Selasa, 12 Maret 2013

Sexy Free and Single [CHAPTER 24]

Hwang Bin Young’s
Rabu Pagi waktu Seoul~ Dorm Suju lantai 12 

Sepanjang pagi ini aku tidak berhenti bersenandung dari mulai bangun tidur, mandi, bersiap-siap, dan melangkah keluar dari kamar Heechul. Aku berjalan menuju ruang tengah untuk menunggu kedatangan seseorang. Baru juga sampai ruang makan, orang yang kutunggu sudah datang. Ia sedang menikmati paginya dengan membaca koran ditemani segelas kopi.

"Good morning Siwon oppa!!!" Sapaku riang.           
"Good morning Lady." Siwon oppa membalas sapaanku sambil melipat koran yang dibacanya kemudian diletakkan di meja.

"Oppa sudah lama tiba di dorm? Dari jam berapa?" Aku menghampirinya dan memberikan pelukan singkat. Ini hanya bisa aku lakukan saat Heechul tidak ada, kebetulan ia sedang mandi. Kkkkkk.
"Belum lama kok, Bin-ah. Kira-kira baru 5 menit yang lalu aku di sini."

"Kyyyyaaaa...oppa, kamu membawakan pesananku ya? Thank you so much, oppa." Aku melompat kegirangan melihat bingkisan di meja.
"My pleasure, lady. Aku membaca sms mu saat bangun dan tidak sempat membalasnya karena buru-buru ke sini. Kamu belum tidur jam 3 pagi? Apa yang kamu lakukan sampai jam segitu? Malam ini kan kita akan menempuh perjalanan yang jauh. Seharusnya kamu istirahat yang cukup, Bin-ah." Siwon oppa terlihat khawatir saat menasehatiku.

"Aku sudah biasa begadang, oppa. Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Lihat ini!!!" Aku berjoget-jogetabsurd di depan Siwon oppa, untuk menunjukkan kalau aku dalam keadaan sehat.
"Tarianmu malah membuatku semakin khawatir, Bin-ah." Siwon oppa tidak sanggup menahan tawa saat melihat aksi-ku.

"Sekarang oppa percaya kan kalau aku baik-baik saja?” Aku mengedip-kedipkan mataku kepadanya. “Oiya, aku jadi lupa membuka bingkisan darimu." Aku membuka kotak yang dibawa Siwon oppa. "Mmm...waffle? Makanan kesukanmu, oppa? Kelihatannya waffle-waffle ini sangat lezat. Thank you oppa, sudah membaca sms ku dan membawakan kami sarapan. Pasti Teuki oppa sangat bahagia karena pagi ini ada yang membawakan sarapan untuknya. Sebaiknya aku menata meja makan terlebih dahulu. Karena Teuki oppa dan My Chul sepertinya akan segera bergabung dengan kita." Aku langsung sibuk di dapur menyiapkan peralatan makan.

"Butuh bantuan, lady?" Siwon oppa ini memang tahu caranya mengambil hati wanita.
"Tidak perlu, oppa. Aku bisa melakukannya sendiri kalau hanya menata peralatan makan. Kkkkkkk."


Peralatan makan sudah tertata dengan rapi di meja. Waffle-waffle itu juga terlihat cantik dan semakin menggiurkan setelah aku sajikan di piring. Aku sudah tidak sabar untuk melahapnya. Ketika aku dan siwon oppa sedang mamandangi menu sarapan pagi ini, Teuki oppa muncul. Ia berjalan menuju ke arah meja makan dengan kedua tangan dikaitkan kebelakang tubuhnya.

"Siwon-ah, kenapa kamu sudah ada di sini?" Teuki oppa sepertinya terkejut dengan kedatangan Siwon oppa.
"Hyung, kenapa kamu berkata begitu? Seharusnya kamu menyapaku, tapi kata-katamu tadi terdengar seakan-akan kamu tidak menyukai keberadaanku di dorm ini." Siwon oppa mulai menunjukkan sisi sensitifnya.
"Aniyaa...Siwonnie. Kamu jangan tersinggung. Aku hanya terkejut kamu sudah ada disini dari pagi. Padahal kita berangkat ke bandaranya baru nanti malam." Teuki oppa berusaha untuk menjelaskan maksud perkataanya sebelum Siwon oppa salah paham.

"Aku yang meminta Siwon oppa datang dari pagi. Supaya ada yang membawakan kita sarapan. Ayo Teuki oppa, kita sarapan." Aku bangun dari tempat duduk dan menarik tangan Teuki oppa, tiba-tiba...
"OMO...!!!!!" Aku dan Siwon oppa teriak bersamaan.
"Oppa, apa yang terjadi?"
"Hyung, apa yang terjadi?" Siwon oppa dan aku bertanya bersamaan.

Aku yakin, saat ini wajahku pasti sudah pucat. Melihat pergelangan tangan kiri Teuki oppa yang diperban, membuat jantungku berhenti berdetak. Dalam benakku, banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan. Kenapa ada perban di pergelangan tangannya? Apa yang terjadi? Kapan dan dimana ia mendapatkan luka itu? Apa yang dia lakukan? Siapa yang melukainya? Dan seberapa parah luka itu?

"Oppa...!!! Kamu terluka? Kapan kejadiannya? Kenapa tidak memberitahuku atau My Chul?" Tanyaku dengan suara sedikit serak.
"Hyung, jawab pertanyaan Bin, apa yang sebenarnya terjadi?" Siwon oppa terlihat sangat resah. Ia tidak berhenti mondar-mandir dan menunggu jawaban Teuki oppa.

"Oppa...Jangan bilang kalau kau mencoba untuk bunuh diri?" Aku merasa terkejut dengan pertanyaanku sendiri.
"Ooorrzzzz...hyung, itu tidak benar kan? Katakan pada kami, kalau kamu tidak berusaha untuk bunuh diri!!!"

Siwon oppa terdengar seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri. "Hyung, tidakkah kamu tahu? Bunuh diri adalah perbuatan yang dibenci Tuhan. Kamu tidak boleh melakukan apapun yang dilarang Tuhan." Siwon oppa benar-benar religius.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang!" Aku merangkul tangan kiri Teuki oppa, lalu menuntunnya dengan hati-hati menuju pintu dorm.

Sedetik kemudian, Siwon oppa menarik tangan kanan Teuki oppa. "Hyung, aku akan membawamu ke Gereja. Kamu harus segera bertobat dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Tindakanmu kali ini benar-benar di luar batas."

"Siwon oppa, aku setuju dengan pendapatmu. Tapi, tidak bisakah Teuki oppa dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum lukanya lebih parah? Dia butuh pertolongan segera, Siwon oppa." Kataku dengan suara memohon.

"Tuhan selalu mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang taat dan bertobat. Biarkan Teuki hyung mengakui dosanya dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Dengan begitu, Teuki hyung akan selalu berada dalam lindungan Tuhan." Siwon oppa mulai memberi siraman rohani.
"Sudah...sudah...aku tidak perlu dibawa ke rumah sakit ataupun ke Gereja. Lagipula, tanganku malah tambah
sakit kalau kalian terus-menerus menarikku dengan paksa." Teuki oppa akhirnya angkat bicara.

"Kenapa oppa melakukan itu? Kamu marah karena Hae oppa pergi tidak mengajakmu? Atau oppa marah dengan Min unnie? Atau marah dengan MinHae karena mereka liburan berdua ke LA tanpa dirimu?" Dalam situasi seperti ini, aku hanya bisa mengungkapkan apapun yang terlintas dibenakku. Aku tidak sanggup untuk berpikir jernih.

"Aku akan menelpon Rin." Kata Siwon oppa.
Disaat bersamaan aku mengatakan... "Aku akan menelpon Min U—" Belum sempat menyelesaikan kata-kataku, aku dan Siwon oppa langsung berpandangan. "Siwon oppa, kenapa kamu ingin menelpon Rin unnie?"

"Aku harus memberitahunya kalau Teuki hyung mencoba bunuh diri. Rin kan belajar psikologi, dia pasti tahu bagaimana caranya mengatasi masalah Teuki hyung." Siwon oppa sudah siap-siap menelpon Rin unnie, tetapi ia mengurungkan niatnya dan bertanya padaku. "Bin-ah, tadi kamu bilang mau menelpon Min? Kenapa Min?"
"Entahlah, mungkin dengan menelepon Min unnie, Teuki Oppa bisa merasa lebih baik." Tanpa menunggu tanggapan dari Teuki oppa, aku bersiap berlari menuju kamar Heechul untuk mengambil handphone.

"Siwon-ah...Bin-ah...aku tidak mengizinkan kalian menelepon Min dan Rin. Mereka sedang liburan, jangan mengganggu mereka!!! Aku baik-baik saja." Kata-kata Teuki oppa tidak membuatku mundur untuk mengambil handphone.

Saat berlari, aku malah menabrak Heechul yang sedang berjalan menuju ruang makan.
"Aaaiiissshhh...baby, aku kan sudah bilang berkali-kali, jangan suka lari-larian di dorm. Kamu ini, hobi sekali lari-larian dan loncat-loncatan. Coba sini aku lihat, ada yang sakit tidak?" Heechul membenarkan posisi berdiriku.

"Maaf baby, aku buru-buru ingin mengambil handphone." Suaraku semakin melemah.
"Wajahmu pucat. Waeyo? Kamu baik-baik saja? Kamu sakit, beb?" Heechul memeriksa suhu tubuhku.
"Aku baik... Tidak, aku sakit... Maksudku... Bukan aku yang sakit... Tapi..." Otak dan lidahku sedang tidak berfungsi dengan baik. Aku benar-benar panik dengan keadaan Teuki oppa.

"Eeeyyy...kamu ini bicara apa sih? Pegang tanganku dan lihat aku sekarang." Heechul menggenggam kedua tanganku dan membelai punggung telapak tanganku dengan ibu jarinya. "Sekarang, tarik nafas dan hembuskan perlahan. Lakukan beberapa kali sampai kamu tenang."

Aku mengikuti instruksi Heechul dan menganggukan kepala untuk memberi isyarat bahwa aku sudah cukup tenang.
"Sekarang katakan, apa yang terjadi." Heechul membelai rambutku
"Teuki oppa… dia mencoba untuk bunuh diri." Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
"MWO??? Dia sudah gila??? Aaaaiiiisssshhhh....!!!" Heechul menyeretku kembali ke ruang makan.

Aku berniat meloloskan diri dari genggaman Heechul karena ingin mengambil handphone dan menelepon Min unnie. Tetapi, aku tidak berani melakukannya. Aku harus mendampingi Heechul. Aku yakin, emosinya hampir meledak dan hanya aku yang bisa mengontrol dan meredam emosi Heechul.

"YAAA...Jungsoo, otakmu sudah pindah kedengkul?" Suara Heechul membuat Teuki oppa dan Siwon oppa terlonjak dari kursi masing-masing saat berada di meja makan. "Apa bunuh diri jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah?"

"Heechul hyung, sabar. Ayo duduk dulu!" Siwon oppa menggiring Heechul menuju kursi.
Heechul sempat menoleh ke arahku, lalu aku memberi isyarat kepadanya untuk menerima saran Siwon oppa. Kemudian aku menyusul untuk duduk disebelah Heechul. Kali ini, aku yang menggenggam tangan Heechul, menariknya ke pangkuanku dan membelainya untuk memberi ketenangan.

"Bin bilang, kamu mencoba bunuh diri. Jelaskan padaku!!" Heechul berusaha menahan emosi.
"Aku dan Bin juga sudah bertanya daritadi. Tapi, Teuki hyung belum menjelaskan apapun pada kami sampai saat ini." Siwon oppa mulai memperlihatkan kebiasaannya, berbicara sambil menggerakan tangannya. "Lihat Heechul hyung, dia melukai pergelangan tangannya!" Siwon oppa menunjukkan pergelangan tangan Teuki oppa yang diperban.

Ada jeda sesaat, aku dan Siwon oppa saling bertukar pandang. Sepertinya kami sama-sama takut dengan reaksi Heechul setelah melihat luka Teuki oppa. Mungkin sebentar lagi Heechul akan menjungkir balikan meja makan ini. Ooohhh...tidak, bagaimana kalau waffle-waffle yang menggiurkan itu hancur berantakan. Demi Dewa Neptunus, kenapa aku masih memikirkan nasib perutku di saat situasi seperti ini?

Di luar dugaan, Heechul tertawa terbahak-bahak. Sampai-sampai ia kehilangan keseimbangan dari tempat duduknya. Aku dan Siwon oppa untuk kesekian kalinya saling memandang. Aku yakin, baik Siwon oppa maupun aku sendiri tidak berpikir kalau Heechul akan bereaksi seperti itu.

Tanpa rasa berdosa, Heechul menarik pergelangan tangan Teuki oppa yang diperban dan menggenggamnya dengan cukup kuat. Aku menjerit dan spontan menutup mataku, karena entah bagaimana aku yang merasa kesakitan. Mulut Siwon oppa pun hanya bisa membentuk huruf O tanpa suara sedikitpun, pasti ia juga terkejut dengan kekejaman Heechul.

"Jadi ini yang dimaksud percobaan bunuh diri? Jungsoo, tindakanmu kali ini sungguh kenak-kanakan." Heechul berbicara sambil berusaha mengatur napas setelah lelah tertawa.
"Baby, lepaskan tangan Teuki oppa!!! Kamu bisa membuat lukanya semakin parah!!!" Aku menjerit-jerit karena sekujur tubuhku membayangkan rasa sakit yang diderita Teuki oppa.

"Ada apa sebenarnya? Heechul hyung, kenapa kamu malah tertawa?" Siwon oppa mulai terlihat frustasi. "Teuki hyung, bicaralah!!! Sepanjang kami meributkan tentang lukamu, tidak ada sepatah katapun darimu yang menjelaskan asal mula luka itu."

"Jungsoo, cepat jelaskan kepada mereka!!! Aku tahu kalau kamu suka bertindak aneh untuk mendapatkan perhatian dari semua orang. Aku tidak keberatan dengan kebiasanmu itu." Heechul mulai berbicara dengan nada serius. "Tetapi, ulahmu pagi ini membuat emosiku mendidih. Gara-gara kehebohan yang kamu lakukan, pacarku jadi panik dan wajahnya sangat pucat."

"Teuki oppa, aku sungguh khawatir. Katakan pada kami, apa yang terjadi padamu?" Untuk kesekian kalinya aku memohon kepada Teuki oppa untuk menjelaskan semuanya. "Siapa yang melukaimu?"
"Agdjkghjkugf..." Teuki oppa berbicara pelan sekali, aku tidak bisa mendengar apa yang ia katakan.

"Hyung, kamu bilang apa tadi?" Siwon oppa ternyata juga tidak mendengarnya. "Coba katakan sekali lagi?" Ia mendekatkan telinganya ke Teuki oppa.
"Agshdkfhjsagf..." Teuki oppa sepertinya berbicara bahasa alien.

"Jungsoo, jangan main-main!!! Dalam waktu satu menit, wajah Bin harus kembali normal. Lebih dari satu menit wajah pacarku masih pucat, aku akan..." Sebelum Heechul mengeluarkan ancaman yang menyeramkan, sebaiknya aku memotong pembicaraannya.

"Stop My Chul!!! Teuki oppa juga sedang berusaha menjelaskannya. Percayalah, aku baik-baik saja." Aku melingkarkan tanganku ke pinggang Heechul dan menyandarkan kepalaku dibahunya. Kemudian kembali menatap Teuki oppa. "Jadi, siapa yang melukaimu, oppa?"
"Nyamuk." Suaranya sudah bisa terdengar oleh kami yang berada di ruang makan. Tetapi, aku tidak yakin ia mengatakan yang sejujurnya.

"Mwo??? Teuki hyung, jangan bercanda." Siwon oppa dengan sekuat tenaga menarik bahu Teuki oppa supaya menghadapnya.
"Aku serius, Siwon-ah. Pelakunya adalah nyamuk-nyamuk nakal, suka sekali menggigit pergelangan tanganku." Teuki oppa menjelaskan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku terlalu shock. Saat mendengar penjelasan Teuki oppa, aku hanya bisa mempererat pelukanku di pinggang Heechul. Untung aku sudah memiliki pegangan, kalau tidak mungkin aku sudah jatuh dari kursi saking terkejutnya mendengar ungkapan Teuki oppa.

"Ooorrrzzzz...hyung...Kamu ini benar-benar...!!!" Siwon oppa bangkit dari kursinya. Berdiri dan menghentakan satu kakinya sambil mengusap wajahnya dengan frustrasi.

Sekarang aku mengerti yang dimaksud Heechul dengan kebiasaan Teuki oppa. Aku beritahu ya, Teuki oppa itu adalah orang yang selalu butuh dan ingin diperhatikan semua orang. Ada saja kelakuannya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Kalian akan sering menemukan plester di bagian tubuh Teuki oppa. Tujuannya untuk menarik simpati orang lain. Ia akan sangat bahagia sekali apabila ada yang bertanya tentang lukanya itu. Namun, Teuki oppa tidak pernah mau menjelaskan asal mula luka itu. Ia akan berakting kalau itu adalah luka yang serius, tetapi Teuki oppa akan mengatakan pada orang-orang bahwa ia baik-baik saja dengan ekspresi-seperti-orang-menahan-rasa-sakit.

Aku tahu kalau Teuki oppa sering melakukan tindakan kenak-kanakan ini. Biasanya ia hanya menggunakan plester sebagai properti. Kali ini Teuki oppa menggunakan perban dipergelangan tangannya, tentu saja aku berpikir kalau ini luka serius. Kalau Siwon oppa menjadi bintang tamu di Strong Heart suatu saat nanti, aku jamin pasti ia akan menceritakan tentang kehebohan yang dibuat Teuki oppa pagi ini.

"Oppa, apa kamu akan memakai perban itu sampai tiba di Athena nanti?" Aku menggodanya untuk mencairkan suasana.
"Aku sedang mempertimbangkannya, Bin-ah." Teuki oppa masih memasang ekspresi-menahan-sakit.
"Yaaa...Jungsoo, hentikan aktingmu!! Itu kan cuma digigit nyamuk. Pasti sudah tidak ada bekasnya kan? Sini, aku buka perbanmu." Heechul menarik tangan Teuki oppa dan melepas perbannya.

"Aaakkhh...Heenim, kamu merusak kesenanganku." Kali ini Teuki oppa berakting sedih.
"Aaaiiissshhh...Teuki hyung, kalau kamu memakai perban itu sampai di Athena nanti, itu akan merusak liburan kami semua." Siwon oppa kembali duduk disebelah Teuki oppa. "Sepertinya saat ini, aku benar-benar butuh menelpon Rin untuk menangkan diriku sendiri. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa diajak berpikir jernih."

"Semalam aku menelpon Min." Ujar Teuki oppa tiba-tiba.
"Mwo? Oppa telepon Min unnie? Apa yang kalian bicarakan?" Aku tidak sanggup menahan cekikikan.
"Eeee...itu...sebenarnya..." Teuki oppa salah tingkah.
"Ikh...oppa, jangan gugup begitu ah. Kan jadi hilang ketampananya." Dengan posisi masih duduk disamping Heechul dan memeluk pinggangnya, aku membungkam mulutku dibahu Heechul, sebelum cekikikanku tidak terkontrol.

"Bukan begitu, Bin-ah. Semalam aku telepon Donghae, lalu sempat berbicara dengan Min juga." Rona pipi Teuki oppa mulai memerah.
“Hyung, kenapa wajahmu jadi merah begitu?” Siwon oppa bertanya pada Teuki oppa dengan polosnya.

"Jadi, perban itu ingin ditunjukan ke Min unnie? Aku tidak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukan Min unnie terhadap nyamuk-nyamuk nakal yang telah membuat pergelangan tanganmu sampai diperban, oppa." Imajinasiku liar memikirkan Min unnie dengan brutal membantai komplotan nyamuk nakal yang telah menyakiti Teuki oppa.

"Tidak kok, aku tidak bermaksud menunjukan perban ini kepada siapapun." Teuki oppa semakin salah tingkah.
Baru juga aku ingin lanjut menggoda Teuki oppa, Heechul menginterupsi...
"Beb, kita kan harus pergi, kamu mengantar Heebum ke tempat penitipan, dan aku harus ke kantor. Ayo sarapan dan segera berangkat!!!" Aku menuruti perintah Heechul, kembali duduk tegak sambil menahan cekikikan.

"Aku juga sudah sangat lapar, hyung. Mari kita sarapan. Oohh...jangan lupa berdoa dulu sebelum makan." Dengan inisiatif sendiri, Siwon oppa memimpin doa.
“Selamat makan.” Ucap kami bersamaan.

Setelah selesai sarapan, aku dan Heechul berpamitan dan meninggalkan Teuki oppa dan Siwon oppa di dorm. Aku akan pergi ke Kitty Park untuk menitipkan Heebum selama pergi berlibur. Kalau aku merasa sedih karena berpisah dengan Heebum, sebaliknya ia terlihat bahagia saat tahu akan dititipkan di Kitty Park. Karena di sana, Heebum bisa menghirup udara segar dan bertemu dengan teman-teman baru. Sepertinya ada kucing perempuan yang disukai Heebum saat bermain di Kitty Park minggu lalu. Mungkin itu yang membuat Heebum jadi bersemangat ketika tahu ia akan dititipkan di Kity Park selama kami pergi liburan.

***

Ahn Rin Young’s
Rabu Malam waktu Athena – Kamar Hotel, Athena.

Aku berpamitan pada Eunhyuk dan Ryeowook sebelum menuju ke kamar. Kami baru saja pulang dari makan malam dengan menu seafood di daerah Pssiri, di lanjutkan dengan duduk-duduk sebentar di  sekitar Syntagma Square yang tidak jauh dari hotel.

“Tsk..Tsk..Tsk.. semakin lama semakin natural saja..” Kata Eunhyuk sesaat sebelum masuk ke kamarnya sendiri. Aku dan Kyuhyun serempak menoleh.
“Mwo?”
“Tentu saja kalian berdua. Apa lagi? Sekarang, kalian sudah bisa sekamar dengan sangat natural. Kyu, berterima kasihlah padaku..”  Cengirannya lebar sekali.

“Hyukjae.. Jangan mulai.” Sahut Kyu sambil mengangkat telunjuk, memberi peringatan. “Jangan dengar lagi Rin-ah, ayo masuk saja..” Lanjutnya sambil merangkul dan mengarahkanku ke dalam kamar.
“Tuh kaan, sudah ingin cepat-cepat. Tidak usah sok marah-marah Kyu, kami mengerti kok...” Ryeowook mulai terkekeh. Kyuhyun memutuskan untuk mengabaikan candaan itu dengan langsung menutup pintu kamar kami.

“Isshh.. benar-benar mereka itu! Kapan bisa berhenti usil?” Kata Kyuhyun sambil melepas jaket dan menjatuhkan diri di tempat tidur.
“Tidak usah marah,Kyu. Kau kan lebih sering mengusili mereka..” Aku mengingatkan.
“Ah~ benar juga..” Katanya sambil mencibir lucu. “Aaaaah aku lelaah...” Kyuhyun meregangkan ototnya di tempat tidur, lalu sibuk memijat-mijat leher, tangan dan kakinya. “Aduuuh... lelahnyaaa”

Aku menyipitkan mata, “Tidak perlu berlebihan begitu Kyu, bilang saja kalau ingin kupijat..” ia langsung berhenti bergerak dan nyengir.
“Hehehe... Ketahuan ya..”
Aku mengambil massage cream dari koper dan membawanya kembali ke tempat tidur  tepat disaat Kyuhyun membuka bajunya kemudian melemparnya—

—Membuka bajunya?????
Oh Tuhan,ini tidak terjadi lagi!!  Apa belum cukup ia membuatku shock dengan adegan topless-nya kemarin lusa?

Dengan tenang, ia duduk membelakangiku, seperti bersiap untuk kupijat. Aku berusaha mengalihkan pandangan ke tangannya, kakinya, rambutnya— apa saja selain punggungnya yang terbuka. Aku menarik napas, berusaha setenang mungkin berkata,
“Tangan atau... kakimu.. yang.. yang mau kupijat?” Oh, gagal. Aku belum tenang.

Ia menggeleng. “Punggung saja ya, leher sampai pinggangku pegal sekali,Rin-ah..”
Bagus. Ia topless dan memintaku untuk memijat punggungnya.

Ya ampun, aku bukannya berpikiran jorok— demi Tuhan, aku kan bukan Hyukjae!—Dari awal pun aku sudah bilang, aku shock karena Kyuhyun bisa dengan enteng memperlihatkan bagian tubuh yang tidak pernah ia ekspos di hadapan publik.  

Jadi, yasudah.. aku berusaha sebisanya untuk tetap tenang dan mulai memijat leher sampai pinggangnya. Ia suka sekali dipijat, aku hafal betul itu. Sekarang bahkan ia sudah mengubah posisi menjadi tengkurap di tempat tidur. Perlahan, rasa canggungku memudar, digantikan oleh kegembiraan karena melihat rasa lelahnya berangsur menghilang oleh pijatanku. Sebenarnya aku juga merasa sedikit bersalah karena membiarkannya ikut naik ke Pathernon kemarin. Aku, entah mengapa, selalu was-was jika melihatnya kelelahan. Seperti dihantui oleh kemungkinan kambuhnya penyakit pneumothorax yang dideritanya. Kalau sampai penyakit itu kambuh, apalagi karena kelalaianku, mungkin aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Aku terus memijatnya dan gerakan tanganku akan otomatis melembut setiap aku menyentuh beberapa bekas luka yang tertinggal akibat kecelakaan tahun 2007 lalu itu. Beberapa bekas goresan di sekitar punggung dan satu goresan panjang di bagian tulang rusuk. Semua bekas luka itu tampak sudah mulai memudar, namun masih tetap kontras dengan kulitnya yang putih. Aku sudah menyadari adanya bekas-bekas luka ini sejak ia membuka bajunya kemarin lusa di hadapanku, tapi pastilah waktu itu aku terlalushock untuk memperhatikan detailnya.
Mungkin memang benar, bekas-bekas luka inilah yang membuat Kyuhyun tidak pernah mau tampil topless di depan umum.

Ah, aku tiba-tiba merasa sangat tersentuh. Kyuhyun, si evil-maknae ini,telah melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya, dan mungkin tidak ada seorangpun yang bisa benar-benar mengerti perasaannya. Pada awal debutnya dulu, ia praktis ‘ditolak’ oleh Elf, dan lebih buruk lagi, para member SJ yang lain. Belum benar-benar selesai dengan masalah itu, sebuah kecelakaan kemudian terjadi dan nyaris merenggut nyawanya. Pernah terpikir olehku, pastilah tidak semua orang bisa melewati masa-masa sulit seperti itu. Rasanya aku ingin pergi ke masa-masa sulitnya; berada disisinya untuk mendukungnya, memberinya kekuatan.. meskipun mungkin saja aku tidak akan sanggup melihatnya terbaring koma di ruang ICU rumah sakit…

“Mmh.. hangat..”  Gumaman Kyuhyun seketika mengembalikan fokusku ke dunia nyata, sekaligus mencegah airmataku yang sesaat lalu mungkin saja akan menetes.
“Hmm? Hangat? Aku sudah memakai krim ini sejak dulu dan ini tidak hangat, Kyu..”
“Tanganmu. Aku membicarakan tanganmu. Rasanya nyaman sekali..” Ia mendesah puas. “Aku ingin selamanya seperti ini..” Mendengar ucapannya, aku langsung mengangkat tanganku dari punggungnya, berhenti memijat.

“Maksudmu, kau mau selamanya aku jadi tukang pijatmu, begitu??” Aku mencibir. “Awas ya kaaaau..” Aku menggelitik pinggangnya sampai ia berguling-guling dan memohon padaku untuk berhenti. Aku masih belum berhenti sampai akhirnya ia menangkap kedua pergelangan tanganku.
 “Aniyaa.. maksudku.. selamanya merasakan kehangatanmu—  ehm, tanganmu..” Ia menangkupkan kedua tanganku di pipinya. “Seperti ini...” Aku masih mencibir; sama sekali tidak tersinggung, hanya bercanda.

"Rin-aaah, jangan maraah..” ia menunjukkan puppy eyes yang menggemaskan. “Sini-sini, gantian aku yang memijatmu yaa... apa punggungmu pegal juga?” Dalam keadaannya yang sedikit panik karena mengira aku sedang merajuk, ia hampir saja melepaskan cardigan-ku saat berniat memijat punggungku.

“Kyu! Tidak, tidak perlu. Punggungku baik-baik saja.. tidak perlu melepas cardiganku..” Dengan sedikit shock, aku merapatkan kembali cardiganku. Tapi entah kenapa aku jadi ingin tersenyum melihat tingkah paniknya.
"Ah, mian..” ia menggaruk-garuk kepalanya. “Kalau begitu tangan saja ya? Ya? sini..” Ia langsung mengambil tanganku, menggulung lengan bajuku, lalu mulai memijatnya. Sekarang aku sudah benar-benar tersenyum padanya.

Beberapa saat kemudian, ketika kami sudah berbaring bersebelahan dan hanya setengah sadar karena mengantuk, Kyuhyun menggumamkan sesuatu tentang couple jacket  yang tempo hari ia belikan untukku di SPAO. Ia memintaku untuk memakainya besok disaat menjemput teman-teman kami di airport. Katanya, ia juga akan memakai jaket miliknya. Aku hanya mengangguk kemudian langsung tertidur diiringi rasa tidak sabar menyambut sahabat-sahabatku dan juga para member yang akan tiba esok pagi. Kami akan liburan bersama ke Pulau Santorini…

…salah satu destinasi wisata paling romantis di dunia...^^


~To Be Continued~

Preview Chapter 25

Ahn Rin Young's
“Katamu, aku Oppa favoritmu?” Ia cemberut.
“Memang… kau Oppa kesayanganku dari dulu, sekarang dan sampai kapanpun itu.. aku selalu berharap punya Oppa kandung sebijaksana dirimu, kau tahu itu kan?” Oh? Apakah aku berlebihan?
“Jadi.. aku masih Oppa kesayanganmu? benar? yang nomor satu?” Matanya menyelidik.

Hwang Bin Young's
OMG!!! Aku melupakan sesuatu, bisa-bisanya aku menertawakan kecemburuan Hae oppa dan Kyu oppa. Bagaimana dengan pacarku? Daritadi aku tidak mendengar suaranya. Apa Heechul melihatku yang sedang bergelayut manja dengan Yesung oppa?

Park Min Young's
“Bagaimana denganmu, oppa? Kau mengalami kemajuan dengan Heebum?” godaku.
“Eyy~~ apanya yang mengalami kemajuan. Makhluk satu itu memang serupa dengan pemiliknya, sama-sama aneh dan tidak sejalan pikirannya denganku. Aku pusing melihat tingkahnya yang semena-mena.”
“Oppa, kalau kau memiliki pikiran yang sejalan dengan Heebum, maka sudah saatnya kau memeriksakan dirimu ke dokter.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar