Jumat, 31 Mei 2013

Sexy Free and Single [Chapter 33]

Park Min Young's
Senin Malam – Flat Trio Young

Aku menikmati angin yang berembus di balkon, sambil menatap jari-jari tangan kananku yang kini terbalut perban dan mendesah panjang. Tadi siang Kyu sangat resah ketika ia bersama Bin dan Rin menemukanku di dalam ruang kelas yang telah kosong dengan jari-jari tangan yang bengkak. Saat akhirnya kuceritakan kejadian yang menimpaku pada mereka, Kyu menjadi lebih gusar lagi dan berniat membereskan masalahnya hari ini juga dengan Han Ji Sung.

Baik aku dan Rin langsung melarangnya, tidak ingin Kyu terlibat lebih jauh dalam masalah ini. Aku meyakinkan Kyu kalau kami pasti akan menemukan jalan keluar lain secepatnya dan Kyu pun setuju untuk segera membawa kami bertiga keluar kampus. Ia lalu mengantarku ke rumah sakit dulu untuk memeriksa jari-jariku. Aku tidak menolaknya karena saat itu rasa ngilu dan berdenyut-denyut di jariku sudah hampir membuatku menangis keras.

Saat ini sudah hampir jam sembilan malam dan aku belum menemukan jalan keluar apapun untuk masalah Ji Sung. Aku mendesah frustasi, memikirkan jalan keluar yang tidak juga berhasil kutemukan untuk menghadapi penggemar gila itu. Ya ampun, tidak bisakah aku mendapat penggemar yang normal saja? Yang mungkin sesekali mengirim bunga atau notes manis untukku. Oh tidak, aku malah mendapat laki-laki fanatik yang meneror dan mengancamku, mungkin juga memerasku, supaya aku bisa berkencan dengannya. Aku menggelengkan kepala dengan tidak sabar, ingin rasanya bisa melepaskan diri dari kehidupan tidak normal ini.

Terbersit dalam pikiranku, kalau saja aku punya pacar yang normal, yang tidak harus kusembunyikan identitasnya dari seluruh negeri... pasti tidak akan seperti ini jadinya. Pasti pacar normalku akan maju membelaku tanpa perlu dihalangi dan diingatkan oleh semua orang yang mengenalnya bahwa dengan melakukan itu ia akan merusak image-nya. Aku tersenyum ironi, itu tepatnya yang terjadi tadi sore, ketika Donghae mengetahui bahwa Ji Sung melancarkan gertakan lagi padaku dan berujung pada cederanya tanganku. Ia langsung bangkit, berniat menantang  Ji Sung saat itu juga. Tentu saja tindakannya ini segera ditahan oleh manajernya dan juga member Suju.

Aku hanya bisa berdiri diam seperti orang tolol, merasa tercabik antara ingin melarang Donghae mempertaruhkan kariernya, tapi di sisi lain juga merasa ingin dibela.

Ah! Aku cepat-cepat menghapus pikiran barusan. Aku tidak boleh memikirkan itu! Aku sangat bahagia dengan Donghae, dan kalau aku harus punya pacar normal yang bukan Donghae, sudah pasti aku tidak akan sebahagia ini. Aku mengangguk-anggukan kepala, mencoba meyakinkan diriku sendiri. Mendadak aku merindukan bocah manis itu, yang hingga saat ini belum kambali dari sesi olahraganya di gym, sayang aku tidak bisa menemaninya malam ini karena cedera. Ia akhirnya pergi dengan berat hati bersama Teukie tadi. Daripada semakin pusing, aku memutuskan untuk menambah asupan gula supaya mood-ku kembali ceria. Aku teringat banana cake yang kubuat tadi sore dan bergegas ke kulkas untuk segera menikmatinya.

Yup, banana cake ini sungguh aku yang membuatnya. Walaupun dengan sebelah tangan diperban, aku masih mampu membuat banana cake yang tampak cantik menggiurkan ini. Sepulangnya dari rumah sakit tadi, kupikir aku perlu menghibur diri dengan makanan manis, dan aku pun langsung menyiapkan bahan-bahan yang kubutuhkan. Oh, jangan heran kenapa aku bisa membuatnya. Banana cake ini sungguh mudah dibuat dan tidak melibatkan alat berbahaya seperti kompor ataupun oven. Hanya perlu disimpan di dalam lemari pendingin.

Bukannya mengambil sendok, aku malah mengambil ponselku dan mengambil foto banana cake kebanggaanku lalu memasangnya sebagai profile picture kontak iphone-ku. Tidak butuh waktu lama, beberapa temanku langsung bereaksi melihat hasil karyaku dan mengirimkan pesan bernada penasaran, termasuk juga Sungmin.

Kelihatannya sangat enak! ^^

Aku tersenyum dan segera membalas,

Kemari saja Oppa, kita nikmati bersama! Yumm~ ^^ 

Sedetik kemudian ia langsung membalas,

Segera meluncur ke ataaas~~

Nah, sebaiknya aku mencoba dulu rasanya dan memastikan tidak akan ada efek sakit perut sebelum nanti Sungmin yang mencobanya. Aku menyendok banana cake dengan tangan kiri dan membawanya ke mulutku. Sensasi dingin dan manis langsung menyebar di mulut, membuatku tersenyum bahagia. Rasanya enak!

Aku sedang menyuapkan banana cake beberapa sendok lagi ke mulutku dan merasakan moodku bertambah riang seiring asupan gulaku, saat Sungmin masuk ke ruang tengah flat Trio Young.

Ia berdiri dan menatapku dan kue di meja secara bergantian. “Kau bermaksud menghabiskannya sendiri? Kalau begitu kenapa kau mengajakku kemari?” katanya sambil cemberut. Oh sungguh menggemaskan oppa yang satu ini.
“Anieeyaaa oppa. Aku hanya mencicipinya sedikit saja, dan rasanya ternyata benar-benar enak. Ini namanya banana cake. Kemari lah oppa.” Aku menunjuk kursi di sampingku. Ia pun berjalan mendekat dengan senyum manis mengembang di bibirnya.
“Benarkah kau yang membuatnya?”

Aku mengangguk, menjawab pertanyaannya.
“Aku tidak akan sakit perut memakan ini?”
Aku menggeleng dan nyengir padanya.
“Baiklaaaaaah. Akan aku coba.” Ia mengambil sendok yang kupegang dan menyuapkan sesendok penuh banana cake di hadapannya. “Mmmmm...!! Ini sungguh enak!” ia memejamkan matanya sedemikian rupa hingga tampak menggemaskan. “Oke, kita harus menghabiskannya sekarang sebelum yang lain datang dan ikut mencicipinya.”

Aku mengangguk mengiyakan, dan bergantian menyendok banana cake yang terasa dingin dan meleleh di mulut ini dengan Sungmin. “Tidak heran kau bertambah gemuk, Ming oppa, kau rupanya tidak mau berbagi makanan enak dengan yang lain.” Aku mencubit pipinya, ia terkekeh.

“Ah seharusnya kita berfoto dulu. Ini kan kue terenak yang pernah kau buat.” Ia lalu mengambil ponselnya dan mengarahkannya pada kami berdua. “Akan aku pamerkan foto ini di grup chat khusus member. Mhuahahaha...”
Aku ikut terkikik melihatnya men-share foto tadi ke dalam grup chat. Pasti reaksinya akan heboh, mengingat aku tidak pernah berhasil membuat apapun yang layak dimakan. “Bagaimana kau membuatnya Min?” kudengar Sungmin bertanya padaku setelah selesai dengan ponselnya.

“Oppa, apa aku tidak salah dengar? Kau menanyakan resep padaku? Wah, kalau begitu besok aku mendaftarkan diri untuk ikut masterchef saja, bagaimana oppa?”
Giliran ia yang menjawil hidungku. “Kau ini, cepat bilang padaku. Lain kali aku akan membuatkannya untukmu.”

“Jinnja?? Ah oppa, ini kan sungguh mudah. Celupkan biskuit bundar ke dalam susu, lalu tumpuk dengan diselingi beberapa potong buah pisang dan strawberry di antara biskuitnya. Setelah beberapa tumpuk, oleskan krim manis di sekelilingnya, lalu simpan di dalam kulkas beberapa saat.”
“Luar biasa! Min sedang memberikan resep pada Sungmin oppa?”

Aku dan Sungmin serentak menoleh pada asal suara di sebelah kanan kami, tempat Rin baru keluar dari kamarnya sambil memandang kami dengan takjub. Di tangannya tergenggam iphone miliknya, yang mengindikasikan bahwa Rin juga sudah melihat foto terbaru tentang aku dan kueku.

“Mwo?? Siapa yang memberikan resep pada siapa? Aku pasti salah dengar kan, pasti bukan Min Unnie yang memberikan resep pada Minnie Oppa?” Di belakangku, aku menemukan Bin yang baru masuk dari pintu depan sedang membelalakkan mata bulatnya.

“Iiih Bin, kupikir kau sedang bersama Heechul oppa di sebelah?”
“Aku baru tiba, lalu mendengar Rin unnie berbicara tentang Min unnie yang memberikan resep kue pada Minnie oppa. Itu mustahil kan?” Ia lalu memandang penuh spekulatif padaku dan Sungmin. Tatapannya masih dibayangi perasaan shock. “Minnie oppa, apa kau baru saja memakan kue buatan Min unnie yang itu? Apa kau perlu obat sakit perut?

Akan kusiapkan segera, sebelum sakitnya mulai terasa. Oh! Rin unnie, untung kau juga ada disini, katakan padaku kau bisa membuatkan sup anti racun dalam waktu lima menit saja. Minnie oppa harus diselamatkan karena dia habis memakan kue buatan Min unnie!”

“Biiiiiiin!! Kau ini yaaa!!” aku berteriak padanya, yang disambut dengan tawa oleh Sungmin.
“Bin-ah, aku tidak apa-apa kok. Malah, kue buatan Min sungguh sangat enak.”
“Benarkah?!” tanya Bin dan Rin berbarengan, semakin takjub.
“Yaaaa!! Kalian tidak percaya? Tenang saja, aku tidak meracik bahan-bahannya sendiri. Yang kulakukan hanya memotong, menumpuk, dan mengoleskan krim. Tidak ada racun.”
“Ampun, ampun unnie. Habis kau aneh sekali, tiba-tiba sepulang kuliah kau langsung berkutat di dapur. Bagaimana aku tidak shock?”
“Dan unnie-mu membuat kue dengan sebelah tangan diperban. Hebat sekali bukan, Bin?” Sungmin terkekeh.

Rin menaikkan sebelah alisnya penuh penilaian padaku, sementara mataku memperhatikan Bin yang mengambil kursi di sebelah Sungmin. Rin mengikutinya dan duduk di seberang Bin di ujung meja. “Aku butuh makanan penghibur diri, Bin-ah. Makanya aku butuh sesuatu yang manis.”

Bin terdiam sesaat. “Kau masih memikirkan masalah Ji Sung ya unnie?”
Aku mengangguk. “Aku masih belum tahu harus bagaimana menyelesaikannya. Dia terus mengancam untuk menyebarkan bukti-bukti fotoku dan Kyu maupun Donghae.”

“Seandainya saja kita bisa balas...” Sungmin mengepalkan tangan kanannya dan menumbukkannya ke dalam telapak tangan kiri. Sore tadi seluruh member yang berada di dorm praktis sudah mengetahui kejadian yang menimpaku, terutama saat Donghae dengan ribut ingin langsung mencari keberadaan Ji Sung.

“Oppa, kau mau menghajarnya dengan ilmu bela dirimu?” Rin menatapnya dengan pandangan tidak setuju.
“Oppa, tenang dulu, kita harus mencari jalan untuk membalasnya, tapi bukan dengan kekerasan.” Bin menepuk-nepuk pundak Sungmin.

Mendadak, Sungmin menegakkan duduknya dan memberiku senyuman ceria. “Ah! Membalasnya! Tentu saja! Kita bisa membalasnya Min, tanpa ada kekerasan!”
Aku ikut menegakkan tubuhku. “Tanpa ada kekerasan?”
“Tanpa perlu ada kekerasan, aku jamin.”
“Bagaimana, oppa? Apa yang ada di pikiranmu?”

“Bahkan, kita akan membalasnya dengan cara yang sama persis dengan cara yang ia lakukan padamu; kita akan balik memerasnya!” lalu Sungmin memberi kode supaya aku, Rin dan Bin mendekatkan kepala ke arahnya agar ia bisa menjelaskan apa rencananya yang melibatkan pemerasan terhadap Ji Sung.
Aku mendengarkan semua rencananya sampai selesai, lalu memelototkan mata dengan penuh antisipasi.

“Kau yakin oppa?! Oh kau benar, ini merupakan cara untuk membalasnya, dan kalau berhasil kemungkinan besar ia akan berhenti menggangguku lagi!”
“Kyaaaaa.. Minnie oppa, kau jenius!!” Bin pun ikut optimis dengan rencana Sungmin.
“Sekarang masalahnya, bagaimana kita bisa mendapat relawan atau aktor yang bisa mendukung rencana ini...” Rin dengan tepat mengutarakan masalahnya. Aku cemberut. Sebersit pesimisme mulai menggerogoti rasa optimis yang tadi kurasakan.

“Kau mau orang yang seperti apa yang menjalankan rencana ini?” tanya Sungmin.
“Mmm.. yang jelas harus laki-laki, dan bersedia berperan seperti yang kita bicarakan tadi. Akan lebih baik jika orang itu tidak hanya berperan, tetapi memang benar-benar seperti itu.” Jari-jari tanganku mulai mengetuk-ketukkan meja tanda tidak sabar. “oh, mungkin juga harus dua orang. Satu orang untuk berperan langsung di hadapan Ji Sung, satunya lagi untuk mengamati dari jauh, mengambil bukti-bukti yang dibutuhkan.”

Setelah lama tenggelam dalam pikiran masing-masing, Bin tiba-tiba buka suara. “Unnie... rasanya aku punya... eh, kenalan, yang cocok untuk rencana kita.”

***

Hwang Bin Young’s

Aku tiba di flat trio young malam hari dan dikejutkan dengan kabar teraktual bahwa Min unnie baru saja memberikan resep makanan pada Minnie oppa. Aku pikir, telingaku yang salah menyerap informasi, ternyata memang benar adanya kalau Min unnie sedang berbagi resep banana cake dengan Minnie oppa. Kadang aku merasa iri dengan sifat keras Min unnie, sudah jelas-jelas tidak bisa memasak dan selalu membuat kerusuhan di dapur, tetapi ia tidak pernah menyerah untuk mencoba. Berbanding terbalik denganku, kalau sudah gagal sekali akan langsung menyerah dan tidak akan pernah berani mencoba untuk kedua kalinya.

Lupakan tentang kekuranganku sebagai perempuan dalam hal memasak, saat ini ada yang lebih penting untuk dibahas, yaitu menyingkirkan Han Ji Sung dari kehidupan Min unnie. Akhirnya masalah ini benar-benar dibicarakan dengan serius. Terima kasih kepada Minnie oppa yang memiliki ide cemerlang untuk membereskan masalah Han Ji Sung. Namun, kendalanya sekarang adalah siapa orang yang bisa melaksanakan rencana ini?

“Kau mau orang yang seperti apa yang menjalankan rencana ini?” tanya Minnie oppa kepada Min unnie.
“Mmm.. yang jelas harus laki-laki, dan bersedia berperan seperti yang kita bicarakan tadi. Akan lebih baik jika orang itu tidak hanya berperan, tetapi memang benar-benar seperti itu.” Sahut Min unnie. “oh, mungkin juga harus dua orang. Satu orang untuk berperan langsung di hadapan Ji Sung, satunya lagi untuk mengamati dari jauh, mengambil bukti-bukti yang dibutuhkan.”

Berpikir Bin…cepat berpikir…!! Aku harus membantu Min unnie keluar dari masalah ini sebelum bertambah parah. Aku juga tidak bisa membiarkan Donghae oppa terus-menerus bersedih dan mengkhawatirkan keselamatan Min unnie. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Dalam menjalankan rencana ini yang dibutuhkan adalah dua pria. Satu orang bertindak sebagai dokumenter dan yang satunya adalah aktor handal yang dapat berperan sebagai pria yang diinginkan Min unnie.

Ya, berakting adalah keahlianku, tapi aku tidak mungkin menyamar jadi pria kan? Ottoke??? Aku tidak berhenti memaksakan otakku untuk berpikir sampai menemukan solusi terbaik.
Ahhaa, aku tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu Min unnie. “Unnie... rasanya aku punya... eh, kenalan, yang cocok untuk rencana kita.” Semua mata menatapku.

“Jinja??” Jerit Min unnie penuh harap.
“Siapa??” Rin unnie mengernyitkan dahinya.
“Bagaimana kamu bisa memiliki kenalan pria seperti itu?” Minnie oppa bergidik memikirkannya.
“Tenang saja, serahkan urusan ini padaku. Kapan rencana ini akan dijalankan?”
“Secepatnya.” Kata Min unnie bersemangat. “Kalau perlu besok sudah bisa dimulai. Aku sudah tidak tahan dengan tingkah Ji Sung yang menjengkelkan.” Mata Min unnie berapi-api.
“Mwo? Besok? Baiklah, akan aku usahakan. Aku ke kamar dulu untuk menghubungi temanku ya, Minnie oppa dan unniedeul. Nanti aku kembali lagi.”

Aku memasuki kamar dengan wajah lesu, dan langsung terduduk lemas di tempat tidur. Tiba-tiba aku merasa tidak yakin dapat menyelesaikan misi ini dalam waktu yang sangat singkat. Sebenarnya aku sudah memiliki kandidat yang kuat untuk melaksanakan rencana Min unnie. Tapi aku butuh waktu untuk merayu mereka agar bersedia membantuku. Ide yang diberikan Minnie oppa memang tidak mengandung unsur kekerasan dan bisa dipastikan tidak akan mengancam nyawa seseorang. Namun idenya justru bisa berakibat lebih buruk, karena dapat menjatuhkan serta merusak reputasi seseorang, terutama aktor yang akan menjalani rencana ini. Oorrzzz…tidak ada cara lain, aku akan mencoba menghubungi mereka sekarang juga.

Aku menyalakan laptop dan menghubungi mereka melalui video call.
“Annyeong haseyo oppadeul…” Sapaku pada orang-orang yang akan aku minta pertolongannya.
“Annyeong haseyo nona Bin..” Jawab mereka dengan serentak.
“Hmm…aku butuh bantuan oppadeul…” Aku menunjukkan ekspresi lesu.

“Bantuan apa nona?”
“Apa yang terjadi?”
“Apa ada yang melukai anda?”
“Apa kami harus ke flat anda sekarang?”

Semua pengawalku langsung panik saat aku mengatakan butuh bantuan mereka. Berbagai pertanyaan mengalir dari mereka semua sampai-sampai aku tidak tahu mereka bicara apa dan pertanyaan siapa duluan yang harus aku jawab. Aku berusaha menahan tawa melihat kepanikan mereka. Tapi, aku harus terus berakting sedih supaya mereka rela melakukan apa saja untukku. Karena yang terpenting saat ini adalah pernyataan mereka yang bersedia membantuku.
Aku tidak meragukan kesetiaan para pengawalku dan pengorbanan mereka untukku. Tetapi, aku sanksi mereka mau melakukan ide gila Minnie oppa. Makanya aku memanfaatkan bakat aktingku untuk menjebak mereka. ;p


“Oppadeul…aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku hanya ingin tahu apa kalian bersedia membantuku?” Aku terdiam sesaat. “Kalau bukan kalian, aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi.” Mataku mulai berkaca-kaca.
“KAMI BERSEDIA!!!” Jawab mereka dengan lantang.

Kemudian pengawalku mulai menyerangku dengan berbagai pertanyaan lagi…
“Apa yang harus kami lakukan?”
“Kapan?”
“Dimana?”

“Nanti malam aku akan menemui kalian untuk menjelaskan semuanya, setelah Min unnie dan Rin unnie tidur. Tapi, oppadeul benar-benar ingin membantuku kan?”
“Tentu saja nona Bin. Kami berjanji akan membantu nona. Tanpa nona minta pun, kami akan melakukan apa saja untuk melindungi dan menjaga nona.” Kata salah satu pengawalku.

“Baiklah, tunggu kedatanganku nanti malam ke flat oppadeul ya. Aku harus segera pergi. Min unnie dan Rin unnie menungguku. Annyeong oppadeul…” Aku melambaikan tangan dengan lemah dan masih memasang ekspresi sedih.
Setelah selesai melakukan video call dengan pengawalku, aku tertawa bahagia sampai berguling-guling di tempat tidur. Strategiku berhasil, pengawalku masuk perangkap. Jadi suka ataupun tidak, mereka harus menepati janjinya padaku untuk membantu Min unnie. Hihihi.

Aku keluar kamar dan ternyata sudah ada Kyu oppa yang sedang berbicara serius dengan Min unnie dan Rin unnie. Aku melangkahkan kaki dengan riang gembira mendekati mereka yang sedang berbincang dengan serius.
“Bagaimana Bin-ah, temanmu berhasil dihubungi?” Tanya Min unnie antusias.
“Yup, aku sudah menghubunginya, unnie.”

“Apa ia bersedia menjalankan perannya?” Rin unnie seakan tidak percaya ada pria yang rela melakukan rencana ini.
“Tentu saja Rin unnie. Aku sudah menjelaskan rencana kita padanya.” Kataku berbohong. Mian unnie, aku belum menjelaskan apa-apa pada mereka. Tapi, aku sudah mengantongi janji mereka untuk membantuku.
“Bagus!!” Min unnie mengangguk-anguk puas. “Siapa sih pria itu? Bukan teman kampusmu kan?”
“Bukan kok Min unnie. Pria ini….temanku sewaktu sekolah.”

“Bin punya teman pria?” Kyu oppa menatapku dengan curiga. “Aku rasa meminta pertolongan untuk menjalankan rencana ini tidak bisa dilakukan pada sembarang orang kan? Hanya kepada teman terdekatlah, kita bisa meminta bantuan seperti ini.” Jeda sesaat. “Aku hanya tidak menduga kalau Bin memiliki teman pria sedekat itu sampai rela membantunya. Sebenarnya, aku tidak mengerti. Kenapa pria itu masih hidup dan belum mati dibunuh Heechul hyung? Bukankah pacarmu itu posesif luar biasa? Member saja dilarang mendekatimu apalagi pria lain kan?” Kyu oppa memincingkan matanya ke arahku.

OMG…perkataan Kyu oppa membuat Min unnie dan Rin unnie memandangiku dengan tatapan menyelidik. Aku tidak mungkin mengatakan kalau pengawalku yang akan membantuku. Kalau aku mengatakan yang sejujurnya, akan muncul banyak pertanyaan dari mereka. Salah satunya, mengapa aku memiliki pengawal? Memangnya aku ini siapa? Dan seterusnya…

Aku menelan ludah dan berusaha tetap menunjukkan ekspresi ceria dihadapan mereka. “My Chul memang tidak mengenalnya. Aku juga sudah lama tidak bertemu dengan temanku ini.” Kataku cepat, terpaksa harus berbohong.

“Tapi, aku yakin mereka bersedia membantuku.”
“Bagaimana bisa kau seyakin itu? Kalian kan sudah lama tidak bertemu?” Rin unnie semakin curiga.
“Hahahaha…tenang saja unnie, pokoknya percayakan semuanya padaku.”

“Eeyy…jelaskan dulu tentang temanmu ini kepada kami!! Aku benar-benar ingin masalah Han Ji Sung ini cepat selesai. Tetapi aku juga tidak ingin ada masalah baru antara kau dan Heechul oppa karena kehadiran teman lamamu ini.” Ujar Min unnie menuntut.

“Baiklah, aku akan menjelaskan sedikit informasi tentang temanku ini. Aku memiliki teman yang cukup dekat semasa sekolah. Kami sama-sama mengikuti klub theater. Bakat aktingnya sudah tidak terbantahkan dan dia suka dengan peran-peran yang menantang.” Lagi-lagi aku harus berbohong.

“Dia tidak benar-benar…???” Rin unnie menggantungkan pertanyaannya.
“Ooohhh…dia tidak seperti itu, unnie. Dia hanya suka dengan peran yang menantang. Kebetulan beberapa hari yang lalu, dia menghubungiku. Katanya dia jenuh dan butuh penyegaran. Kalau aku memiliki informasi tentang casting untuk drama atau theater, aku diminta untuk menghubunginya.”

“Tapi yang akan dia lakukan bukan untuk drama ataupun theater. Apakah dia tetap mau melakukannya?” Tanya Kyu oppa.
“Kenapa tidak, oppa? Ini peran yang menantang. Dia juga sudah setuju untuk membantu. Dia bilang, ini bisa dijadikan latihan sekaligus ujian untuk mengasah kemampuan beraktingnya. Orang yang memiliki jiwa seni peran, akan dengan senang hati menerima tawaran seperti ini.” Kataku meyakinkan semua orang yang ada di sana.

“Bagaimana dengan reputasi temanmu setelah melakukan peran ini, Bin-ah? Apa dia tidak takut reputasinya akan rusak?” Ujar Rin unnie.
“Masalah itu sudah aku bicarakan dengan temanku. Jangan khawatir unnie, temanku akan ‘menghilang’ setelah melakukan misi ini. Lagipula dia tinggal di luar kota, cukup jauh dari Seoul, dan dalam waktu dekat dia berencana untuk melanjutkan pendidikan seni peran di Amerika. Jadi masalah reputasi, dia tidak terlalu khawatir. Bagaimana, dia kandidat yang cukup pas bukan? Aku rasa, hanya itu yang bisa aku jelaskan pada kalian.” Aku sudah kehabisan ide untuk berbohong. “Kalau Min unnie tidak percaya dengan kandidat yang aku tawarkan juga tidak apa-apa. Aku tidak akan sedih apalagi marah kalau Min unnie menolak tawaranku. Setidaknya aku sudah berusaha membantu.” Kataku putus asa.

“Oohh…bukan begitu Bin-ah. Aku menerima tawaranmu. Sungguh aku setuju dengan kandidat yang kau ajukan padaku.“ Sahut Min unnie tergesa-gesa, mungkin takut kalau aku benar-benar ingin menarik tawaranku.
“Jangan diambil hati tentang pertanyaan dan kecurigaan kami barusan. Kami hanya tidak ingin salah dalam memilih orang untuk melaksanakan rencana ini. Selain itu, kami juga khawatir kamu terlibat masalah serius dengan Heechul oppa karena kemunculan teman lamamu.” Ujar Rin unnie lembut, yang langsung aku balas dengan senyuman.

“Oke, aktor sudah ditemukan. Lalu siapa yang akan mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan?” Pertanyaan Kyu oppa membuat semua mata menatapku.
“Don’t worry oppa, seperti yang aku katakan dari awal ‘serahkan dan percayakan semuanya padaku’!!!” Aku mengedipkan sebelah mataku.

***

Park Min Young’s

Sekarang sudah hampir tengah malam, dan kami masih mendiskusikan tentang rencana untuk Han Ji Sung di Flat Trio Young. Kyu sudah berada disini sejak tadi, aku setuju untuk memanggilnya karena bagaimana pun ia adalah saudara kembarku, dan ia juga sama tidak sabarnya denganku ingin masalah ini segera beres. Sedangkan untuk sisa member yang lainnya, akan kami beritahu nanti. Kami tidak bisa memanggil mereka semua kesini sekarang karena aku yakin mereka tidak akan sabar mendengarkan keseluruhan rencananya dan pasti akan memilih untuk langsung menghabisi Han Ji Sung saat ini juga.

Sejauh ini kami sudah berhasil merangkai sebuah rencana yang matang dan mengulang-ulangnya beberapa kali untuk memastikan tidak ada yang luput. Rencana itu disepakati untuk mulai dijalankan secepatnya, yaitu esok hari. Kami juga sudah mengontak kenalan Bin barusan, menjelaskan situasinya, dan orang tersebut bersedia membantu menjalankan perannya.

Tepat ketika kami sedang mematangkan rencananya, Donghae dan Teukie masuk ke flat dengan berisik, membuat kami harus menjelaskan semuanya dari awal lagi. Untung saja Donghae dan Teukie setuju terhadap rencana kami, selama aku tidak ikut terjun langsung dan dekat-dekat dengan sumber bahaya. Aku meyakinkan mereka bahwa dalam rencana ini, aku hanya akan berdiri diam tanpa melakukan apapun dan menunggu hasilnya nanti. Semuanya sudah di atur. Aku hanya berharap segalanya berjalan sesuai dengan rencana.

Oh, aku sungguh tidak sabar ingin masalah ini cepat berakhir. Semua orang pun demikian, dan optimisme mereka semua membangkitkan semangatku.

Ketika ‘rapat’nya sudah selesai dan topik pembicaraan mulai beralih ke yang ringan-ringan, aku berdiri hendak memotong buah di dapur. Ketika aku mengeluarkan buah melon dari dalam kulkas, sepasang tangan memelukku dari belakang, menghentikan kegiatanku.

“Jangan banyak-banyak menggerakkan tanganmu yang retak itu, istirahatlah Min baby...” Napas Donghae membelai tengkukku dengan ringan.
“Sebentar lagi saja baby, aku mau memotong buah untukmu. Kau mau melon?”
Kurasakan Donghae menggeleng pelan di atas pundakku. “Aku mau kau berisitirahat. Hari ini pasti sangat berat untukmu. Aku akan menemanimu berisitirahat. Ayo kita ke kamar...”
“Baiklah. Tapi setelah aku memotong melon ini ya.”

Donghae bergeming. Aku memanfaatkan momen ini untuk berkutat dengan melonku, mengupas dan memotongnya dadu dengan sebelah tangan.

“Apa sakit sekali rasanya?” Donghae berbisik sesaat kemudian.
“Hmm? Tanganku? Sudah tidak sakit kok. Asalkan aku tidak menggerakkannya berlebihan.”
“Bagaimana dengan.... pundakmu?”

.... pundakku? Aku mengernyitkan dahi, tidak mengerti dengan pertanyaan Donghae barusan. Aku berputar dalam pelukannya hingga wajahku berhadapan dengan wajahnya yang sendu. Dan betapa kagetnya aku ketika menemukan mata Ikan Kecilku ini sudah mulai berkaca-kaca. “Omo baby, kenapa kau bersedih?”

“Katakan padaku, Min-ah. Apa pundakmu rasanya sakit sekali?”
“Pundakku? Memangnya kenapa dengan pundakku?”

Mendadak, Donghae melepaskan pelukannya dan menarik turun kaosku hingga pundak sebelah kiriku terbuka.
“Kyaaaaaaa~ Haeppa, kenapa kau membuka pakaian Min unnie disini?!” seru Bin yang berada di depan tv bersama yang lainnya.
“Yaaaaaak!! Kalian kan bisa melakukannya di kamar!” seru Teukie.

Aku menatap Donghae penuh tanya, sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan. Aku tahu dari tatapan sendunya bahwa ia tidak memiliki niatan seperti yang orang lain pikir saat ini. Lalu apa yang sedang ia coba sampaikan?

“Baby... ada apa?”
“Lihatlah.” Katanya, tidak mempedulikan orang lain.
“Lihat apa?”
“Luka di pundakmu.”

Aku menaikkan kedua alisku mendengar informasi dari Donghae barusan. Aku sungguh tidak sadar kalau ada luka di pundakku—entah sejak kapan. Aku menolehkan kepalaku ke kiri, berusaha melihat luka yang dimaksud Donghae. Tapi, aku tidak bisa melihat apa-apa.
“Tidak kelihatan. Letaknya ada di sebelah belakang pundakmu. Sini, lihatlah dari kaca.” Ia lalu menarik tanganku, menuntunku ke depan kaca besar di samping tv. “Berdiri di sini dan lihatlah.”

Aku terkesiap sambil menatap ngeri bayanganku sendiri yang menampakkan ruam kebiruan cukup besar di belakang pundak sebelah kiriku. Aku melarikan tanganku untuk menyentuhnya, dan segera mengernyit saat tekanan ringan dari jariku terasa sakit menusuk ke dalam. Suara terkesiap lainnya mengambil alih perhatianku. Rupanya dari Bin dan Rin. Keduanya tampak menahan napas melihat luka memar yang mencolok di kulit putihku, wajah keduanya tampak horor, sementara di sebelah mereka, kulihat Teukie dan Kyu juga tengah memerhatikan kami dengan muka yang sangat pucat.

“Unnie... kenapa kau bisa terluka seperti itu? Kapan dan bagaimana kejadiannya?” Bin langsung berdiri menghampiriku setelah pulih dari kagetnya.
“Min-ah, kenapa tidak bilang kalau kau terluka?” Rin juga ikut menghampiri.
“Donghae hyung... katakan padaku itu bukan disebabkan olehmu yang mendorongnya terlalu keras saat—saat apapun yang sering kalian berdua lakukan? Katakan padaku kau tidak melakukan kekerasan terhadap Min?” Kyu berdiri dan menelan ludah, tampak ngeri dengan kalimatnya sendiri.

“Kyu!!!” hardikku. “Bagaimana kau bisa menuduh Hae?”
“A—aku tidak, aku tidak akan pernah menyakiti Min. Aku bersumpah! Kyuhyun-ah, apa kau tidak percaya padaku?” Isak Donghae panik.
“Lalu bagaimana bisa kau membiarkan Min terluka seperti itu?” Suara Kyu meninggi.
“Kyu sudahlah! Ini pasti bukan karena Hae. Aku tidak ingat darimana datangnya luka ini. Yang jelas semalam masih belum ada, iya kan baby?”

Donghae mengangguk menyetujui perkataanku. “Aku baru melihatnya saat membantumu berganti pakaian sore tadi.”

“Mungkin... mungkin aku terjatuh saat tidur... yah, mungkin saja kan...” Aku mencoba tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana. Tapi seperti juga diriku, tampaknya semua tidak percaya dengan pernyataan lemahku tadi. Aku tidak pernah tidur dengan brutal ataupun melakukan hal aneh lainnya seperti jalan sambil tidur, dan semua di ruangan ini bukannya tidak tahu akan hal itu.

“Kau bilang semalam belum ada luka?” Teukie akhirnya buka suara, setelah mengatur napasnya lebih tenang. Ia tidak nampak pucat lagi, melainkan dahinya berkerut karena penasaran.

Aku mengangguk menjawabnya. “Iya. Karenanya jangan salahkan Hae. Aku yakin semalam aku baik-baik saja. Dan tadi pagi juga kami tidak..... pokoknya aku terbangun saat Hae sudah tidak ada di kamarku. Ia sudah memasak di dorm bersama Teukie oppa dan yang lainnya.” Kupeluk Donghae dengan protektif, melindunginya dari tuduhan Kyu.
Mendadak, aku mengingat sebuah peristiwa yang hanya terjadi hari ini. “Han Ji Sung....” bisikku lemah.

“Apa?!”

Aku mengerjap, mendadak dialiri emosi dan adrenalin saat mengingat kejadian tadi siang di kampus. “Han Ji Sung mendorongku hingga menabrak pohon. Pasti luka ini karena terlalu keras menabrak pohon. Aku tidak menyadarinya karena... karena tanganku terasa lebih sakit...”

Kyu terhempas ke kursinya, tampak lebih pucat dari sebelumnya. Rin buru-buru menghampirinya dan mengusap dahi serta pipinya. “Kyu, gwenchana?” tanyanya cemas. Aku bertukar pandang dengan Rin, sama-sama mengerti bahwa mungkin Kyu merasa buruk karena tidak bisa melindungi adiknya, bahkan ia sempat mengira aku terluka karena Donghae.

“Mian... Min, karena... aku tidak bisa menjagamu dengan baik hari ini. Donghae hyung, mianhae... Aku telah menuduhmu menyakiti Min. Aku...” Kyu mengubur wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Aku berdiri diam, bertukar pandang dengan semua orang yang berada di ruangan itu. Kami hanya tidak terbiasa mendengar Kyu begitu emosional dan sentimental. “Kyu, sudahlah... tidak ada yang tahu apa yang Ji Sung lakukan hari ini. Jangan menyalahkan dirimu.”

Teukie mendadak bangkit dan dengan luwes mengambil alih suasana canggung ini dengan senyumannya yang menghangatkan. “Sudahlah, kalian semua jangan saling menyalahkan diri sendiri atau pun orang lain. Kita semua harus saling menjaga lebih baik lagi di waktu kedepannya, setuju kan? Kyu, berhenti tampak terpuruk seperti itu.” Teukie menepuk-nepuk bahu Kyuhyun, memberinya semangat. Kyu akhirnya mengangkat wajah dari tangannya, lalu mengangguk pada hyungnya itu. Teukie lalu berjalan ke arahku. “Dan kau, Min-ah. Harus menjaga dirimu lebih baik lagi. Jangan sampai melukai dirimu lagi dan membuat kami khawatir. Arraseo?” ia menunduk hingga wajah kami sama tingginya, lalu mengacak-acak rambutku penuh sayang saat aku menjawabnya dengan anggukkan.

“Donghae-yah, kau juga harus berhenti terlihat kalut seperti itu. Kau yang harusnya lebih tenang dan kuat. Sekarang ajaklah Min beristirahat. Aku akan kembali ke dorm.” Teukie memeluk Donghae dengan sayang, sebelum berpamitan pada kami semua. Berkat keahlian Teukie menyetir suasana, atmosfer ruangan ini tidak lagi seberat sebelumnya.

Donghae bersandar pada salah satu dinding dan menarikku untuk bersandar padanya. Sebelah lengannya melingkariku, dan sebelahnya lagi mengusap pundakku dengan sangat lembut. Bibirnya sesekali menciumi pundakku dengan perlahan. Wajahnya masih terlihat sedih sampai-sampai hatiku terasa seperti dipilin melihatnya. Berkali-kali kukatakan bahwa aku baik-baik saja dan memar itu tidak terasa sakit kecuali kalau ditekan, tapi Donghae sepertinya tidak mau percaya. Tangannya tidak mau berhenti bergerak ringan di punggung hingga pundakku.

“Aaaaah Haeppa, kalau aku sakit, aku juga mau dong diusap-usap supaya cepat sembuh seperti itu...” Bin menggoda kami dari seberang meja.
“Bin-ah, kalau aku saja yang mengusap-usapmu dengan menggunakan trisula, mau?” tanyaku.

Mendengar candaanku, semua orang di dalam flat kecil kami ikut larut tertawa.

***

~To Be Continued~

Preview Chapter 34

Hwang Bin Young's
Lima menit kemudian, seseorang membuka pintu ruangan makan kami, seorang namja muncul dengan pakaian serba hitam, celana bahan berwarna hitam dan kemeja hitam pas badan. Tuhan…sungguh indah ciptaanmu ini. Perempuan manapun akan rela saling membunuh untuk mendapatkannya. Semakin lama menatapnya, aku akan meleleh dan menjadi genangan di lantai restoran ini. Ia menghampiri Heechul yang disambut pelukan hangat oleh kekasihku.