Rabu, 08 Mei 2013

Sexy Free and Single [Chapter 31a]

Hwang Bin Young’s
Jumat Malam – Villa, Firostefani


Acara malam ini sukses, semuanya berjalan dengan meriah dan penuh suka cita. Berawal dari barbecue party, karaoke dan bermain card kissing. Semuanya benar-benar menyenangkan. Apalagi saat barbecue party, aku hanya tinggal makan. Nom…nom…nom…itu menambah kelezatan dan kenikmatan saat santap malam tadi. Tidak perlu dijelaskan kan kenapa aku tidak membantu tim BBQ yang terdiri dari Kangin appa, Hyuk oppa dan Wookie oppa? Karena kalau aku bergabung dengan mereka, tidak akan pernah ada barbecue party melainkan fireworks party yang berasal dari panggangan.

Hiburan yang membuatku tertawa terpingkal-pingkal yaitu saat karaoke. Kalau Min unnie dan Kyu oppa tidak berhenti menertawakan Yesung oppa yang dianggap bernyanyi dengan bahasa alien, aku malah tertawa karena mendengar Min unnie bernyanyi.

Tidak, aku tidak akan berani mendeskripsikan tentang suaranya, tetapi siapapun yang mendengarnya dan melihat ekspresinya yang penuh penghayatan saat bernyanyi, itu kolaborasi yang sungguh menghibur. Hae oppa saja langsung tercengang saat mendengar dan melihat pacarnya menyanyi. Kalian harus lihat ekspresi Hae oppa yang ‘mong’ ditambah kunciran di atas rambutnya, ia benar-benar tampak seperti anak hilang.

Permainan card kissing adalah puncak acara malam ini. Kalau saja kalian tahu, dari awal tercetusnya permainan ini saja sudah terjadi keributan. Semua member dengan semangat ingin mengikuti permainan ini. Tetapi aku kasihan dengan KyuRin couple, mereka terlihat pucat saat dipaksa untuk mengikuti permainan card kissing.

Walaupun di dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku kegirangan setengah mati karena bisa melihat adegan mesra KyuRin secara live. Rasanya aku ingin jadi juri saja supaya bisa merekam KyuRin’s moment. Tapi sayang, karena setelah permainan dimulai aku terlalu sibuk mengambil kartu dari mangkuk lalu memindahkannya ke Heechul, dan tidak punya waktu untuk melihat keadaan yang lain. Hufht.

“Biiiinnnn…chukkaeee!!! Tim mu berhasil memenangkan permainan card kissing.” Minnie oppa menggenggam tanganku lalu melompat-lompat kegirangan.

“Gomawo oppaaa!!!” Aku pun terbawa suasana bahagia dan mengikuti gerakan Minnie oppa. “Kau tahu, yang paling berjasa di tim-ku adalah Kyu oppa dan Rin unnie.” Aku melirik ke KyuRin couple yang berdiri tidak jauh dariku dan Minnie oppa berada. “Lain kali kalau kalian mengadakan permainan card kissing, aku akan langsung merekrut mereka untuk menjadi tim ku.” Aku cekikikan bersama Minnie oppa.

“Aaaiisshh…Bin-ah, kau ini…!!!” Aah…ternyata Kyu oppa mendengar ucapanku.
“Kyu, sudahlah. Sebaiknya kita ke kamar dan beristirahat.” Rin unnie sepertinya kelihatan sangat lelah. Bagaimana tidak lelah? Sejak liburan di Yunani dimulai, ia terus di bully oleh para member, Min unnie dan sekarang aku juga bersekutu dengan mereka. Kkk~

“Ciiiieeee…Rin unnie ingin cepat-cepat masuk kamar!!! Minnie oppa, kamu dengar kan apa yang Rin unnie katakan pada Kyu oppa? Sepertinya mereka benar-benar menikmati berada dalam satu kamar. Coba cubit tanganku, aku ingin tahu apakah ini kenyataan atau mimpi?”

Tiba-tiba aku merasakan ada yang menjewer kupingku dari arah belakang. “Yaaa…baby, anak kecil dilarang berkeliaran malam-malam. Ayo cepat masuk kamar dan tidur.” Perintah Heechul.
Aku berbalik dan menghadap pacarku dengan memasang muka cemberut. “Aaaahhhh…baby, kamu mengganggu kesenanganku.”

“Besok kan bisa dilanjutkan lagi mengganggu KyuRin.” Kata Heechul dengan santainya.
“Eeeyyy…hyung, aku pikir kau akan membela kami. Ternyata sama saja dengan yang lain.” Kyu oppa mendengus kesal.

“Oohhh…my dongsaeng, aku terlahir bukan untuk menjadi malaikat. Aku tercipta untuk menjadi evil senior. Jangan lupakan itu ya!!!” Heechul menepuk-nepuk bahu Kyuhyun oppa, lalu menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.

Sebagai maknae yang baik, aku harus berpamitan terlebih dahulu kepada mereka semua. “Selamat malam Minnie oppa, sampai berjumpa besok pagi.” Kataku sambil melambaikan tangan ke Minnie oopa. “Selamat malam juga KyuRin couple, semoga cepat dikaruniai anak-anak yang lucu seperti aku. Kkk~” Aku langsung menarik tangan Heechul dan berlari menjauhi KyuRin couple yang kini merona karena ucapanku tadi.

***

Park Min Young’s

Waktu sudah menunjukkan dini hari dan sebagian besar member sudah menghilang di balik pintu kamar masing-masing. Di ruang tengah hanya ada aku, Donghae, Hyukjae dan Kangin, hanya saja dua nama terakhir telah tepar di sofa. Aku pun sudah merasa sangat lelah dan mengajak Donghae untuk segera beristirahat ke kamar kami. Sebelum beranjak, aku berusaha membangunkan kedua oppa ini supaya mereka kembali ke kamarnya masing-masing.

“Appa, kembali lah ke kamarmu. Istirahat di kamar lebih nyaman daripada disini.” Sahutku sambil menggoyang pundak Kangin Appa. Ia membuka matanya perlahan dan menggumam tidak jelas lalu bangkit sambil perlahan-lahan berjalan menuju kamarnya dengan berpegangan pada kursi, tembok, pembatas tangga. Aku menghembuskan napas, lalu beralih pada Hyukjae. “Hyuk oppa, kembali ke kamarmu sana, jangan tidur di sini. Yaaa, Hyukjae!”

Tanpa disangka-sangka, Hyukjae mendadak duduk tegak dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia lalu mendongakkan kepala dan memandangku dan Donghae bergantian dengan tatapan bingung.

“Kembalilah ke kamarmu.” Ulangku di depannya, kalau-kalau ia tidak mendengarku sebelumnya.
“....Kamar.... baiklaaaah...” ia lalu berusaha berdiri agak sempoyongan namun akhirnya ia mampu berdiri saat Donghae memegangi sikunya. “Donghae-yaaah... sedang apa kau disini?”
“Kau terlalu banyak minum, paboo!” Donghae terkekeh geli menjawabnya. Kondisi Donghae memang tidak separah Hyukjae.

“Kau tidak perlu khawatir... aku...bisa.... berdiri sendiri... ber...diri... sendiriiii...”
“Hyuk oppa, apa kau mabuk?”
“...aniiieee... aku masih sadar kok...” ia lalu menunjukkan gummy-smile ke arahku. “Mmm, Min-ah? Sedang apaa...kau disini..?”

Aku mengerutkan kening, jelas-jelas ia tampak mabuk, tapi ia masih saja menyangkalnya. “Ya sudahlah. Kembalilah ke kamarmu, oppa. Kau bisa berjalan sendiri kan?”
“Tentu sajaaaaa.... aku bilang aku tidak mabuk... lihat, aku bisa berjalan sendiri...” Ia lalu mencoba melangkah hanya untuk terjerembab kembali ke atas sofa. “..aku hanya.... sedikit pusing... kenapa ya....”
“Karena kau mabuk.” Jawabku, tanpa diduga membuat Donghae tertawa dan langsung saja tawanya menular pada Hyukjae.

Aku memutar mata dan menarik Donghae gemas agar cepat-cepat ke kamar kami. Aku mendengar Hyukjae melangkah dengan susah payah di belakangku dan bergumam, “Lift-nya manaaa...”
Oh Tuhan... “Hyuk oppa, tidak ada lift di sini. Pakai tangga. Tangga. Di sini.” Aku menunjukkan tangga yang tepat berada di hadapanku.

“Ooooooh... tangga... kenapa tadi tangganya menghilang... dan muncul mendadaaak?” ia pun melangkah pelan-pelan dibelakangku. “Ia seperti..Donghae, bukan? Menghilang... lalu muncul lagi..seringnya begitu...”
“Oppa, kenapa bicara seperti itu?”
“Min-ah... bukankah Donghae suka menghilang..? Ah, mungkin kau tidak merasa begitu... karena Donghae sering menghilang bersamamu... aku heran, apa yang sering... kalian lakukan saat menghilang berdua? Kenapa... aku tidak bisa diajak?”

Pertanyaan yang tidak perlu kujawab. Meskipun ingin menjelaskan, kondisi Hyukjae saat ini tidak memungkinkannya untuk memahami penjelasanku. Tapi mesti kuakui, hatiku sedikit terenyuh mendengar pengakuan Hyukjae. Orang bilang, saat sedang mabuk biasanya sering berkata jujur. Aku jadi mengerti sekarang bahwa Hyukjae pasti merasa kesepian karena Donghae sangat sering menempel denganku belakangan ini, apalagi sejak kejadian Han Ji Sung tempo hari. Aku menengadah untuk melihat reaksi Donghae, dan tidak kaget saat menemukan ekspresi sendu Ikan Kecilku saat memandang sahabatnya itu.

“Hyukjae-ah, bagaimana aku bisa mengajakmu... saat aku dengan Min sedang—”
“Ssst, Hae baby, percuma kau jelaskan sekarang. Ia tidak akan mengerti kalau sedang mabuk. Ayolah, kita bisa menjelaskannya besok kalau kau mau."

Aku melanjutkan menaiki tangga tanpa melihat ke belakang lagi sambil mengaitkan lenganku pada lengan Donghae, takut ia akan sempoyongan suatu saat. Aku masih mendengar saat di belakangku Hykjae berseru gembira, “Waaah... rumah ini baguuuuus sekaliii! Ada tangganyaa...Min-aaaaah... Donghae-yaaaah... lihatlah tangga ini.... rasanya, aku ingin berfotoooo.. dengan kalian di bawah tangga.. aiissh, dimana sebenarnya kalian ini?” yang tidak ku gubris. Akhirnya kami berdua sampai di depan pintu kamar dan membuka pintunya, masuk dan membawa Donghae ke tempat tidur. Aku baru selesai membantu melepaskan sepatu Donghae saat kudengar pintu terbanting menutup dan suara langkah kaki yang terseret-seret mendekat ke arahku. Dengan ngeri aku berbalik dan,

“Hyuk oppa! Sedang apa kau di—”
Belum sempat kuselesaikan kalimatku, Hyukjae sudah roboh di tempat tidur di samping Donghae. Aku hanya mampu berdiri diam dan menganga, bertukar pandang dengan Donghae yang menatapku kosong.
“Hae, apa dia akan tidur di tempat tidur kita sampai pagi?” bisikku lemas.
Donghae terkekeh dan memberikan jawaban tidak yakin, “Tampaknya begitu.”

“Bagaimana aku akan tidur?” aku mengerang putus asa. Lalu merasakan kedua lengan Donghae melingkar di dadaku. Ia memelukku dari belakang sambil berbisik, “Tenang baby, aku akan menjagamu dari Hyukjae. Jadi, kita biarkan ia tidur di sini malam ini, ya? Sebaiknya kau mencuci muka dan menggosok gigimu terlebih dulu sekarang. Aku akan mengganti baju dan mengatur posisi tidur Hyukjae.”


Aku mengangguk dan berjalan ke kamar mandi, menyalakan kran air wastafel dan bersiap mencuci wajahku saat tiba-tiba Donghae menerobos masuk ke dalam kamar mandi.
“Baby, apa kau punya pakaian tidur lain selain koleksi lingerie seksi yang kau bawa?”
Untuk kedua kalinya aku merasa ngeri saat menggeleng menjawab pertanyaannya. Donghae tampak berpikir sejenak, lalu, “Pakai jaketku saja ya?”

“Tapi kan panas sekali...”
“Pakai kaosku saja kalau begitu, bagaimana?”
“Baiklah...”

Donghae keluar dari kamar mandi dan muncul beberapa saat kemudian membawa salah satu kaosnya. Aku menerimanya sambil melemparkan senyum penuh syukur, dan meniupkan ciuman untuknya. Ia tersenyum bahagia sambil keluar dari kamar mandi dan meninggalkanku sendiri untuk menjalani rutinitas sebelum tidurku. Beberapa saat kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kaos milik Donghae yang tampak seperti daster di tubuhku, bermaksud mengambil salah satu hotpants yang kubawa. Panjang kaosnya mencapai setengah pahaku, cukup untuk menutupi kakiku yang saat ini tidak memakai celana luaran apa-apa lagi.

Aku memang tidak membawa celana tidur, dan memakai celana Donghae pasti akan sangat kebesaran. Satu-satunya pilihan adalah memakai hotpants milikku. Tapi setelah mengambil satu dari beberapa hotpants yang kubawa, desahan frustasi keluar dari bibirku. Rupanya semua hotpants milikku bahannya dari jeans yang ketat dan tidak nyaman digunakan untuk tidur. Setelah berpikir sesaat, aku mengembalikan hotpants yang telah kuambil ke dalam lemari dan memutuskan untuk tidak perlu memakai celana luaran lagi. Toh ini sudah jauh lebih baik daripada aku harus memakai salah satu lingerie-ku saat ada Hyukjae di kamar kami. Mabuk atau tidak.

Di tempat tidur, tampak Donghae sudah menggeser posisi Hyukjae menjadi di sisi kiri tempat tidur, dan menyisakan banyak ruang bagiku dan Donghae. Donghae akan mengambil posisi ditengah, sudah jelas, sementara aku di sisi sebelah kanan tempat tidur.  Ini tidak akan nyaman, tapi apa boleh buat. Dasar ikan teri yang merepotkan. Aku menyuruh Donghae membersihkan diri, dan sementara menunggunya, aku mengecek pesan-pesan di ponselku. Kebanyakan dari Umma, Papa dan Ahra unnie. Semuanya menanyakan kabar kami di sini dan juga mengingatkan untuk tidak lupa membawa oleh-oleh.

Khusus pesan dari Papa, ia bilang bahwa ia sangat merindukanku dan berharap untuk segera bertemu denganku. Aku mengembuskan napas panjang. Pesan dari Papa mau tidak mau segera saja mengingatkanku tentang kepulanganku dan pertemuan dengan nenekku yang akan segera terjadi. Aku tidak bisa menghindarinya, aku tahu itu. Tapi aku menolak untuk memikirkannya lebih lanjut dan merusak liburan ini. Aku pun membalas mereka satu per satu, mengatakan aku tidak akan lupa membelikan keinginan mereka dan juga aku merindukan mereka semua.

Ketika akhirnya Donghae keluar dari kamar mandi, aku mematikan lampu dan menyisakan lampu tidur yang bersinar remang, kemudian merebahkan diri di kasur yang empuk. Badanku sudah tidak kuat lagi menahan rasa lelah, dan akhirnya jatuh tertidur dengan Donghae memelukku dari belakang, menjagaku. “Good night baby..” gumamnya lembut di telingaku.

***

Ahn Rin Young’s


Aku dan Kyuhyun merebahkan tubuh di ranjang dalam gerakan yang hampir bersamaan. Kami lelah—sudah pasti—tapi gembira. Pesta barbecue tadi berjalan sangat menyenangkan. Kami puas bernyanyi, bermain, tertawa, bahkan beberapa member sampai agak mabuk karena terlalu banyak minum. Yang jelas, pestanya berjalan luar biasa menghibur meskipun aku dan Kyuhyun butuh waktu yang cukup lama untuk pulih dari kecanggungan kami akibat card kissing game tadi.


“Aaah~ hari ini indah sekalii~” Kyuhyun tiba-tiba mendesah bahagia sambil memeluk bantalnya. Aku menoleh padanya sambil menautkan alis.
“Kau mabuk ya?”
“Aku? Aku mabuk? Seorang Cho Kyuhyun kau bilang mabuk? Rin-ah, kupikir kau sudah tahu kalau aku peminum paling hebat di Super Junior. Mana mungkin aku mabuk?” Jawabnya dengan angkuh.

“Ah~” Aku mengangguk mengerti. “Kalau begitu, karena kau tidak mabuk.. kau saja duluan yang membersihkan diri”
“Apa hubungannya ‘tidak mabuk’ dan ‘membersihkan diri duluan’?” Kyuhyun menatapku penuh tanda tanya.
“Mmmm..Tidak ada sih..” Aku mengakhiri kalimatku dengan gelakan tawa.

“Eyy, sekarang malah kau yang seperti orang mabuk, padahal kau sama sekali tidak minum alkohol..” Ia lalu menarik pucuk hidungku.
“Aahhh! Cho Kyuhyun! Berhenti menarik-narik hidungkuu!”

“Omo!” Kyuhyun terlihat shock. Ia langsung melepas kembali jarinya. “Ternyata kau bisa galak juga?” ia memandangku sambil menggeleng takjub. “Kalau begini kau cocok sekali jadi nyonya Cho..” Kemudian ia menyeringai jahil.
“Kyu, berhenti bicara yang tidak-tidak dan pergilah ke kamar mandi sekarang! Karena kalau aku duluan, kau pasti akan tertidur nanti” Mendengar ucapanku, Kyuhyun menghapus seringai di wajahnya lalu menggeleng malas.

“Kau saja dulu ah.. Aku akan menunggumu sambil nonton tv” Ia lalu mengambil remote dan mengganti-ganti channel. Aku menatapnya penuh selidik. Sudah  pasti, itu hanya alasannya saja. Ia pasti malas melakukan apa-apa dan ingin segera tidur. Aku bangkit dan duduk dipinggir ranjang. Baru saja aku akan menjawab, Kyuhyun yang sedang fokus dengan televisi tiba-tiba terkesiap,

“Romeo and Juliet!!! Rin-ah ayo nonton dulu!” Kyuhyun lantas menarik tanganku lagi, membuat aku kembali berbaring disampingnya dan kali ini aku tidak bisa—atau lebih tepatnya, tidak ingin menolak walaupun aku tidak mengerti mengapa film ini diputar di pagi-pagi buta seperti ini. Romeo and Juliet memang merupakan film favorit kami berdua. Meskipun sudah berulang kali menonton, kurasa kami tidak akan pernah bosan. Filmnya sudah setengah jalan—hanya butuh waktu sekitar 50 menit lagi sampai filmnya berakhir. Dan.. ajaib memang, betapapun kami sudah mengantuk, kami bisa tetap terjaga untuk menyaksikan film itu sampai selesai.

“Cha! Waktunya bersih-bersih!” Kataku setelah filmnya usai. Aku menepuk-nepuk pipi Kyuhyun dengan ringan tapi Ia malah cemberut.
“Kau saja duluaan..” ia menarik selimut menutupi wajahnya. Aku mengembuskan napas frustasi.
“Ya sudah aku akan cepat-cepat” Aku bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi, lalu menoleh lagi dan menatap Kyu dengan tatapan memperingatkan,  “Jangan tidur, Kyu!"

“Cuma tidur-tiduran..” Jawabnya dari balik selimut.
Beberapa menit kemudian, aku melangkah keluar kamar mandi dan mendapati Kyuhyun sudah tertidur. Sudah kuduga. Aku menghampiri dan mengelus lengannya untuk membangunkannya.

“Kyu…hey.. kau harus bersih-bersih dan ganti baju dulu..”
“Ngggh…” ia mengerang.
“Kajja, sebentar saja. Hanya bersihkan muka dan ganti baju..” Aku lalu menarik pelan kedua lengannya agar ia bangkit; mengubah posisinya menjadi duduk. Matanya hanya terbuka setengah. Karena tidak ada tanda-tanda ia akan berdiri, aku terpaksa menariknya lagi, bahkan memapahnya menuju kamar mandi. Saat ini Kyuhyun persis seperti anak kecil yang malas dibangunkan untuk pergi sekolah.

Sesampainya di kamar mandi, aku membantunya mencuci tangan dan kaki, membersihkan wajah, bahkan sikat gigi. Agak repot memang, tapi aku sama sekali tidak keberatan. Melihat tingkahnya yang kadang seperti anak kecil membuatku sangat terhibur.

Setelah semuanya selesai, aku kembali memapahnya menuju kamar. Tapi sebelumnya, aku harus mengambilkan baju tidurnya di lemari yang terletak persis di seberang pintu kamar mandi. Kyuhyun bersandar sambil setengah tertidur pada dinding dibelakangku. Aku mengambilkan baju tidurnya dari dalam lemari dan ketika aku berbalik, Kyuhyun masih tetap pada posisinya, praktis tertidur sambil berdiri.

“Kyu, ini bajumu, ayo ganti dan segera tidur” Ia tidak bereaksi, malah merosot dari dinding tempatnya bersandar sampai terduduk di lantai.
“Astaga Kyu, berdirilah sebentar saja dan ganti bajumu..” Aku mencoba menariknya dengan sedikit kepayahan hanya untuk membuatnya kembali berdiri.

“Kyu..ba-nguuunnn..hhhhh” Aku menarik tubuhnya yang—bagiku—cukup berat dengan sepenuh jiwa raga. Kalau setiap hari seperti ini, mungkin aku tidak perlu lagi olah raga yang lain seumur hidup.

“Ngantuuuuuuk…” ia langsung merosot lagi ke lantai dan memeluk lututnya sambil terpejam. Ya ampun, menunggunya menganti baju sendiri hanya akan membuatku semakin kelelahan. Lalu.. haruskah aku yang menggantikan bajunya?

Sebuah suara di dalam hatiku berkata, ‘Hey Nona, kau sungguh tidak sopan. Memang kau itu siapanya? Dia itu laki-laki dewasa dan kau wanita dewasa. Siapa yang bisa menjamin tidak akan terjadi apa-apa?’ Lalu tiba-tiba, sebuah suara lain menyahut, ‘Buka saja bajunya, memang kenapa? Lagipula ia sudah pernah melakukannya dua kali dihadapanmu, Rin. Tidak akan ada masalah!’

***

Hwang Bin Young’s


Tidak butuh waktu lama untuk membuat pacarku tertidur dengan lelap. Kasihan, pasti ia kurang tidur semalam ditambah acara hari ini sangat padat. Sedangkan aku belum mengantuk sama sekali. Setelah membersihkan diri, Heechul langsung naik ke tempat tidur dan terlelap dalam waktu sekejap. Aku sudah berusaha untuk menyusul Heechul di alam mimpi, tapi sampai saat ini mataku masih terbuka lebar dan belum ingin tidur. Akhirnya aku menyibukkan diri dengan bermain game di ipod touch ku.

“Kruk…kruk…kruk…” Demi Dewa Neptunus, itu suara dalam perutku. “Ooohhh…cacing-cacing di perut, kenapa kalian produktif di saat sudah larut malam begini? Tadi kan kalian sudah makan banyak.” Gerutuku. “Baiklah, semoga saja ada makanan di koperku ya.”

Hmm…aku memang memiliki penyakit maag yang cukup akut. Perutku tidak boleh kosong lebih dari satu jam. Oleh sebab itu aku selalu sedia permen, biskuit atau cokelat di dalam tas ku. Semoga ada persediaan makanan di koper ku. Aku tidak membawa banyak makanan dari Korea. Karena makanan ringan kan dapat dibeli di sini.

“Oorrzz…makanan habis. Aku tidak punya cemilan. Bagaimana ini? Ahaa…mungkin di bawah masih ada makanan. Kalau begitu aku ke bawah saja berburu makanan. Let’s go!!!” Aku menghampiri Heechul yang sedang tertidur pulas, lalu berbicara dengan suara yang sangat pelan. “Baby, aku ke bawah dulu ya. Setelah aku selesai mengisi perut, aku akan segera kembali.” Aku berjalan mengendap-endap ke pintu supaya pacarku tidak terbangun.

Pencarianku selama beberapa menit belum membuahkan hasil. Aku tidak menemukan apapun yang layak untuk dimakan. Perutku sudah sangat sakit, kepalaku pusing dan dalam waktu singkat bisa dipastikan aku akan ambruk karena maag ku kambuh. Tadi sudah minum obat sebelum aku ke bawah, tapi itu hanya meringankan sakitnya. Aku tetap butuh makanan untuk menyembuhkannya.

Aku mendengar ada suara pintu terbuka dan bergegas mencari sumber suara. “Yesung oppa…”
“Bin…” Yesung oppa dengan susah payah membuka matanya untuk melihat ke arah ku. “Sedang apa kamu pagi-pagi buta begini di lantai bawah? Dimana Heechul hyung? ”Yeppa bersandar pada kusen pintu, sepertinya ia belum sadar sepenuhnya.

“My Chul ada di kamar sedang tidur. Aku lapar, oppa. Tetapi tidak ada makanan di sini. Persediaan makananku juga sudah habis. Apa Yeppa punya makanan?” Aku menunggu jawaban Yesung oppa dengan harap-harap cemas.
“Dikamarku ada makanan. Masuklah…!!!” Yesung oppa masuk ke kamarnya dan meninggalkan aku sendirian yang berdiri di depan pintu kamarnya yang kini sudah kembali tertutup.

OMG, apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku masuk, di dalam kamar ini kan ada tiga namja yang terdiri dari Yesung oopa, Minnie oppa, dan Wookie oppa. Aku tidak mungkin masuk ke kamar yang berisikan tiga namja kan? Walaupun mereka sudah seperti keluarga sendiri, tetap saja ini tidak benar. Tetapi kalau aku tidak masuk, bagaimana nasib perutku? Mengapa Yesung oppa tidak membawa makanannya keluar saja?

Tanganku menggenggam gagang pintu kamar Yesung oppa. Kemudian mendorongnya supaya aku bisa masuk ke dalam. Dalam hitungan detik, aku berubah pikiran. Aku menarik gagang pintunya lagi dan berniat untuk kembali ke kamarku saja. Tapi, saat aku mendengar suara perutku semakin melengking, aku langsung memutuskan untuk masuk dan menerima tawaran Yesung oppa.

“Aakkh…hyung. Apa yang kamu lakukan? Jangan tarik selimutku!!” Rengek Wookie oppa.
“Bangun Wook, Bin kelaparan. Apa kamu bisa membuatkan sesuatu untuknya?” Tanya Yesung oppa masih berusaha menarik selimut Wookie oppa.
“Bin, dimana dia sekarang?” Wookie oppa langsung terlonjak dari tidurnya. Wookie oppa ini benar-benar memiliki jiwa keibuan. Kalau mendengar ada member suju atau trio young kelaparan, ia akan segera bangun dari tidurnya.

“Aku disini, oppa. Mianhae, mengganggu tidurmu. Aku kelaparan. Apa oppa punya makanan?”
“Ne, aku memiliki berbagai macam ramyeon. Ya, aku tahu ramyeon bukan makanan sehat. Tetapi hanya ini yang bisa membantu kalau ada member atau trio young yang kelaparan di tengah malam seperti ini. Kamu mau dibuatkan ramyeon apa?” Wookie oppa mengambil satu kantung plastik yang berisi empat jenis ramyeon berbeda.



“Mmm..aku ingin makan yang mana ya? Masineun Ramyeon tidak mau, karena mengandung banyak sayuran. Jin Ramyeon…mmm…rasa kaldu daging sapi pada kuahnya sepertinya menggiurkan.” Aku mengelus leherku, berimajinasi sedang menikmati kuah Jin Ramyeon.

“Tapi ini yang pedas, bukannya kamu tidak suka makanan pedas, Bin?” Yesung oppa menarik bungkus Jin Ramyeon dari tanganku dan meletakannya disamping Masineun Ramyeon. “Sebaiknya kita eliminasi Jin Ramyeon. Makanan pedas tidak baik dikonsumsi saat perutmu kosong.”
“Aku setuju dengan Yesung hyung. Jadi kamu ingin aku buatkan ramyeon yang mana?” Tanya Wookie oppa yang masih sabar menunggu aku mengambil keputusan.

“Kimchi Sabalmyeon yang ada kimchi di dalam kemasannya ya, oppa? Tapi berhubung aku bukan penggila kimchi, jadi aku tidak akan makan yang ini.  Kyyyyaaa…Wookie oppa punya Jjapaghetti. Aku maaauuuuuu…” Jeritku kegirangan. Jjapaghetti adalah versi instant dari Jjajangmyeon yaitu mie saus kacang kedelai hitam. Jjajangmyeon adalah makanan korea favoritku.

“Sudah kuduga kamu akan memilih Jjapaghetti.” Komentar Minnie oppa dengan suara serak.
“Oohh?? Minnie oppa, kau terbangun? Pasti karena jeritanku ya? Mianhae oppa…”
“Anniyo Bin-ah, dari awal kalian membicarakan makanan, aku sudah mulai tersadar dan sepertinya aku juga kelaparan.”

“Baiklah, aku akan buatkan Jjapaghetti untukmu, Bin.” Wookie oppa bersiap keluar dari kamar.
“Wook, maukah kau membuatkan makanan untukku? Aku mau Jin Ramyeon ya, jebal…” Miinie oppa menunjukkan aegyo-nya.

“Choayo, Yesung hyung ingin dibuatkan makanan juga?” Yang dijawab dengan gelengan kepala.
“Wookie oppa, aku temani ya di dapur?” pintaku.
“Tidak perlu, Bin. Kamu tunggu saja di kamar. Kalau kamu menemaniku di dapur, takutnya…”

Aku memotong pembicaraan Wookie oppa, “ —Takutnya akan terjadi malapetaka besar yang dapat membunuh kita semua kalau aku menginjakkan kakiku di dapur. Begitukan oppa maksudnya? Yaah, aku memang tidak dapat diandalkan kalau berhubungan dengan memasak dan berada di dapur.”

“Bin, kamu jangan tersinggung. Bukan itu maksudnya. Aku hanya takut kalau suara kita berdua nanti bisa membangunkan orang-orang di villa ini. Kamu tahu kan kalau kita hanya berdua pasti akan sibuk bergosip dan mengomentari drama-drama korea?”

“Aaahh…arrasoyo Wookie oppa. Aku rasa kamu benar tentang hal itu. Baiklah, aku akan menunggu oppa di sini.”

~To Be Continued~

Preview Chapter 31b

Park Min Young's
“APA BIN ADA DI SINI??” itu suara Heechul, terdengar sangat kalut. “Min-ah, apa kau tahu dimana—APA YANG KAU LAKUKAN BERSAMA HYUKJAE DI ATAS TEMPAT TIDUR???”
Aku mengerutkan dahi tidak mengerti. “Heechul oppa, apa maksudmu, ini Dongha—” seketika aku langsung membeku dan melotot ketika kusadari bahwa Donghae tidak ada di sebelahku, dan hanya ada Hyukjae di ujung tempat tidur yang berjauhan denganku. “AAAAAAAAKKK!!”

Ahn Rin Young's
“KyuRin!!! Apa kalian meli— ” Heechul menganga.
“…”
“Ka.. kalian sedang.. a..pa..??? Aisshh!” Bukannya menunjukkan ekspresi kaget seperti tadi,sekarang ia malah terlihat kesal. “Kenapa semua orang— aissshhh!”
Aku dan Kyuhyun—yang kini sudah sepenuhnya terbangun— membeku ditempat; Tahu benar apa yang ada di dalam pikiran Heechul saat ini. Dengan posisi kami yang sedang berhadapan dalam jarak yang sangat dekat.. dan.. aku yang sedang melepas kausnya.. oh Tuhan, Heechul pasti salah paham!!


Hwang Bin Young's
“Baby..!!! Baby..!!! BABY…!!!” Dapat kupastikan itu teriakan Heechul.
Aku dan Minnie oppa tersedak dalam waktu bersamaan saat mendengar teriakan pacarku. Wookie oppa yang tadi sudah bangun dari sofa, dalam waktu sekejap terduduk lemas dan mengkerut disamping Yesung oppa. Oppadeul langsung menatap ke arahku, seakan-akan matanya memiliki pertanyaan yang sama: mengapa-Heechul-hyung-berteriak-teriak-dengan-suara-yang-sangat-lantang-menakutkan-berbahaya-dan-mematikan-??!


RCL Please~^^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar