Hwang Bin Young’s
Jumat Malam – Villa, Firostefani
Acara malam ini sukses, semuanya berjalan dengan meriah dan penuh suka cita. Berawal dari barbecue party, karaoke dan bermain card kissing.
Semuanya benar-benar menyenangkan. Apalagi saat barbecue party, aku
hanya tinggal makan. Nom…nom…nom…itu menambah kelezatan dan kenikmatan
saat santap malam tadi. Tidak perlu dijelaskan kan kenapa aku tidak
membantu tim BBQ yang terdiri dari Kangin appa, Hyuk oppa dan Wookie
oppa? Karena kalau aku bergabung dengan mereka, tidak akan pernah ada barbecue party melainkan fireworks party yang berasal dari panggangan.
Hiburan
yang membuatku tertawa terpingkal-pingkal yaitu saat karaoke. Kalau Min
unnie dan Kyu oppa tidak berhenti menertawakan Yesung oppa yang
dianggap bernyanyi dengan bahasa alien, aku malah tertawa karena
mendengar Min unnie bernyanyi.
Tidak,
aku tidak akan berani mendeskripsikan tentang suaranya, tetapi siapapun
yang mendengarnya dan melihat ekspresinya yang penuh penghayatan saat
bernyanyi, itu kolaborasi yang sungguh menghibur. Hae oppa saja langsung
tercengang saat mendengar dan melihat pacarnya menyanyi. Kalian harus
lihat ekspresi Hae oppa yang ‘mong’ ditambah kunciran di atas rambutnya, ia benar-benar tampak seperti anak hilang.
Permainan card kissing
adalah puncak acara malam ini. Kalau saja kalian tahu, dari awal
tercetusnya permainan ini saja sudah terjadi keributan. Semua member
dengan semangat ingin mengikuti permainan ini. Tetapi aku kasihan dengan
KyuRin couple, mereka terlihat pucat saat dipaksa untuk mengikuti permainan card kissing.
Walaupun di dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku kegirangan setengah mati karena bisa melihat adegan mesra KyuRin secara live. Rasanya aku ingin jadi juri saja supaya bisa merekam KyuRin’s moment.
Tapi sayang, karena setelah permainan dimulai aku terlalu sibuk
mengambil kartu dari mangkuk lalu memindahkannya ke Heechul, dan tidak
punya waktu untuk melihat keadaan yang lain. Hufht.
“Biiiinnnn…chukkaeee!!! Tim mu berhasil memenangkan permainan card kissing.” Minnie oppa menggenggam tanganku lalu melompat-lompat kegirangan.
“Gomawo
oppaaa!!!” Aku pun terbawa suasana bahagia dan mengikuti gerakan Minnie
oppa. “Kau tahu, yang paling berjasa di tim-ku adalah Kyu oppa dan Rin
unnie.” Aku melirik ke KyuRin couple yang berdiri tidak jauh dariku dan
Minnie oppa berada. “Lain kali kalau kalian mengadakan permainan card kissing, aku akan langsung merekrut mereka untuk menjadi tim ku.” Aku cekikikan bersama Minnie oppa.
“Aaaiisshh…Bin-ah, kau ini…!!!” Aah…ternyata Kyu oppa mendengar ucapanku.
“Kyu,
sudahlah. Sebaiknya kita ke kamar dan beristirahat.” Rin unnie
sepertinya kelihatan sangat lelah. Bagaimana tidak lelah? Sejak liburan
di Yunani dimulai, ia terus di bully oleh para member, Min unnie dan sekarang aku juga bersekutu dengan mereka. Kkk~
“Ciiiieeee…Rin
unnie ingin cepat-cepat masuk kamar!!! Minnie oppa, kamu dengar kan apa
yang Rin unnie katakan pada Kyu oppa? Sepertinya mereka benar-benar
menikmati berada dalam satu kamar. Coba cubit tanganku, aku ingin tahu
apakah ini kenyataan atau mimpi?”
Tiba-tiba aku
merasakan ada yang menjewer kupingku dari arah belakang. “Yaaa…baby,
anak kecil dilarang berkeliaran malam-malam. Ayo cepat masuk kamar dan
tidur.” Perintah Heechul.
Aku berbalik dan menghadap pacarku dengan memasang muka cemberut. “Aaaahhhh…baby, kamu mengganggu kesenanganku.”
“Besok kan bisa dilanjutkan lagi mengganggu KyuRin.” Kata Heechul dengan santainya.
“Eeeyyy…hyung, aku pikir kau akan membela kami. Ternyata sama saja dengan yang lain.” Kyu oppa mendengus kesal.
“Oohhh…my
dongsaeng, aku terlahir bukan untuk menjadi malaikat. Aku tercipta
untuk menjadi evil senior. Jangan lupakan itu ya!!!” Heechul
menepuk-nepuk bahu Kyuhyun oppa, lalu menarik tanganku untuk mengikuti
langkahnya.
Sebagai maknae yang baik, aku harus
berpamitan terlebih dahulu kepada mereka semua. “Selamat malam Minnie
oppa, sampai berjumpa besok pagi.” Kataku sambil melambaikan tangan ke
Minnie oopa. “Selamat malam juga KyuRin couple, semoga cepat
dikaruniai anak-anak yang lucu seperti aku. Kkk~” Aku langsung menarik
tangan Heechul dan berlari menjauhi KyuRin couple yang kini merona
karena ucapanku tadi.
***
Park Min Young’s
Waktu
sudah menunjukkan dini hari dan sebagian besar member sudah menghilang
di balik pintu kamar masing-masing. Di ruang tengah hanya ada aku,
Donghae, Hyukjae dan Kangin, hanya saja dua nama terakhir telah tepar di
sofa. Aku pun sudah merasa sangat lelah dan mengajak Donghae untuk
segera beristirahat ke kamar kami. Sebelum beranjak, aku berusaha
membangunkan kedua oppa ini supaya mereka kembali ke kamarnya
masing-masing.
“Appa, kembali lah ke kamarmu. Istirahat
di kamar lebih nyaman daripada disini.” Sahutku sambil menggoyang
pundak Kangin Appa. Ia membuka matanya perlahan dan menggumam tidak
jelas lalu bangkit sambil perlahan-lahan berjalan menuju kamarnya dengan
berpegangan pada kursi, tembok, pembatas tangga. Aku menghembuskan
napas, lalu beralih pada Hyukjae. “Hyuk oppa, kembali ke kamarmu sana,
jangan tidur di sini. Yaaa, Hyukjae!”
Tanpa
disangka-sangka, Hyukjae mendadak duduk tegak dan mengerjapkan matanya
beberapa kali. Ia lalu mendongakkan kepala dan memandangku dan Donghae
bergantian dengan tatapan bingung.
“Kembalilah ke kamarmu.” Ulangku di depannya, kalau-kalau ia tidak mendengarku sebelumnya.
“....Kamar....
baiklaaaah...” ia lalu berusaha berdiri agak sempoyongan namun akhirnya
ia mampu berdiri saat Donghae memegangi sikunya. “Donghae-yaaah...
sedang apa kau disini?”
“Kau terlalu banyak minum, paboo!” Donghae terkekeh geli menjawabnya. Kondisi Donghae memang tidak separah Hyukjae.
“Kau tidak perlu khawatir... aku...bisa.... berdiri sendiri... ber...diri... sendiriiii...”
“Hyuk oppa, apa kau mabuk?”
“...aniiieee... aku masih sadar kok...” ia lalu menunjukkan gummy-smile ke arahku. “Mmm, Min-ah? Sedang apaa...kau disini..?”
Aku
mengerutkan kening, jelas-jelas ia tampak mabuk, tapi ia masih saja
menyangkalnya. “Ya sudahlah. Kembalilah ke kamarmu, oppa. Kau bisa
berjalan sendiri kan?”
“Tentu sajaaaaa.... aku bilang aku tidak
mabuk... lihat, aku bisa berjalan sendiri...” Ia lalu mencoba melangkah
hanya untuk terjerembab kembali ke atas sofa. “..aku hanya.... sedikit
pusing... kenapa ya....”
“Karena kau mabuk.” Jawabku, tanpa diduga membuat Donghae tertawa dan langsung saja tawanya menular pada Hyukjae.
Aku
memutar mata dan menarik Donghae gemas agar cepat-cepat ke kamar kami.
Aku mendengar Hyukjae melangkah dengan susah payah di belakangku dan
bergumam, “Lift-nya manaaa...”
Oh Tuhan... “Hyuk oppa, tidak ada
lift di sini. Pakai tangga. Tangga. Di sini.” Aku menunjukkan tangga
yang tepat berada di hadapanku.
“Ooooooh... tangga...
kenapa tadi tangganya menghilang... dan muncul mendadaaak?” ia pun
melangkah pelan-pelan dibelakangku. “Ia seperti..Donghae, bukan?
Menghilang... lalu muncul lagi..seringnya begitu...”
“Oppa, kenapa bicara seperti itu?”
“Min-ah...
bukankah Donghae suka menghilang..? Ah, mungkin kau tidak merasa
begitu... karena Donghae sering menghilang bersamamu... aku heran, apa
yang sering... kalian lakukan saat menghilang berdua? Kenapa... aku
tidak bisa diajak?”
Pertanyaan yang tidak perlu
kujawab. Meskipun ingin menjelaskan, kondisi Hyukjae saat ini tidak
memungkinkannya untuk memahami penjelasanku. Tapi mesti kuakui, hatiku
sedikit terenyuh mendengar pengakuan Hyukjae. Orang bilang, saat sedang
mabuk biasanya sering berkata jujur. Aku jadi mengerti sekarang bahwa
Hyukjae pasti merasa kesepian karena Donghae sangat sering menempel
denganku belakangan ini, apalagi sejak kejadian Han Ji Sung tempo hari.
Aku menengadah untuk melihat reaksi Donghae, dan tidak kaget saat
menemukan ekspresi sendu Ikan Kecilku saat memandang sahabatnya itu.
“Hyukjae-ah, bagaimana aku bisa mengajakmu... saat aku dengan Min sedang—”
“Ssst,
Hae baby, percuma kau jelaskan sekarang. Ia tidak akan mengerti kalau
sedang mabuk. Ayolah, kita bisa menjelaskannya besok kalau kau mau."
Aku
melanjutkan menaiki tangga tanpa melihat ke belakang lagi sambil
mengaitkan lenganku pada lengan Donghae, takut ia akan sempoyongan suatu
saat. Aku masih mendengar saat di belakangku Hykjae berseru gembira,
“Waaah... rumah ini baguuuuus sekaliii! Ada tangganyaa...Min-aaaaah...
Donghae-yaaaah... lihatlah tangga ini.... rasanya, aku ingin
berfotoooo.. dengan kalian di bawah tangga.. aiissh, dimana sebenarnya
kalian ini?” yang tidak ku gubris. Akhirnya kami berdua sampai di depan
pintu kamar dan membuka pintunya, masuk dan membawa Donghae ke tempat
tidur. Aku baru selesai membantu melepaskan sepatu Donghae saat kudengar
pintu terbanting menutup dan suara langkah kaki yang terseret-seret
mendekat ke arahku. Dengan ngeri aku berbalik dan,
“Hyuk oppa! Sedang apa kau di—”
Belum
sempat kuselesaikan kalimatku, Hyukjae sudah roboh di tempat tidur di
samping Donghae. Aku hanya mampu berdiri diam dan menganga, bertukar
pandang dengan Donghae yang menatapku kosong.
“Hae, apa dia akan tidur di tempat tidur kita sampai pagi?” bisikku lemas.
Donghae terkekeh dan memberikan jawaban tidak yakin, “Tampaknya begitu.”
“Bagaimana
aku akan tidur?” aku mengerang putus asa. Lalu merasakan kedua lengan
Donghae melingkar di dadaku. Ia memelukku dari belakang sambil berbisik,
“Tenang baby, aku akan menjagamu dari Hyukjae. Jadi, kita biarkan ia
tidur di sini malam ini, ya? Sebaiknya kau mencuci muka dan menggosok
gigimu terlebih dulu sekarang. Aku akan mengganti baju dan mengatur
posisi tidur Hyukjae.”
Aku mengangguk dan berjalan ke kamar mandi, menyalakan kran air
wastafel dan bersiap mencuci wajahku saat tiba-tiba Donghae menerobos
masuk ke dalam kamar mandi.
“Baby, apa kau punya pakaian tidur lain selain koleksi lingerie seksi yang kau bawa?”
Untuk
kedua kalinya aku merasa ngeri saat menggeleng menjawab pertanyaannya.
Donghae tampak berpikir sejenak, lalu, “Pakai jaketku saja ya?”
“Tapi kan panas sekali...”
“Pakai kaosku saja kalau begitu, bagaimana?”
“Baiklah...”
Donghae
keluar dari kamar mandi dan muncul beberapa saat kemudian membawa salah
satu kaosnya. Aku menerimanya sambil melemparkan senyum penuh syukur,
dan meniupkan ciuman untuknya. Ia tersenyum bahagia sambil keluar dari
kamar mandi dan meninggalkanku sendiri untuk menjalani rutinitas sebelum
tidurku. Beberapa saat kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan
menggunakan kaos milik Donghae yang tampak seperti daster di tubuhku,
bermaksud mengambil salah satu hotpants yang kubawa. Panjang kaosnya
mencapai setengah pahaku, cukup untuk menutupi kakiku yang saat ini
tidak memakai celana luaran apa-apa lagi.
Aku
memang tidak membawa celana tidur, dan memakai celana Donghae pasti akan
sangat kebesaran. Satu-satunya pilihan adalah memakai hotpants milikku.
Tapi setelah mengambil satu dari beberapa hotpants yang kubawa, desahan
frustasi keluar dari bibirku. Rupanya semua hotpants milikku bahannya
dari jeans yang ketat dan tidak nyaman digunakan untuk tidur. Setelah
berpikir sesaat, aku mengembalikan hotpants yang telah kuambil ke dalam
lemari dan memutuskan untuk tidak perlu memakai celana luaran lagi. Toh
ini sudah jauh lebih baik daripada aku harus memakai salah satu
lingerie-ku saat ada Hyukjae di kamar kami. Mabuk atau tidak.
Di
tempat tidur, tampak Donghae sudah menggeser posisi Hyukjae menjadi di
sisi kiri tempat tidur, dan menyisakan banyak ruang bagiku dan Donghae.
Donghae akan mengambil posisi ditengah, sudah jelas, sementara aku di
sisi sebelah kanan tempat tidur. Ini tidak akan nyaman, tapi apa boleh
buat. Dasar ikan teri yang merepotkan. Aku menyuruh Donghae membersihkan
diri, dan sementara menunggunya, aku mengecek pesan-pesan di ponselku.
Kebanyakan dari Umma, Papa dan Ahra unnie. Semuanya menanyakan kabar
kami di sini dan juga mengingatkan untuk tidak lupa membawa oleh-oleh.
Khusus
pesan dari Papa, ia bilang bahwa ia sangat merindukanku dan berharap
untuk segera bertemu denganku. Aku mengembuskan napas panjang. Pesan
dari Papa mau tidak mau segera saja mengingatkanku tentang kepulanganku
dan pertemuan dengan nenekku yang akan segera terjadi. Aku tidak bisa
menghindarinya, aku tahu itu. Tapi aku menolak untuk memikirkannya lebih
lanjut dan merusak liburan ini. Aku pun membalas mereka satu per satu,
mengatakan aku tidak akan lupa membelikan keinginan mereka dan juga aku
merindukan mereka semua.
Ketika akhirnya Donghae keluar
dari kamar mandi, aku mematikan lampu dan menyisakan lampu tidur yang
bersinar remang, kemudian merebahkan diri di kasur yang empuk. Badanku
sudah tidak kuat lagi menahan rasa lelah, dan akhirnya jatuh tertidur
dengan Donghae memelukku dari belakang, menjagaku. “Good night baby..”
gumamnya lembut di telingaku.
***
Ahn Rin Young’s
Aku dan Kyuhyun merebahkan tubuh di ranjang dalam gerakan yang
hampir bersamaan. Kami lelah—sudah pasti—tapi gembira. Pesta barbecue
tadi berjalan sangat menyenangkan. Kami puas bernyanyi, bermain,
tertawa, bahkan beberapa member sampai agak mabuk karena terlalu banyak
minum. Yang jelas, pestanya berjalan luar biasa menghibur meskipun aku
dan Kyuhyun butuh waktu yang cukup lama untuk pulih dari kecanggungan
kami akibat card kissing game tadi.
“Aaah~ hari ini
indah sekalii~” Kyuhyun tiba-tiba mendesah bahagia sambil memeluk
bantalnya. Aku menoleh padanya sambil menautkan alis.
“Kau mabuk ya?”
“Aku?
Aku mabuk? Seorang Cho Kyuhyun kau bilang mabuk? Rin-ah, kupikir kau
sudah tahu kalau aku peminum paling hebat di Super Junior. Mana mungkin
aku mabuk?” Jawabnya dengan angkuh.
“Ah~” Aku mengangguk mengerti. “Kalau begitu, karena kau tidak mabuk.. kau saja duluan yang membersihkan diri”
“Apa hubungannya ‘tidak mabuk’ dan ‘membersihkan diri duluan’?” Kyuhyun menatapku penuh tanda tanya.
“Mmmm..Tidak ada sih..” Aku mengakhiri kalimatku dengan gelakan tawa.
“Eyy,
sekarang malah kau yang seperti orang mabuk, padahal kau sama sekali
tidak minum alkohol..” Ia lalu menarik pucuk hidungku.
“Aahhh! Cho Kyuhyun! Berhenti menarik-narik hidungkuu!”
“Omo!” Kyuhyun terlihat shock. Ia
langsung melepas kembali jarinya. “Ternyata kau bisa galak juga?” ia
memandangku sambil menggeleng takjub. “Kalau begini kau cocok sekali
jadi nyonya Cho..” Kemudian ia menyeringai jahil.
“Kyu,
berhenti bicara yang tidak-tidak dan pergilah ke kamar mandi sekarang!
Karena kalau aku duluan, kau pasti akan tertidur nanti” Mendengar
ucapanku, Kyuhyun menghapus seringai di wajahnya lalu menggeleng malas.
“Kau
saja dulu ah.. Aku akan menunggumu sambil nonton tv” Ia lalu mengambil
remote dan mengganti-ganti channel. Aku menatapnya penuh selidik. Sudah
pasti, itu hanya alasannya saja. Ia pasti malas melakukan apa-apa dan
ingin segera tidur. Aku bangkit dan duduk dipinggir ranjang. Baru saja
aku akan menjawab, Kyuhyun yang sedang fokus dengan televisi tiba-tiba
terkesiap,
“Romeo and Juliet!!! Rin-ah ayo
nonton dulu!” Kyuhyun lantas menarik tanganku lagi, membuat aku kembali
berbaring disampingnya dan kali ini aku tidak bisa—atau lebih tepatnya, tidak ingin
menolak walaupun aku tidak mengerti mengapa film ini diputar di
pagi-pagi buta seperti ini. Romeo and Juliet memang merupakan film
favorit kami berdua. Meskipun sudah berulang kali menonton, kurasa kami
tidak akan pernah bosan. Filmnya sudah setengah jalan—hanya butuh waktu
sekitar 50 menit lagi sampai filmnya berakhir. Dan.. ajaib memang,
betapapun kami sudah mengantuk, kami bisa tetap terjaga untuk
menyaksikan film itu sampai selesai.
“Cha! Waktunya bersih-bersih!” Kataku setelah filmnya usai. Aku menepuk-nepuk pipi Kyuhyun dengan ringan tapi Ia malah cemberut.
“Kau saja duluaan..” ia menarik selimut menutupi wajahnya. Aku mengembuskan napas frustasi.
“Ya
sudah aku akan cepat-cepat” Aku bangkit dan berjalan ke arah kamar
mandi, lalu menoleh lagi dan menatap Kyu dengan tatapan memperingatkan,
“Jangan tidur, Kyu!"
“Cuma tidur-tiduran..” Jawabnya dari balik selimut.
Beberapa menit kemudian, aku melangkah keluar kamar mandi dan mendapati Kyuhyun sudah tertidur. Sudah kuduga. Aku menghampiri dan mengelus lengannya untuk membangunkannya.
“Kyu…hey.. kau harus bersih-bersih dan ganti baju dulu..”
“Ngggh…” ia mengerang.
“Kajja,
sebentar saja. Hanya bersihkan muka dan ganti baju..” Aku lalu menarik
pelan kedua lengannya agar ia bangkit; mengubah posisinya menjadi duduk.
Matanya hanya terbuka setengah. Karena tidak ada tanda-tanda ia akan
berdiri, aku terpaksa menariknya lagi, bahkan memapahnya menuju kamar
mandi. Saat ini Kyuhyun persis seperti anak kecil yang malas dibangunkan
untuk pergi sekolah.
Sesampainya di kamar mandi, aku
membantunya mencuci tangan dan kaki, membersihkan wajah, bahkan sikat
gigi. Agak repot memang, tapi aku sama sekali tidak keberatan. Melihat
tingkahnya yang kadang seperti anak kecil membuatku sangat terhibur.
Setelah
semuanya selesai, aku kembali memapahnya menuju kamar. Tapi sebelumnya,
aku harus mengambilkan baju tidurnya di lemari yang terletak persis di
seberang pintu kamar mandi. Kyuhyun bersandar sambil setengah tertidur
pada dinding dibelakangku. Aku mengambilkan baju tidurnya dari dalam
lemari dan ketika aku berbalik, Kyuhyun masih tetap pada posisinya,
praktis tertidur sambil berdiri.
“Kyu, ini bajumu, ayo
ganti dan segera tidur” Ia tidak bereaksi, malah merosot dari dinding
tempatnya bersandar sampai terduduk di lantai.
“Astaga Kyu,
berdirilah sebentar saja dan ganti bajumu..” Aku mencoba menariknya
dengan sedikit kepayahan hanya untuk membuatnya kembali berdiri.
“Kyu..ba-nguuunnn..hhhhh”
Aku menarik tubuhnya yang—bagiku—cukup berat dengan sepenuh jiwa raga.
Kalau setiap hari seperti ini, mungkin aku tidak perlu lagi olah raga
yang lain seumur hidup.
“Ngantuuuuuuk…” ia langsung
merosot lagi ke lantai dan memeluk lututnya sambil terpejam. Ya ampun,
menunggunya menganti baju sendiri hanya akan membuatku semakin
kelelahan. Lalu.. haruskah aku yang menggantikan bajunya?
Sebuah suara di dalam hatiku berkata, ‘Hey
Nona, kau sungguh tidak sopan. Memang kau itu siapanya? Dia itu
laki-laki dewasa dan kau wanita dewasa. Siapa yang bisa menjamin tidak
akan terjadi apa-apa?’ Lalu tiba-tiba, sebuah suara lain menyahut, ‘Buka saja bajunya, memang kenapa? Lagipula ia sudah pernah melakukannya dua kali dihadapanmu, Rin. Tidak akan ada masalah!’
***
Hwang Bin Young’s
Tidak butuh waktu lama untuk membuat pacarku tertidur dengan
lelap. Kasihan, pasti ia kurang tidur semalam ditambah acara hari ini
sangat padat. Sedangkan aku belum mengantuk sama sekali. Setelah
membersihkan diri, Heechul langsung naik ke tempat tidur dan terlelap
dalam waktu sekejap. Aku sudah berusaha untuk menyusul Heechul di alam
mimpi, tapi sampai saat ini mataku masih terbuka lebar dan belum ingin
tidur. Akhirnya aku menyibukkan diri dengan bermain game di ipod touch
ku.
“Kruk…kruk…kruk…” Demi Dewa Neptunus, itu suara
dalam perutku. “Ooohhh…cacing-cacing di perut, kenapa kalian produktif
di saat sudah larut malam begini? Tadi kan kalian sudah makan banyak.”
Gerutuku. “Baiklah, semoga saja ada makanan di koperku ya.”
Hmm…aku
memang memiliki penyakit maag yang cukup akut. Perutku tidak boleh
kosong lebih dari satu jam. Oleh sebab itu aku selalu sedia permen,
biskuit atau cokelat di dalam tas ku. Semoga ada persediaan makanan di
koper ku. Aku tidak membawa banyak makanan dari Korea. Karena makanan
ringan kan dapat dibeli di sini.
“Oorrzz…makanan habis.
Aku tidak punya cemilan. Bagaimana ini? Ahaa…mungkin di bawah masih ada
makanan. Kalau begitu aku ke bawah saja berburu makanan. Let’s go!!!”
Aku menghampiri Heechul yang sedang tertidur pulas, lalu berbicara
dengan suara yang sangat pelan. “Baby, aku ke bawah dulu ya. Setelah aku
selesai mengisi perut, aku akan segera kembali.” Aku berjalan
mengendap-endap ke pintu supaya pacarku tidak terbangun.
Pencarianku
selama beberapa menit belum membuahkan hasil. Aku tidak menemukan
apapun yang layak untuk dimakan. Perutku sudah sangat sakit, kepalaku
pusing dan dalam waktu singkat bisa dipastikan aku akan ambruk karena
maag ku kambuh. Tadi sudah minum obat sebelum aku ke bawah, tapi itu
hanya meringankan sakitnya. Aku tetap butuh makanan untuk
menyembuhkannya.
Aku mendengar ada suara pintu terbuka dan bergegas mencari sumber suara. “Yesung oppa…”
“Bin…”
Yesung oppa dengan susah payah membuka matanya untuk melihat ke arah
ku. “Sedang apa kamu pagi-pagi buta begini di lantai bawah? Dimana
Heechul hyung? ”Yeppa bersandar pada kusen pintu, sepertinya ia belum
sadar sepenuhnya.
“My Chul ada di kamar sedang tidur.
Aku lapar, oppa. Tetapi tidak ada makanan di sini. Persediaan makananku
juga sudah habis. Apa Yeppa punya makanan?” Aku menunggu jawaban Yesung
oppa dengan harap-harap cemas.
“Dikamarku ada makanan.
Masuklah…!!!” Yesung oppa masuk ke kamarnya dan meninggalkan aku
sendirian yang berdiri di depan pintu kamarnya yang kini sudah kembali
tertutup.
OMG, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Kalau aku masuk, di dalam kamar ini kan ada tiga namja yang terdiri dari
Yesung oopa, Minnie oppa, dan Wookie oppa. Aku tidak mungkin masuk ke
kamar yang berisikan tiga namja kan? Walaupun mereka sudah seperti
keluarga sendiri, tetap saja ini tidak benar. Tetapi kalau aku tidak
masuk, bagaimana nasib perutku? Mengapa Yesung oppa tidak membawa
makanannya keluar saja?
Tanganku menggenggam gagang
pintu kamar Yesung oppa. Kemudian mendorongnya supaya aku bisa masuk ke
dalam. Dalam hitungan detik, aku berubah pikiran. Aku menarik gagang
pintunya lagi dan berniat untuk kembali ke kamarku saja. Tapi, saat aku
mendengar suara perutku semakin melengking, aku langsung memutuskan
untuk masuk dan menerima tawaran Yesung oppa.
“Aakkh…hyung. Apa yang kamu lakukan? Jangan tarik selimutku!!” Rengek Wookie oppa.
“Bangun
Wook, Bin kelaparan. Apa kamu bisa membuatkan sesuatu untuknya?” Tanya
Yesung oppa masih berusaha menarik selimut Wookie oppa.
“Bin,
dimana dia sekarang?” Wookie oppa langsung terlonjak dari tidurnya.
Wookie oppa ini benar-benar memiliki jiwa keibuan. Kalau mendengar ada
member suju atau trio young kelaparan, ia akan segera bangun dari
tidurnya.
“Aku disini, oppa. Mianhae, mengganggu tidurmu. Aku kelaparan. Apa oppa punya makanan?”
“Ne,
aku memiliki berbagai macam ramyeon. Ya, aku tahu ramyeon bukan makanan
sehat. Tetapi hanya ini yang bisa membantu kalau ada member atau trio
young yang kelaparan di tengah malam seperti ini. Kamu mau dibuatkan
ramyeon apa?” Wookie oppa mengambil satu kantung plastik yang berisi
empat jenis ramyeon berbeda.
“Mmm..aku ingin makan yang mana ya? Masineun Ramyeon tidak mau,
karena mengandung banyak sayuran. Jin Ramyeon…mmm…rasa kaldu daging
sapi pada kuahnya sepertinya menggiurkan.” Aku mengelus leherku,
berimajinasi sedang menikmati kuah Jin Ramyeon.
“Tapi
ini yang pedas, bukannya kamu tidak suka makanan pedas, Bin?” Yesung
oppa menarik bungkus Jin Ramyeon dari tanganku dan meletakannya
disamping Masineun Ramyeon. “Sebaiknya kita eliminasi Jin Ramyeon.
Makanan pedas tidak baik dikonsumsi saat perutmu kosong.”
“Aku
setuju dengan Yesung hyung. Jadi kamu ingin aku buatkan ramyeon yang
mana?” Tanya Wookie oppa yang masih sabar menunggu aku mengambil
keputusan.
“Kimchi Sabalmyeon yang ada kimchi di dalam
kemasannya ya, oppa? Tapi berhubung aku bukan penggila kimchi, jadi aku
tidak akan makan yang ini. Kyyyyaaa…Wookie oppa punya Jjapaghetti. Aku
maaauuuuuu…” Jeritku kegirangan. Jjapaghetti adalah versi instant dari
Jjajangmyeon yaitu mie saus kacang kedelai hitam. Jjajangmyeon adalah
makanan korea favoritku.
“Sudah kuduga kamu akan memilih Jjapaghetti.” Komentar Minnie oppa dengan suara serak.
“Oohh?? Minnie oppa, kau terbangun? Pasti karena jeritanku ya? Mianhae oppa…”
“Anniyo Bin-ah, dari awal kalian membicarakan makanan, aku sudah mulai tersadar dan sepertinya aku juga kelaparan.”
“Baiklah, aku akan buatkan Jjapaghetti untukmu, Bin.” Wookie oppa bersiap keluar dari kamar.
“Wook, maukah kau membuatkan makanan untukku? Aku mau Jin Ramyeon ya, jebal…” Miinie oppa menunjukkan aegyo-nya.
“Choayo, Yesung hyung ingin dibuatkan makanan juga?” Yang dijawab dengan gelengan kepala.
“Wookie oppa, aku temani ya di dapur?” pintaku.
“Tidak perlu, Bin. Kamu tunggu saja di kamar. Kalau kamu menemaniku di dapur, takutnya…”
Aku
memotong pembicaraan Wookie oppa, “ —Takutnya akan terjadi malapetaka
besar yang dapat membunuh kita semua kalau aku menginjakkan kakiku di
dapur. Begitukan oppa maksudnya? Yaah, aku memang tidak dapat diandalkan
kalau berhubungan dengan memasak dan berada di dapur.”
“Bin,
kamu jangan tersinggung. Bukan itu maksudnya. Aku hanya takut kalau
suara kita berdua nanti bisa membangunkan orang-orang di villa ini. Kamu
tahu kan kalau kita hanya berdua pasti akan sibuk bergosip dan
mengomentari drama-drama korea?”
“Aaahh…arrasoyo Wookie oppa. Aku rasa kamu benar tentang hal itu. Baiklah, aku akan menunggu oppa di sini.”
~To Be Continued~
Preview Chapter 31b
Park Min Young's
“APA
BIN ADA DI SINI??” itu suara Heechul, terdengar sangat kalut. “Min-ah,
apa kau tahu dimana—APA YANG KAU LAKUKAN BERSAMA HYUKJAE DI ATAS TEMPAT
TIDUR???”
Aku mengerutkan dahi tidak mengerti. “Heechul oppa,
apa maksudmu, ini Dongha—” seketika aku langsung membeku dan melotot
ketika kusadari bahwa Donghae tidak ada di sebelahku, dan hanya ada
Hyukjae di ujung tempat tidur yang berjauhan denganku. “AAAAAAAAKKK!!”
Ahn Rin Young's
“KyuRin!!! Apa kalian meli— ” Heechul menganga.
“…”
“Ka..
kalian sedang.. a..pa..??? Aisshh!” Bukannya menunjukkan ekspresi kaget
seperti tadi,sekarang ia malah terlihat kesal. “Kenapa semua orang—
aissshhh!”
Aku dan Kyuhyun—yang kini sudah sepenuhnya terbangun—
membeku ditempat; Tahu benar apa yang ada di dalam pikiran Heechul saat
ini. Dengan posisi kami yang sedang berhadapan dalam jarak yang sangat
dekat.. dan.. aku yang sedang melepas kausnya.. oh Tuhan, Heechul pasti
salah paham!!
Hwang Bin Young's
“Baby..!!! Baby..!!! BABY…!!!” Dapat kupastikan itu teriakan Heechul.
Aku
dan Minnie oppa tersedak dalam waktu bersamaan saat mendengar teriakan
pacarku. Wookie oppa yang tadi sudah bangun dari sofa, dalam waktu
sekejap terduduk lemas dan mengkerut disamping Yesung oppa. Oppadeul
langsung menatap ke arahku, seakan-akan matanya memiliki pertanyaan yang
sama: mengapa-Heechul-hyung-berteriak-teriak-dengan-suara-yang-sangat-lantang-menakutkan-berbahaya-dan-mematikan-??!
RCL Please~^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar