnya! Yesung mencampur bahasa Inggris dengan bahasa alien yang tak seorang pun bisa mengerti dan sukses memancing tawa dari semua penontonnya. Aku bahkan sampai menggebrak-gebrak meja saking hebohnya tertawa. Satu gelas soju tumpah karena gerakanku dan mengenai lengan Donghae, tapi bahkan ia pun tidak menggubrisnya karena sibuk menertawakan aksi hyungnya yang satu ini. Hingga Yesung menyudahi penampilannya dengan cool, aku masih belum bisa berhenti tertawa.

“Omoo, Min, Kyu, berhentilah tertawa!” Rin mengguncang bahuku dan Kyu bergantian. Kami berdua sama-sama tidak mampu menghentikan tawa setelah penampilan Yesung yang menggebrak barusan. “Kalian berdua, sudah hentikan!” desahnya putus asa. Lama kemudian aku baru bisa mengontrol diriku dan sepenuh hati mengacungkan dua ibu jariku pada Yesung. Oppa yang satu ini memang daebak, jagonya menampilkan penampilan yang super absurd!

Kangin maju dan mengambil alih mic, ditemani Teukie mereka berdua menyanyikan lagu Run To You-nya DJ Doc dengan kelewat bersemangat. Mereka melompat, bernyanyi, menari, melompat lagi. Aku pun mulai berdiri bersama para member dan ikut bernyanyi mengikuti irama. “Bounce with me, bounce with me. Bounce with me, Bounce~”

Selesai membawakan lagu tersebut dengan sangat enerjik, bukan hanya Kangin dan Teukie yang kembali duduk dengan napas tersengal-sengal, tapi kami semua juga begitu. Baru dua pertunjukkan sejauh ini, tapi rasanya sudah seperti ikut lari maraton, bukannya menghabiskan malam santai dengan berkumpul bersama sambil berkaraoke. Kulihat Teukie mengambil jeda istirahat dengan menuangkan minuman dan menenggaknya sampai habis, tampak benar-benar menikmati pesta kecil-kecilan malam ini. Tidak, Teukie tidak minum alkohol. Ia mengganti minuman alkoholnya dengan soda.

Sungmin mengambil gitar dan maju kedepan. Ia mulai memetik gitarnya dengan ahli dan melantunkan lagu “I’m Yours” milik Jason Mraz dengan merdu dan sweet. Suasana seketika mulai terbawa dengan ketenangan dari suara Sungmin, setelah sebelumnya dibuat heboh oleh rap Yesung dan duet KangTeuk. Aku mendesah bahagia dan ikut bernyanyi dari tempatku duduk, seperti sedang menonton konser...

“But I won’t hesitate no more, no more.. It can not wait, I’M YOURS~”

Aku menyandarkan kepala di bahu Donghae di sebelahku, merasa tulang-tulangku meleleh mendengar suara Sungmin. Kurasakan sebelah lengan Donghae merangkul pinggangku, sementara sebelah lagi sedang menggosok-gosok matanya. Aku mendongak menatapnya, “Kau mengantuk, baby?”

“Eo? Anie.. hanya saja, ini mataku gatal karena poniku..”
“Ah... kemari, baby.” Aku kembali duduk tegak dan memberi intruksi agar Donghae menundukkan kepalanya di depanku. Aku menyisir rambut depannya dengan jariku dan mengikat sejumput rambutnya diatas kepala dengan sebuah ikat rambut berpita yang kumiliki. Dengan demikian, poninya yang sudah cukup panjang itu tidak akan mengganggu matanya lagi. Aku tersenyum puas melihat hasilnya; ia tampak sungguh menggemaskan!

Aku menangkupkan kedua tangan dipipinya, “Aigooo, kau bagai bocah tampan yang menggemaskan.”

“Benarkah?” ia menyunggingkan cengiran lebar. “Ayo kita berfoto, baby!” lalu dengan ponselnya, ia mengambil beberapa pose kami berdua di tengah-tengah para member yang sedang berkumpul dan bersantai bersama.

Sementara Ryeowook dan Hyukjae maju menggantikan Sungmin sambil sedikit berdebat dalam pemilihan lagu yang akan mereka bawakan di depan, aku menangkap tatapan Teukie padaku dan Donghae. Aku bertukar senyum lebar dengannya.

“Menikmati pestanya, Oppa?”
“Sangat! Rasanya sudah lama sekali kita tidak bersenang-senang seperti ini, iya kan?”
“Iya. Kau sudah tidak kesepian lagi kan sekarang? Semua dongsaengmu sudah kembali berkumpul, dan semuanya sangat berisik.”

Teukie terkekeh. “Iya benar, tapi aku menyukai yang seperti ini. Aku merindukan suara gaduh kalian semua. Tanpa kalian, dorm sangat sepi kemarin.”

Aku tersenyum mendengar jawaban leader yang sangat peduli pada semua dongsaengnya ini. Kuangkat gelasku yang juga berisi cola dan mengajak Teukie bersulang. “Untuk leader yang sangat aku sayangi dan kagumi.”

Teukie tersipu namun jelas tampak senang, sebelum menempelkan gelasnya pada gelasku. “Jadi, ehem, kapan dan bagaimana kalian akan mengadakan pernikahan?” Teukie buka suara lagi setelah menenggak minumannya.

“Ooooooohh~~~ bba ba ba ba ba bam~~” Mendengar kata ‘pernikahan’ seluruh member yang sedang berkumpul semua di ruang tengah langsung kompak bernyanyi nada-nada seremonial dan menari membentuk lingkaran sambil bertepuk tangan, menggodaku dan Donghae yang mulai merona. Dasar, kupikir mereka sedang memperhatikan Ryeowook yang sudah akan mulai bernyanyi, tapi rupanya mereka masih juga sempat mencuri dengar pertanyaan Teukie tadi. Benar-benar ribut.

“Semuanyaaa, mari kita bersulang untuk pengantin baruuuu!” teriak Kangin gembira. Sepertinya ia sudah mulai agak mabuk akibat terlalu banyak minum soju, karena ia tampak sangat gembira dan berbicara dengan memanjangkan beberapa suku kata. Dan semua orang pun mengisi gelas masing-masing dengan soju, wine, beer, atau cola dan bersiap bersulang untukku dan Donghae. Sial, bisa-bisa semua orang salah paham dengan lamaran main-main Donghae semalam.

God bless you.”  Siwon mengangkat gelasnya dengan kalem. “Semoga pernikahan kalian diberkati Tuhan dan segera diberi keturunan yang tumbuh menjadi jemaat yang taat kepada Tuhan dan aturan-aturan duniawi yang telah diatur oleh agama.”

“Aniee Oppa... Aku dan Donghae tidak akan menikah dalam waktu dekat, kami—”
“Omo..! Apa kau akan menangis, Donghae hyung? Min menolak lamaranmu?” cetus Kyuhyun, jelas-jelas sedang menggoda kami karena aku langsung memastikan keadaan Donghae dan ia terlihat baik-baik saja.

“Selamaaaaat Min-ah, Donghae-ah. Kami benar-benaaaaaaaaaaaar sangat bahagia. Iya kan hyung?” Kangin melirik Teukie; aku mendesah frustasi.

Congratulation..Congratulation~~” Belum sempat Teukie merespon, Hyukjae, yang sedang memegang microphone karena sebelumnya bersiap berduet bersama Ryeowook mulai menyanyikan lagu ucapan selamat kencang-kencang. Nadanya yang meleset terdengar ke seluruh penjuru villa melalui speaker.

“Lee Hyukjae, berhenti sajalah. Suaramu jelek.”
“Yaaa! Memangnya suaramu bagus, Min-ah?” semburnya, merasa terhina dengan ledekanku.
“Pastinya suaraku lebih bagus dari suaramu. Akui saja, suaramu memang yang paling jelek di Super Junior. Bahkan Shindong oppa saja bernyanyi lebih bagus daripada kau.”

“Enak saja. Aku dan Shindong? Sudah pasti suaraku lebih bagus. Aku bahkan merasa terhina karena disamakan dengan suara Shindong, apalagi dengan kau.”

“Mwo? Kau tidak percaya bahwa suaramu paling jelek di Suju? Kau juga tidak percaya kalau suaraku lebih bagus darimu?” aku menantangnya. “Rin-ah, Bin-ah, benar kan suaraku lebih bagus dari ikan teri ini?”
Rin yang berdiri dekat denganku dan—seperti juga member lain—memperhatikan perdebatanku dengan Hyukjae sedari tadi, sedikit terlonjak mendengar pertanyaanku. Ia tampak berpikir sejenak, sebelum menjawab, “Wah... keputusan yang sulit.....”

“Apanya yang sulit?!” semburku. “Bukannya sudah jelas?”
“Sudah, sudah. Daripada kalian ribut, mari kita adakan kontes menyanyi ala Immortal Song saja. Yang kalah jelas adalah yang punya suara paling jelek!” Shindong mengusulkan sambil terkekeh geli, disambut sorakan antusias dari member lain.

“Kalau begitu.... performance time!” Heechul dengan diikuti yang lain bertepuk tangan riuh menanti kontes dadakan ini. “Hyukjae-ah, karena kau yang sedang memegang mic, kau saja duluan yang menyanyikan satu lagu untuk kami. Kami akan menjadi jurinya.”

“EEEEEEYYYYYYYYYYYY!!!” protesku. “Siapa bilang aku mau ikut kontes konyol ini?”

“Kau harus ikut Min-ah, kalau tidak....” Siwon berpikir sejenak sebelum melanjutkan ancamannya. “kalau tidak nanti Donghae akan kucium dan kupaksa minum soju!”

Aku memicingkan mata mendengar ancaman konyolnya. Tapi, ia tahu benar aku sangat protektif pada Donghae, aku tidak akan membiarkannya di’siksa’ seperti itu. Walaupun si Ikan hanya tertawa-tawa saja mendengar dirinya dijadikan sandera.

Aku mengerucutkan bibirku dengan kesal, apalagi Hyukjae sekarang mengeluarkan tantangan untukku. “Min, apa kau takut kalah bersaing denganku?”

“Tolonglah, Lee Hyukjae. Aku tidak pernah takut pada siapapun, apalagi padamu.”
“Kalau begitu, silakan Eunhyuk-ssi, kau bisa mulai membawakan lagumu. Yeorobeuuun, mari kita sambut, SuperJunior-Eunhyuk!” Shindong berdiri dan mengambil peran sebagai MC dalam kontes konyol ini.

Hyukjae mulai berdeham dan meregangkan otot lehernya dengan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan. Entah apa gerakan itu akan membantunya menghasilkan suara yang lebih merdu atau tidak. 

“I yus to tink that I culd not go won~~ And laipe was noting but an awphol song~”  ia mulai bernyanyi.

Aku mengerutkan dahi mendengar lirik yang dibawakannya. Lagu berbahasa Inggris? AH! Aku rasa aku mengenal lagu ini—ini lagu “I Believe I Can Fly” milik R. Kelly! Ya Tuhan, apa yang dipikirkannya—dia pikirdia bisa membawakan lagu ini dengan sempurna?! Mengucapkan liriknya dengan benar saja ia tidak bisa! Aku mulai menyemburkan tawa kencang-kencang tanpa bisa kuhentikan.

Hyukjae menyudahi penampilannya dengan iringan tawa dari para penonton, sementara aku sesak napas karena kebanyakan tertawa.

“Yaaaaa Hyukjae, apa kau gila? Kenapa kau membawakan lagu berbahasa Inggris?!” seru Heechul.
Yang ditanya malah terbengong-bengong, tidak mengerti kenapa keputusannya membawakan lagu berbahasa Inggris dipertanyakan.

“Baiklaaaah, beri tepuk tangan pada peserta pertama, Super Junior-Eunhyuk. Park soo!” MC Shindong menggiring penonton untuk bertepuk tangan. “Selanjutnya, pendatang baru di dunia musik, dengan aura bintang dan skill yang tidak terbantahkan lagi. Dia yang kini menantang debutan selama 7 tahun, Park Min Young!”

Para member bersiul-siul dan bertepuk tangan penuh antisipasi, tidak salah lagi sedang menanti hiburan dari kontes sialan ini. Aku maju ke depan tanpa gentar, memikirkan lagu apa yang sebaiknya kubawakan.

Akhirnya, aku memegang mic dan memutuskan untuk menyanyikan lagu Only One-nya BoA. 

“Meo-reojyeoman ganeun geudae, you’re the only one~~ Nae-ga saranghaet-deon geonmankeum, you’re the only one~~ Apeu-go apeujiman pabo katjiman—”

Belum sempat aku selesai menyanyikan satu bait, semua member sontak menyemburkan tawa, berdiri, bertepuk tangan, bahkan berpelukan. Suasana mendadak menjadi sangat kacau. Kangin, Heechul, Yesung dan Kyu langsung mendatangiku dan menyalamiku. Hyukjae juga menyeruak maju dan membusungkan dada, menerima tepukan di pundaknya dari beberapa member. Teukie bahkan tertawa dengan heboh sambil memegangi perutnya di sebelah Donghae yang hanya menyunggingkan senyum bingung.

“Selamat Min-ah, sudah jelas suaramu merupakan suara yang paling jelek diantara kita semua!” Heechul mengumumkan sambil menyalamiku tanpa henti.
“Min, kau benar-benar menghibur!” Yesung menepuk-nepuk punggungku, ia tertawa cukup keras setelahnya.

“Min-aaaaaaaaah.. suaramu sungguh....... daebaaaaaaaaak..!” Kangin benar-benar tampak mabuk sekarang.
“Yaaaa Park Min Young! Apa kau benar-benar anak Appa dan Umma? Bagaimana suaramu bisa sejelek itu?” sudah pasti Kyu yang sedang merutukku.

Ah... aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam, berusaha menerima nasib karena kemampuan bernyanyiku yang dibawah rata-rata. Aku tidak akan bersedih, karena aku bisa menonjol dalam bidang lainnya kecuali tarik suara, gumamku menghibur diri.

***

Astaga. Hari ini berubah dari menyenangkan, kemudian mendebarkan, hingga penghancuran mental secara brutal terhadap kemampuan menyanyiku. Ternyata tidak cukup itu saja, malam masih dilanjutkan dengan games yang dilakukan oleh para member dan juga Trio Young plus Nari. 

Ketika lewat tengah malam Bin mendadak bercetus, “Aku punya kartu remi lho, kita main yuk!” para member pun langsung mengubah permainan kartu pada umumnya menjadi sebuah permainan dengan aturan yang dibuat sendiri. Dalam setiap putaran, yang kalah diharuskan menjawab pertanyaan dari siapa pun yang mengajukan, dan minum satu gelas soju atau beer.

Permainan sudah berjalan selama sepuluh putaran sekarang, dengan rekor 6 kali kalah yang dipegang oleh Hyukjae. Tidak pelak lagi ia pun kini sudah mulai terlihat mabuk karena dipaksa minum bergelas-gelas alkohol. Wajahnya sudah memerah dan nada suaranya naik satu oktaf. Ia tampak terlampau gembira, terkikik setiap lima menit sekali. 

Dibawah Hyukjae, Donghae memegang catatan kalah terbanyak kedua, dengan tiga kali kalah. Aku sangat khawatir karena ia sukarela minum tiga gelas soju yang langsung membuatnya terbatuk-batuk dan wajahnya panas. Sama seperti Hyukjae, ia mulai terbahak-bahak setiap kali Hyukjae mulai terkikik. Astaga, baru tiga gelas dan efeknya sudah seperti ini?

Saat putaran baru akan dimulai, aku sengaja mengalihkan perhatian agar permaianan ini segera berakhir dan Donghae terbebas dari ancaman minum alkohol lagi. Mengingat kemampuan Donghae yang sangat jarang menang dalam permainan apapun, bukan tidak mungkin dalam putaran berikutnya ia akan kalah.

“Oppadeul, bagaimana kalau kita main yang lain? Quiz? Petak umpet? Atau dance time? Haruskah aku menunjukkan kemampuan dance-ku yang sudah pasti mengalahkan Hyukjae?” seruku.
“Min-ah, kami sudah tahu kemampuan dance-mu. Kau tidak jauh dari Kyuhyun dalam hal ini.” Jawab Wookie.

“Yaaa! Enak saja menyamakanku dengan Kyu yang jelas-jelas sangat awkward kalau menari.”
“Min unnie, bagaimana kalau main petak umpet?”

“Bin, ini sudah malam, apa kau tidak takut bersembunyi sendirian di tempat gelap?” Perkataan Yesung langsung membuat Bin mengkerut di balik Heechul.
“Ah! Aku tahu! Ayo kita main card kissing games!” Shindong bangkit sambil menyeringai dan menaik-turunk analisnya.

Para member langsung menyambar ide tersebut dengan antusiasme tinggi, karena permainan yang satu ini memang pernah beberapa kali sukses mereka mainkan dalam variety show.

“Waaa~ aku mau ikut! Aku ikut! Aku ikut!” Donghae langsung berdiri penuh semangat, sambil menepukkan kedua tangannya dan meregangkan otot lehernya. Ia lantas menarikku ikut berdiri. “Ayo Min, kita tunjukkan bagaimana cara melakukannkya. Kita bisa kalahkan mereka semua.”

Baru kali ini aku melihatnya penuh percaya diri saat akan mengikuti sebuah permainan. Aku ditariknya mendekat, dan kepalanya mulai mendekat menuju bibirku.

“Ya! Ya! Yaaa!! Bagaimana kalian akan melakukannya tanpa kartu, huh?” Hyukjae menjitak kepala Donghae. Yang dijitak malah tertawa terbahak-bahak, lalu tawanya menular pada Hyukjae. Sudah jelas, keduanya mulai terbawa pengaruh alkohol.

“Bagaimana pembagian timnya?” tanya Ryeowook.
“Ayo kita main berpasangan!” seru Shindong bersemangat, sementara Nari menjawil lengannya.

“SETUJU.” Heechul langsung menyetujui, membuat Bin shock.
“Andweeeeiii!!” jeritnya dengan nada suara terjepit.

“Kalau kalian bermain berpasangan, lalu bagaimana dengan nasib kami?” Yesung tampaknya ingin ikut main juga.

Hyukjae langsung menimpali, “Ya! Kami juga ingin main! Apa karena kami tidak punya pasangan jadi kami tidak boleh main? Kalau begitu, aku akan bermain dengan pasanganku!” ia menarik Donghae dan merangkul pundaknya, kembali terkikik geli.

“Yaak! Dia pasanganku, pabo!” aku meninju lengan Hyukjae dan menarik Donghae kembali ke sisiku, membuat Hyukjae menghentikan tawanya dan hanya bisa melotot sambil menganga, kehabisan kata-kata.

“Bagaimana kalau kita membagi tim dalam dua kelompok, yang couple ditambah dua member lainnya? Masing-masing kelompok terdiri dari enam orang, apa cukup?”

“Aku setuju dengan Shindong. Sisanya akan jadi wasit ya?” ujar Teukie.
“Kalau begitu kami jadi wasitnya.” Kyu bersuara, lantang, sambil memberi isyarat pada Rin.
“EEEEEEEEEEEEEYYYY~~” seluruh member menyuarakan protes mereka. “Seluruh couple harus ikut bermain, Kyu.”

“Tapi kami kan bukan—”
“EEEEEEEEEEEEEYYYY~~” lagi-lagi seluruh member kompak membantah alasan Kyu. Tidak ada cara lain, Kyu dan Rin terpaksa ikut bermain dalam permainan card kissing games ini, begitu juga denganku dan Hae, Shindong dan Nari, serta Bin dan Heechul.

“Sekarang ayo kita bagi empat couple ini ke dalam dua kelompok. Setelah itu masing-masing kelompok akan di dukung oleh dua orang member lagi. Ayo, masing-masing perwakilan couple maju dan melakukan batu-gunting-kertas.”

Aku bertukar pandangan dengan Donghae, dalam diam sama-sama mengerti kemampuan mengenaskan Donghae dalam segala permainan. Jadi aku pun maju menggantikan Donghae, bersama-sama dengan Kyu, Heechul dan juga Shindong. Kami melakukan batu-gunting-kertas hingga terbentuklah dua kelompok, yang menang dan yang kalah. Kelompok yang menang batu-gunting-kertas terdiri dari aku dan Donghae dan juga Shindong dan Nari. Kelompok yang kalah terdiri dari KyuRin dan BinChul.

Kedua kelompok berdiri di dua sisi berbeda dengan mata terpejam, dan para member diperbolehkan memilih pada kelompok mana mereka akan bergabung. Ketika aku membuka mata, kulihat sudah banyak member yang berkerumun di sekitarku, antara lain Teukie, Kangin, Hyukjae, Sungmin dan Wookie. 

Sementara kelompok satunya dihampiri oleh Yesung dan Siwon. Kupikir pasti karena para member sedikit banyak merasa takut apabila harus berdiri dekat dengan Bin di hadapan Heechul, maka mereka pun menjatuhkan pilihan pada kelompokku. Salut pada Siwon dan Yesung yang tetap tegar mengajukan diri ke sana.

Lalu, apa yang harus kulakukan dengan semua member ini? Kulihat Kangin menyikut-nyikut Teukie dengan gembira, sementara Sungmin tersenyum malu-malu, Hyukjae berdiri penuh antisipasi sambil melompat-lompat bersemangat, dan Wookie menatap takjub hyung-hyungnya yang bersikap ganjil.

“Hyung, kalian cuma ingin mencari kesempatan mencium pacarku kan? Kuberitahu ya, kalian tidak akan mendapatkannya.” Donghae akhirnya menyadari keganjilan para hyungnya yang berkerumun di tempatnya. Berbagai gumaman penyangkalan dan tawa salah tingkah langsung bersahutan sebagai jawabannya. Aku hanya bisa memutar mataku.

“Hyung, kami tidak bisa memilih kalian semua untuk masuk ke dalam kelompok kami. Hanya boleh menambah dua orang saja.” Shindong buka suara.
“Shindong oppa, siapa menurutmu yang harus kita rekrut?”

Shindong tampak memikirkan pertanyaanku sambil menggaruk dagunya. “Siapa ya? Sepertinya Teukie hyung dan Kangin hyung sangat jago memainkan permaianan ini. Dua-duanya sangat berpengalaman.”

Teukie dan Kangin saling menepukkan tangan masing-masing dengan gembira, sementara yang tidak terpilih tertunduk lesu dan harus puas menjadi wasit. Hanya Hyukjae yang masih berdiri dan tidak terima dirinya tidak terpilih.

“Aku juga jago, hyung! Kenapa kau tidak memilihku?”
“Karena jumlah pacarmu hanya setengah, mungkin seperempat, dari jumlah pacar mereka berdua.” Shindong menunjuk KangTeuk dengan dagunya, membuat aku, Donghae dan Nari terbahak-bahak. “Selama ini kau terlalu sibuk dengan Donghae.”

Akhirnya, permainan siap dimulai dengan formasi dari tim 1 terdiri dari Donghae sebagai pemain nomer satu, dilanjutkan denganku, lalu Nari, Shindong, Kangin, dan terakhir Teukie. Sementara itu di tim 2 Bin ditempatkan sebagai pemain pertama, disusul dengan Heechul, lalu Yesung, Siwon, Kyu, dan terakhir Rin. Hyukjae menjadi wasit, dan menyisakan DJ RyeoSung sebagai komentator.

“Semua pemain sudah siap? Aturan mainnya, hanya perlu memindahkan sebanyak-banyaknya kartu dari mangkuk yang ada di depan pemain pertama ke mangkuk yang ada di belakang pemain keenam. Waktu yang diberikan hanya tiga puluh detik.” Wasit Hyukjae menjelaskan aturan mainnya. “Siap? MULAI!!!!”

***

Ahn Rin Young’s

“Siap? MULAI!!!!”

Aba-aba dari Eunhyuk yang menjadi wasit hanya berhasil menerobos masuk ke telinga kiri dan langsung keluar lagi dari telinga kananku tanpa bisa benar-benar kucerna. Atas ide ‘brilian’ dari Shindong, setelah makan malam yang dilengkapi dengan pesta barbecue tadi, kami akhirnya bermain card-kissing game; memindahkan kartu dari mulut ke mulut. 

Kyuhyun dan aku, yang pada awalnya bersikeras ingin menjadi wasit malah berakhir masuk di tim 2 bersama pasangan BinChul, Siwon dan Yesung. Semua orang memaksa kami untuk ikut bermain dan tidak mau menerima alasan apapun yang kami lontarkan. Benar-benar tak ada ruang untuk menghindar.

Jadi disinilah aku. Menundukkan kepala sedalam yang kubisa, sambil mencoba meyakinkan diri kalau ini hanya permainan, dan hanya akan berlangsung selama 30 detik. Seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Aku sempat menolehkan kepala kearah Kyuhyun yang sedang sibuk membaca garis tangannya sendiri. Merasa diperhatikan, ia balik memandangku, lalu melempar senyum kikuk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Akhirnya, pada beberapa detik pertama setelah permainan dimulai , aku hanya bisa mendengar ocehan dua komentator permainan; Sungmin dan Ryeowook, tanpa benar-benar memperhatikan apa yang sedang terjadi pada kelompok sebelah, bahkan di kelompokku sendiri. Bahkan ketika Kyuhyun yang membawa kartu di mulutnya memberikan kode dengan sedikit menyenggolku, aku nyaris saja terlonjak kaget akibat terlalu gugup. Rasanya baru tiga detik, kenapa tiba-tiba kartunya sudah sampai di Kyuhyun?

Aku kemudian berbalik ke kanan dan mendongakkan kepala dengan pasrah, menunggu apa yang akan Kyuhyun lakukan selanjutnya. Dari apa yang bisa kulihat, sang ‘kartu keramat’ masih bertengger dengan manis di bibirnya, masalahnya sekarang hanya bagaimana caranya Kyuhyun bisa mentransfer kartu itu ke bibirku.

Kyuhyun maju beberapa sentimeter dan aku sontak memundurkan kepala dengan spontan. Ia maju lagi semakin dekat, lalu berhenti. Mundur lagi. Lalu tiba-tiba saja kartunya melayang jatuh dari bibirnya. Aku mengembuskan napas dengan sedikit terlalu kencang dan itu tak luput dari perhatian para komentator. Mereka langsung berkomentar tentang betapa kami berdua terlihat gugup satu sama lain. Oh, aku sungguh iri pada mereka yang tidak perlu ikut main, rasanya aku rela mengorbankan apa saja untuk menukar posisi kami saat ini.

Hanya berselang satu detik setelah Kyuhyun menjatuhkan kartunya, Siwon sudah menepuk-nepuk bahu Kyuhyun. Rupanya sudah ada stok kartu baru. Bahkan ternyata, semua orang lain di kelompokku sudah sibuk menahan kartu di bibirnya masing-masing; mulai dari Bin yang ada di posisi pertama, disusul Heechul dan Yesung. Luar biasa, proses permainan ini tampaknya hanya terhambat sejak kartunya berada di bibir Kyuhyun.

Siwon maju dengan kelewat antusias mendekati wajah Kyuhyun, ia bahkan menangkupkan kedua tangannya ke pipi Kyuhyun dengan penuh cinta. Disisi lain, Kyuhyun terlihat berdiri sangat kaku sambil setengah melotot. Sebuah pemandangan yang sangat menghibur—tapi tetap belum cukup untuk menghilangkan kegugupanku.

Kartu kedua sudah berhasil berpindah dari Siwon ke Kyuhyun. Kyuhyun langsung berbalik kearahku. Kali ini ia terlihat lebih percaya diri dan langsung maju mendekati wajahku, lebih dekat dari percobaan pertama. Saat aku mulai menahan napas penuh antisipasi, ia mendadak berhenti dan mundur lagi. Ia merampas kartu dari bibirnya sendiri, kemudian menggigit kartu itu dengan frustasi sambil berlutut dan meninju-ninju tanah dengan ekspresi lucu. 

Tepat pada saat aku mulai ingin tertawa, Heechul, yang menempati posisi kedua di kelompok kami berteriak, “Yaaak! Cho Kyuhyun paboo! Kau tidak bisa main??” Kartu yang semula ada dibibir Heechul kini melayang dan jatuh menyentuh tanah. 

Mendengar ini, Siwon berkata dengan serius kepadaku dan Kyuhyun, “Hey, Kalian ingat kan tadi kita sudah berdoa bersama sebelum bermain? kita pasti menang! Hwaiting!” Ia mengakhiri kata-kata motivasinya dengan menepuk puncak kepala Kyuhyun dan aku.

Entah karena takut dimarahi Heechul atau motivasi dari Siwon yang membuat Kyuhyun jadi bersemangat, yang jelas setelah itu bisa dikatakan permainan berjalan cukup lancar. Setiap ia menerima kartu dari Siwon, ia langsung menyerbu ke arah bibirku tanpa ampun—meskipun aksinya itu sempat menimbulkan insiden. Karena terlalu brutal, dagu Kyuhyun malah menabrak daguku. Tak pelak, Eunhyuk-si-wasit dan dua komentator permainan, kembali meledek kami sambil terbahak-bahak.

Aku yang pada awalnya shock dengan aksi brutal Kyuhyun, lama kelamaan bisa beradaptasi dengan ritme permainan dan akhirnya bisa menyelamatkan beberapa kartu hingga ke ‘keranjang finish’. Dari ucapan para komentator, aku menduga bahwa tim kami masih lebih baik dari tim sebelah yang terdiri dari pasangan MinHae, DongRi dan KangTeuk. Tapi rasanya aku tidak ingin tahu. Aku ingin menghilang saja sebelum para member kembali membahas kecanggunganku dan Kyuhyun dan meledek kami sepanjang malam.

***

Park Min Young’s

Donghae langsung bergerak mengambil kartu dan menempelkannya di bibirnya, memutar kepalanya ke hadapanku dan bersiap mentransfer kartunya ke bibirku. Namun belum sampai kartunya menyentuh bibirku, Donghae malah menyemburkan tawa yang membuat kartunya terbang dan jatuh ke lantai. Percobaan pertama gagal.

“Ayo baby, coba lagi.” Aku menyemangatinya.

Donghae mengambil lagi sebuah kartu dan menempelkannya di bibirnya. Saat menolehkan kepala dan memandangku yang sedang menunggunya, kartunya malah menggelincir dari bibirnya. Percobaan kedua (masih) gagal. Aku menghela napas dalam-dalam.

Untuk yang ketiga kalinya, Donghae mengambil kartu dan menempelkannya di bibir. Kali ini ia berhasil menahannya tetap di bibir saat menolehkan kepala dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Namun tepat saat kupikir kartunya akan menyentuh bibirku, aku malah dikejutkan dengan sensasi manis bibir Donghae yang menempel di bibirku—tanpa kartu. Aku menarik kepalaku mundur dan mendapati Donghae merapatkan bibirnya sambil menahan tawa, sementara kartunya telah melayang menuju persemayaman teman-temannya di dekat kakiku.

“Yaaaa!! Hae!! Apa yang sedang kau lakukan? Cepat transfer kartunya!” Teriak Kangin tidak sabar di belakang.
“Tampaknya, Donghae-ssi sangat menikmati permainan ini, benar kan Ryeowook-ssi?” komentator Ming memberikan narasi di sela-sela permainan kedua tim. Kolaborasi Sungmin dan Ryeowook ini memang terdengar sangat kompak.

Entah waktu sudah berjalan berapa detik, yang jelas Donghae masih belum berhasil mentransfer satu kartu pun padaku. Yang lain mulai gemas melihat tingkah pacarku ini yang selalu gagal sejak percobaan pertama.

“Hae, coba tahan kartunya sambil menarik napas panjang lewat mulutmu.” Aku memberinya instruksi singkat.

Percobaan keempat ini tampak akan menjadi sebuah usaha yang membuahkan hasil ketika Donghae mengikuti instruksiku dan membawa kartu dengan benar ke arahku. Namun saat sudah sangat dekat dengan bibirku, ia kehabisan napas dan malah menyemburkan tawa yang langsung membuat si kartu jatuh lagi menyusul teman-temannya. Aku menepukkan telapak tanganku dijidat, sementara member lain mulai menyuarakan protes mereka di belakangku.

Saat akhirnya Donghae mulai menguasai diri dan berhenti menciumku-tanpa-kartu atau menjatuhkan kartu di depan mulutku, Hyukjae mengumumkan bahwa waktu tiga puluh detik telah habis. Aku mengerang putus asa, menyadari tim kami kalah total karena hanya berhasil mentransfer beberapa kartu saja (mungkin hanya satu atau dua). 

Shindong benar, baik Kangin dan Teukie sama-sama jago dalam permainan ini. Selepas aku mentransfer kartu ke Nari, perjalanan si kartu bisa dibilang sangat mulus dan lancar, bahkan cepat. Kendala hanya ada di awal, tidak lain adalah Donghae. Ia memang sangat buruk dalam segala permainan. Aku menggeleng pasrah.

“Kini saatnya mengumumkan hasilnya. Tim satu hanya berhasil memindahkan dua kartu, sementara tim dua berhasil memindahkan, hmm, empat kartu! Sepertinya permainan kali ini merupakan rekor terburuk sepanjang sejarah Super Junior memainkan permainan ini. Apa yang salah dengan kalian ini sih?” Hyukjae terkikik menertawakan Donghae dan KyuRin. Wah, aku jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada kelompok satunya itu ya?

“Baiklah, bagi tim yang kalah, akan ada hukuman bagi kalian! Apa ya hukuman untuk mereka? Hmm..”
“Eunhyuk hyung, bagaimana kalau mencoret-coret wajah mereka?” usul Ryeowook.
“Menyuruh mereka menari atau cross dressing?” Yesung juga ikut memberi ide.

“Ah jangan, Shindong hyung jago dance dan juga sering cross dressing.” Hyukjae tampak memikirkan hukumannya dengan penuh pertimbangan. “Aha! Aku tahu. Kalian semua, berdiri berjajar dalam satu baris dan balikkan badan kalian ke arah berlawanan dengan kami.” Perintah Hyukjae pada tim yang kalah, termasuk juga aku.

“Sekarang, tulislah nama kalian masing-masing—nama asli kalian—dengan menggunakan gerakan bokong!”
“Mwo???”

Aku mengerang begitu menyadari apa maksudnya. “Apa harus nama asli? Kalau begitu, apa aku harus menggunakan nama Inggris-ku?” Oops! sial, harusnya aku tidak bertanya.
“Tentu saja!” seru Hyukjae penuh kemenangan.

Sial,sial, sial! Nama Inggris-ku, yang diberikan Papa dan Mamaku sejak mereka mengadopsiku terdiri dari empat kata, berasal dari campuran bahasa latin, Sansekerta dan Indonesia. Ini akan sangaaaaaat panjang, dan—aku mendengus sebal—mereka semua akan sangat menikmati waktu untuk menggodaku saat aku melenggak-lenggokkan pinggul mengikuti setiap huruf dalam namaku!


~To Be Continued~

Preview Chapter 31a

Hwang Bin Young's

“Ciiiieeee…Rin unnie ingin cepat-cepat masuk kamar!!! Minnie oppa, kamu dengar kan apa yang Rin unnie katakan pada Kyu oppa? Sepertinya mereka benar-benar menikmati berada dalam satu kamar. Coba cubit tanganku, aku ingin tahu apakah ini kenyataan atau mimpi?”
Tiba-tiba aku merasakan ada yang menjewer kupingku dari arah belakang. “Yaaa…baby, anak kecil dilarang berkeliaran malam-malam. Ayo cepat masuk kamar dan tidur!!!” Perintah Heechul.

Park Min Young’s 

Aku mendengar Hyukjae melangkah dengan sempoyongan di belakangku dan bergumam,“Lift-nya manaaa...”
Oh Tuhan... “Hyuk oppa, tidak ada lift di sini. Pakai tangga. Tangga. Di sini.”Aku menunjukkan tangga yang tepat berada di hadapanku.
“Ooooooh...tangga... kenapa tadi tangganya menghilang... dan muncul mendadaaak?” ia pun melangkah pelan-pelan di belakangku. “Ia seperti..Donghae, bukan? Menghilang...lalu muncul lagi.. seringnya begitu...”
“Oppa, kenapa bicara seperti itu?”
“Min-ah...bukankah Donghae suka menghilang..? Ah, mungkin kau tidak merasa begitu...karena Donghae sering menghilang bersamamu... aku heran, apa yang sering...kalian lakukan saat menghilang berdua? Kenapa... aku tidak bisa diajak?”

Ahn Rin Young’s

“Aahhh! Cho Kyuhyun! Berhenti menarik-narik hidungkuu!”
“Omo!” Kyuhyun terlihat shock. Ia langsung melepas kembali jarinya. “Ternyata kau bisa galak juga?” ia memandangku sambil menggeleng takjub. “Kalau begini kau cocok sekali jadi nyonya Cho..” Kemudian ia menyeringai jahil.